Coming 2 America (2021)
110 min|Comedy, Music|05 Mar 2021
5.3Rating: 5.3 / 10 from 77,627 usersMetascore: 52
The African monarch Akeem learns he has a long-lost son in the United States and must return to America to meet this unexpected heir and build a relationship with his son.

Coming 2 America adalah sekuel dari film laris Coming to America (1988) yang diproduksi setelah lebih dari 30 tahun. Dengan disutradarai oleh Craig Brewer, film ini masih dibintangi sebagian besar kasting lamanya, yakni Eddie Murphy, Arsenio Hall, Shari Headley, James Earl Jones, serta pendatang baru aktor senior Wesley Snipes dan Jermaine Fowler. Setelah sekian lama, apakah penonton saat ini benar-benar memerlukan sekuelnya?

Alkisah pangeran Akeem (Murphy), penurun tahta kerajaan Zamunda mendapat tekanan dari sang ayah untuk mencari suksesornya. Tekanan pun datang dari Jendral Izzi (Snipes) yang mengincar tahta Akeem jika ia tidak segera menemukan putra laki-laki pewaris tahta. Usut punya usut, ternyata Akeem memiliki seorang putra hasil peranakaan seorang perempuan muda sewaktu ia berada di Queen, sebelum ia bertemu dengan calon istrinya, Lisa. Bersama asisten setianya, Semmi, mereka pun berangkat ke AS. Putra yang mereka cari, akhirnya bisa mereka temui, hanya saja untuk bisa menjadi seorang pangeran ia harus melalui beberapa test yang berat.

Apakah penonton benar-benar memerlukan sekuel ini? Bagi saya sama sekali tidak. Film ini mencoba berkompromi dengan generasi masa kini dengan harapan pula fans lamanya masih tertarik untuk menonton. Situasi pandemi tentu kini memberi penyesalan besar bagi para produsernya. Seberapa burukkah? Selain cerita yang predictable, buruk sih tidak, khususnya bagi fans Murphy, film ini masih memiliki sentuhan komedi unik yang menjadi gaya sang bintang. Hal yang mengesankan adalah peran multi karakter, di mana Murphy bermain dalam banyak peran dalam film ini. Murphy setidaknya bermain dalam 4 peran lain yang jika jeli bisa mudah kita kenali. Arsenio Hall pun bahkan bermain dalam 5 karakter lainnya yang tak mudah kita kenali sosoknya. Walau trik visualnya kini tak sekonyol dan seheboh The Nutty Proffesor, namun ini cukup memberi sisipan komedi yang berkelas yang jarang kita temui dalam film masa kini.

Baca Juga  The Woman in Black

Coming 2 America adalah sekuel yang mencoba berdamai dengan era milinieal dan hasilnya sesuai ekspektasi. Komparasi dengan film aslinya tentu tak terhindarkan. Apa yang membuat film aslinya begitu baik adalah adanya plot roman yang solid dan manis, serta sisi komedi konyol melalui performa enerjik Murphy dan segenap kastingnya. Film aslinya juga tercatat sebagai film komedi romantis kulit hitam yang sukses luar biasa pada masanya. Sesuatu yang sekuelnya berada di jauh bayang-bayang film aslinya.

Stay safe and Healthy.

 

1
2
PENILAIAN KAMI
Overall
50 %
Artikel SebelumnyaSentinelle
Artikel BerikutnyaWandaVision
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.