Maju Kena Mundur Kena (1983)
92 min|Comedy|N/A
7.7Rating: 7.7 / 10 from 371 usersMetascore: N/A
N/A

Maju Kena Mundur Kena merupakan salah satu film trio pelawak legendaris Dono, Kasino dan Indro yang  sangat sukses pada masa rilisnya. Film ini sangat populer pada saat itu dengan jumlah penonton lebih dari enam ratus ribu. Film ini bercerita tentang tiga anak kost yang bekerja di bengkel mobil, yang kemudian suka dengan seorang gadis teman kos mereka yang bernama Marina. Cerita kemudian berjalan seputar kejadian-kejadian lucu di rumah kos mereka.

Seperti film-film Warkop kebanyakan, pada opening credit diperlihatkan adegan-adegan lucu yang menimpa Dono, Kasino dan Indro sekaligus memperkenalkan mereka. Satu aksinya memperlihatkan  ketika mereka bertiga bersepeda pagi dan mengalami kesialan ketika bertemu gadis-gadis cantik yang mereka temui di jalan. Sepanjang film kita disuguhi berbagai macam adegan lucu tanpa berhenti. Aspek cerita seolah hanya sebagai medium untuk mengantarkan aksi-aksi lucu mereka yang spontan.  Seperti ketika adegan kakek dan nenek Marina datang ke kos dan mulailah Marina dan Dono membuat akal-akalan untuk berpura-pura menjadi sepasang suami istri. Rangkaian adegan aksi-aksinya terpisah tanpa membentuk satu rangkaian runtut dari awal hingga akhir sehingga membuat film ini dapat dinikmati secara terpisah tiap adegannya.

Dalam menciptakan adegan-adegan lucu Warkop DKI sering kali mengandalkan pada adegan-adegan lucu dan konyol yang berpangkal dari ketidakberuntungan seperti terjatuh dari sepeda, menabrak sapi, hingga Dono tertimpa bola pada pertandingan sepak bola wanita. Dalam hampir semua film-filmnya, termasuk film ini, Warkop juga seringkali “mengeksploitasi” sisi sensualitas dari para pemeran wanitanya melalui pakaian yang seksi dan minim. Juga mesti terdapat adegan di pantai yang memperlihatkan wanita-wanita cantik yang mengenakan bikini.

Baca Juga  Tiga Dara

Penggunaan bahasa visual juga tidak jarang pula digunakan untuk mendukung dan menciptakan aksi lucu. Seperti ketika Dono mencetak gol dalam pertandingan sepakbola, aksi ini diulang beberapa kali dengan diikuti bertambahnya skor dari pihak Dono. Musik dan efek suara, seperti “dung” atau “boing” juga setiap kali muncul untuk mendukung aksi-aksi konyolnya.

Secara keseluruhan adegan-adegan komedi yang ditawarkan oleh Warkop merupakan adegan yang bisa dibilang sedikit usang untuk penonton pada masa sekarang. Namun, tentunya pada masanya film ini mampu memuaskan para penonton melalui sebuah sajian komedi yang sangat menghibur. Dono, Kasino, dan Indro adalah legenda industri film di Indonesia dan akan selalu dikenang para penikmat film-film komedi Indonesia.

https://www.youtube.com/watch?v=V0PQHivRCaE

Artikel SebelumnyaAda Apa Dengan Cinta?
Artikel BerikutnyaMalam Satu Suro, Suzanna dan Tradisi Horor Lokal
Febrian Andhika lahir di Nganjuk, 18 Februari 1987. Ia mulai serius mendalam film sejak kuliah di Akademi Film di Yogyakarta. Sejak tahun 2008, ia bergabung bersama Komunitas Film Montase, dan aktif menulis ulasan film untuk Buletin Montase hingga kini montasefilm.com. Ia terlibat dalam semua produksi awal film-film pendek Montase Productions, seperti Grabag, Labirin, 05:55, Superboy, hingga Journey to the Darkness. Superboy (2014) adalah film debut sutradaranya bersama Montase Productions yang meraih naskah dan tata suara terbaik di Ajang Festival Film Indie Yogyakarta 2014, dan menjadi runner up di ajang Festival Video Edukasi 2014. Sejak tahun 2013 bekerja di stasiun TV swasta MNC TV, dan tahun 2015 menjadi editor di stasiun TV Swasta, Metro TV. Di sela kesibukan pekerjaannya, ia menyempatkan untuk menggarap, The Letter (2016), yang merupakan film keduanya bersama Montase Productions. Film ini menjadi finalis dalam ajang Festival Sinema Australia Indonesia 2018.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.