WandaVision adalah miniseri pertama yang menampilkan karakter utama dalam Marvel Cinematic Universe (MCU) yang diproduksi pula oleh Marvel Studios. Tokoh utamanya, Wanda Maximoff dan Vision masih diperankan oleh Elizabeth Olson dan Paul Bettany dengan beberapa pemain pendukung MCU yang familiar, seperti Randall Park (Antman), Kat Dennings (Thor). Beberapa pemain baru muncul, yakni Teyonah Parris, Kathryn Hahn, serta Evan Peters. Jika kamu berpikir, pencapaian teknis miniseri ini tidak seperti film layar lebarnya, kamu salah besar. Marvel Studios sepertinya tidak mau setengah-setengah dan bahkan mampu bermain-main dengan sisi cerita yang tak mungkin digarap di versi bioskopnya.
Inti kisah miniserinya memang terbilang rada rumit dan sulit pula diceritakan tanpa spoiler. Sederhananya, film ini berkisah tentang latar belakang sosok Wanda Maximoff dengan timeline cerita setelah Avengers: Endgame. Dikisahkan Wanda yang masih belum bisa move-on dari sang kekasih, Vision, dengan menggunakan kekuatannya membangun dunia imajinasinya sendiri di mana harapan dan impiannya bisa terwujud di dunia maya ini. Apakah ini berhasil? Tentu saja tidak dan ini justru membuat masalah baru yang pada akhirnya mampu mendewasakan sosok jagoan kita. That’s it. Rasanya ini boleh dibilang tanpa spoiler. He he he.
Banyak hal yang saya patut acungi jempol dalam miniseri ini. Pertama, kita bicara kisahnya, sepertinya sudah sering kita lihat dalam film MCU lainnya, seperti Iron Man, Doctor Strange, dan Spider-Man. Poin kisahnya sama, hanya prosesnya saja yang berbeda. Cara mengemas kisahnya yang boleh dibilang sangat brilian. Timeline-nya yang mengambil setelah peristiwa Endgame juga memudahkan fans MCU untuk mencerna kisahnya dan dengan sedikit kilas balik, komplit sudah background sosok Wanda. Setelah ini, sosok Wanda Maximoff aka Scarlet Witch yang kabarnya juga masuk dalam cerita Doctor Strange in the Multiverse of Madness (2022) bakal masuk dengan sempurna sebagai pendamping Strange (atau malah musuh?).
Kedua adalah pendekatan estetiknya berupa gaya seri komedi televisi klasik yang menjadi realita alternatif Wanda dengan dunia nyata. Keduanya disajikan secara simultan dengan sangat brilian, tanpa merusak kisah MCU sebelumnya. Lantas bagaimana pula Vision bisa hidup setelah Endgame? Percaya saja, tak ada kisah MCU yang dilanggar. Seri televisi klasik, apa tidak terlalu kuno? Tidak sama sekali dan ini justru adalah pilihan yang sangat brilian. Walau tak lagi segar (Pleasantville, 1998), namun pilihan ini membuat pendekatan estetiknya menjadi amat unik. Pembuat film bisa bereksplorasi dengan ragam gaya akting & penyutradaraan, tone warna gambar, aspek rasio, musik dan lagu, efek suara, bahkan bermain-main dengan credit title. What a show!
Elizabeth Olsen yang sudah familiar dengan seri televisi seperti menemukan kembali dunia lamanya, demikian pula Paul Bettany. Tak ada yang lebih nikmat menonton film, selain melihat para pemainnya sendiri tampak menikmati perannya. Permainan akting mereka berdua sungguh sangat luar biasa. Saya jatuh cinta dengan akting keduanya. Seri komedi televisinya adalah segmen terbaik yang ada dalam miniserinya. Ah, andai ada penghargaan Oscar untuk miniseri. Keduanya begitu brilian.
WandaVision masih bekerja dalam semesta yang sama dengan eksplorasi cerita dan estetik yang amat brilian yang belum pernah tersentuh genrenya. Lantas apakah ada kelemahan miniserinya? Mungkin bukan kelemahan tapi selera. Saya hanya tidak terlalu suka dengan sosok antagonis di film ini (no spoiler). Ke mana saja sosok karakter ini bersembunyi sebelumnya? Apakah kejadian jentikan jari Thanos tidak membuatnya jera. Bisa jadi ini bakal menjadi problem kisah miniseri berikutnya. Setelah Thanos, mau apa lagi coba? Ini tentu tantangan bagi para penulis naskah film-film MCU. Beberapa tokoh pendukung MCU lain yang masuk, seperti Jimmy Woo (Antman), Darcy (Thor), dan Monica Rambeau rasanya masih sedikit dipaksakan. Anehnya juga, karakter-karakter ini seolah ikut terlibat langsung dalam aksi besar film-film Avengers (atau menonton filmnya:)) dengan komentar yang kadang personal atau terlalu detil untuk mereka tahu. Satu kelemahan lagi adalah jika kamu bukan penikmat MCU, kamu tak akan bakal tahu apa pun yang terjadi dalam film ini.
Sebagai penutup, miniseri WandaVision adalah seri wajib tonton bagi fans MCU yang lagi-lagi mampu memberi sentuhan yang berbeda baik untuk genre dan semesta sinematiknya. Jika bisa, tonton miniseri ini melalui sistem audio yang memadai (5.1) dan kamu bakal mendapatkan pengalaman menonton yang sama dengan film bioskopnya. Sayang sekali, jika hanya menontonnya di layar handphone.
Stay safe and Healthy.