Shadow and Bone adalah serial televisi bergenre fantasi produksi AS yang dikembangkan oleh Eric Heisserer untuk Netflix yang tayang perdana pada 23 April 2021. Film ini didasarkan pada dua seri buku dalam Grishaverse yang ditulis oleh Leigh Bardugo: triloginya, pertama adalah Shadow and Bone (2012); dan duologi yang dimulai dengan Six of Crows (2015).
Shadow and Bone menceritakan tentang Alina Starkov, gadis kartografer di Angkatan Darat Pertama Ravka, menemukan bahwa dirinya adalah Grisha (sebutan untuk orang yang dapat melakukan “sains kecil”) dengan kemampuannya memanggil cahaya. Ketika kemampuannya terungkap ke dunia, ketegangan muncul antara negara-negara Ravka, Shu Han, dan Fjerda.
Dengan bimbingan Jenderal Kirigan, seorang Grisha yang mampu mengendalikan kegelapan, Alina menjadi satu-satunya harapan Ravka untuk menghancurkan Shadow Fold— wilayah kegelapan tak tertembus yang telah menodai tanah Ravka selama ratusan tahun dan membelah Timur dan Barat. Pada saat yang bersamaan, satu kelompok pencuri di pusat perdagangan Ketterdam yang dikenal sebagai Gagak berusaha menculik Alina.
Bisa dibilang Shadow and Bone adalah dunia fantasi baru, berbeda dengan seri Harry Potter ataupun seri The Lord of the Rings. Shadow and Bone memiliki dunianya sendiri yang disebut Grishaverse. Dalam Grishaverse, menolak menyebut kekuatan mereka sebagai sihir, melainkan sains kecil yang bisa dilakukan oleh sebagian anak-anak ‘terpilih’.
Adaptasi novel dalam bentuk seri televisi tentu memberikan banyak kelonggaran bagi tim produksi pada sisi durasi dan jumlah episode yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan cerita. Lain halnya dengan adaptasi novel ke film yang memiliki keterbatasan durasi yang biasanya akan memotong dan menyeleksi beberapa adegan dari novelnya.
Lalu bagaimana dengan pengemasan seri Shadow and Bone?
Dari sisi cerita, bagi yang bukan penggemar novelnya pasti akan kesulitan mengikuti alur ceritanya yang cepat dan menampilkan banyak tokoh dalam satu waktu. Belum selesai mencerna satu informasi, kita telah disuguhi segmen lain dengan karakter yang memiliki tujuan berbeda. Hal ini membuat plotnya menjadi cukup kompleks dan membingungkankan untuk diikuti. Intinya terdapat empat segmen dengan fokus tokoh yang berbeda: segmen Alina sebagai yang utama, segmen kelompok Gagak, segmen Mal si pemburu, serta segmen gadis Grisha dan pemuda Fjerda. Keempat segmen tersebut saling bergantian dan terkadang dengan timeline waktu yang acak hingga episode terakhir dari season pertama ini, ketika semua tokoh saling dipertemukan dalam satu tempat. Kejutan cerita atau plot twist-nya masih mengena meskipun tidak terlalu mengejutkan.
Untuk efek visual terlihat cukup baik, tidak begitu buruk namun juga tidak spesial. Setidaknya cukup untuk memvisualkan imaginasi pembaca novelnya. Sementara aspek mise_en_scene yang paling sesuai dengan bayangan pembaca novelnya jelas terlihat pada kostum dan make-up para tokohnya, latar pemukiman tandus di Ravka Timur, serta penggambaran Shadow Fold beserta monster Volcra. Penonton serasa dibawa ke bagian lain dari Rusia karena sebagian dari Grishaverse memang terinspirasi dari negeri beruang merah tersebut. Namun sayangnya, penggambaran Grand Palace dan Little Palace di Os Alta masih terasa kurang megah dari apa yang tertulis di novelnya.
Akting para pemain sangat baik dalam membawakan tiap karakternya yang cukup khas. Mungkin sebagian penikmat genre fantasi tidak asing dengan Ben Barnes yang berperan di film adaptasi The Chronicles of Narnia dan Zoe Wanamaker dalam Harry Potter. Namun Jessie Mei Li cukup mencuri perhatian dalam perannya sebagai Alina Starkov yang berkepribadian ceria dan cukup frontal menyampaikan pikirannya. Keberadaannya cukup memberi hiburan tersendiri disamping peran para pendukung yang juga tak kalah menarik.
Secara keseluruhan, seri Shadow and Bone memiliki ke-khas-annya dalam menyuguhkan cerita seperti halnya Grishaverse yang cukup menarik untuk diikuti. Namun sayangnya, season pertama ini tak memberi cukup ruang bagi penonton baru untuk menikmati serialnya secara terpisah dari novelnya. Cerita yang cukup kompleks membuat seri ini terasa melelahkan, walau sebenarnya ide cerita dan universe-nya sangat menarik terlebih bagi penikmat genrenya. Dengan berat hati penulis tidak merekomendasikan jika anda menonton serial ini tanpa membaca novelnya atau memahami Grishaverse terlebih dahulu.