Sosok Hantu dan Ilmu Hitam dalam Film Horor Indonesia

0

Film horor menjadi salah satu genre populer di perfilman Indonesia. Hampir setiap minggu selalu ada saja film bertema horor yang rilis di bioskop. Tentu ini di luar momen pandemi COVID-19 seperti saat ini. Kultur masyarakat kita yang menyukai hal-hal mistis, membuat para produser menjadikan ini sebagai sebuah peluang. Nyatanya, film horor nyaris tak pernah sepi penonton, terutama penonton remaja yang tak mau ketinggalan “seru-seruan” menonton horor di bioskop. Genre horor memiliki plot yang cenderung menegangkan, bernuansa gelap, dan bertujuan untuk menakut-nakuti penonton. Berbagai tema dan cerita horor pun beragam dan telah dieksplor pembuat film, didasari dari naskah asli maupun adaptasi. Tak hanya itu, beragam bentuk franchise pun, seperti remake, reboot, sekuel, dan spin-off telah dikembangkan dalam genre ini.

Film horor tentu tak bisa lepas dari sosok gaib yang menyeramkan, seperti setan, arwah, atau medium mistis sebagai karakter antagonisnya. Sebut saja, sosok kuntilanak, pocong, jelangkung, sundel bolong, wewe, tuyul, dan lainnya. Karakter-karakter ini tentu bukan sesuatu yang asing di film-film horor kita. Berikut ini, kami akan memaparkan, sosok hantu apa saja yang sering diproduksi di Indonesia, yang diurutkan dari yang paling populer. Ada 10 poin dalam pembahasan artikel ini dengan total ada 3 halaman. Selamat membaca.

  1. Kuntilanak

Di urutan pertama ada hantu kuntilanak. Sosok kuntilanak biasanya digambarkan sebagai sosok perempuan berambut panjang, berpakaian kain putih lusuh, berwajah seram, kadang penuh luka, serta mengeluarkan suara tawa khas atau rintihan tangis. Film tentang kuntilanak tercatat sudah diproduksi di era 1960-1970-an dengan sudah menggunakan titel sosok hantunya, yakni Kuntilanak (1961) dan Kuntilanak (1974). Pada era milenium baru, Kuntilanak, diproduksi pada tahun 2006 yang disutradarai oleh Rizal Mantovani. Sekuelnya juga muncul dengan judul sama, yakni Kuntilanak 2 (2007) dan Kuntilanak 3 (2008). Tahun 2018, kembali Rizal Mantovani memproduksi seri Kuntilanak bersama sekuelnya. Dalam seri terbaru ini, sosok kuntilanak juga dihubungkan dengan sebuah cermin kuno mistis serta tembang Lingsir Wengi. Salah satu film terbaru yang mengangkat tema kuntilanak secara unik adalah Mangkujiwo (2020) yang menceritakan latar belakang munculnya kuntilanak dan cermin gaib.

Baca Juga  Pengabdi Setan II: Communion, Sekuel Jahanam

Banyak pula film horor lainnya yang menampilkan sosok ini dengan embel-embel pada titelnya, sebut saja Sarang Kuntilanak (2008), Kuntilanak Kamar Mayat (2009), Jeritan Kuntilanak (2009), Paku Kuntilanak (2009), Keranda Kuntilanak (2011), Santet Kuntilanak (2012), serta lainnya. Saking banyaknya film tentang sosok kuntilanak ini, banyak sineas secara kreatif mengkombinasikan dengan unsur komedi. Dari judulnya saja sudah bisa membuat kita tertawa geli, contohnya Kuntilanak Beranak (2009), Cin..Tetangga gue Kuntilanak! (2010), Arwah Kuntilanak Duyung (2011), dan Pacarku Kuntilanak Kembar (2012). Banyak pula, film horor kita yang tidak menyebut nama sosok setan ini di titelnya, namun menampilkan kuntilanak di filmnya. Sebut saja, film adaptasi novel seri Danur seperti Danur: I Can See Ghost (2017) dan Asih (2018), sosok hantunya bisa dikategorikan kuntilanak, walaupun visualisasinya terpengaruh sosok hantu Jepang.

  1. Pocong

Selain kuntilanak, sosok setan yang tak kalah populer dan sering kita lihat dalam film adalah hantu pocong. Hantu ini jelas tak asing di kalangan masyarakat kita. Pocong digambarkan sebagai sosok tubuh mayat manusia yang terbungkus kain kafan putih dan berjalan meloncat, di hidungnya kadang masih terdapat kapas dengan riasan wajah menyeramkan yang biasanya terdapat luka. Pocong identik dengan arwah penasaran yang belum tenang di alam kubur, yang akhirnya bangkit karena konon tali kafannya belum dilepaskan. Di era 1970 – 1980-an pun, sosok ini telah muncul dalam Setan Kuburan (1975) dan Setan Pocong (1988). Sedangkan di era 2000-an, puluhan film  mengangkat sosok pocong, sebut saja Pocong (Dendam yang Tak Bisa Mati) (2006), Pocong 2 (2006), Pocong 3 (2007), 40 Hari Bangkitnya Pocong (2008) dan banyak lainnya. Walau sudah jarang muncul di beberapa tahun terakhir ini, hantu ini masih muncul dalam Jaga pocong (2018) dan Pocong The Origin (2019). Seperti halnya kuntilanak, banyak sineas juga mengemasnya dalam genre komedi dengan titel nyeleneh, seperti Pocong Ngesot (2011), Pocong Mandi Goyang Pingul (2011), Pocong Minta Kawin (2011), Tali Pocong Perawan (2008) serta Kungfu Pocong Perawan (2012). Tak hanya itu, dua hantu ikonik dipertemukan dalam film Pocong Vs Kuntilanak (2008).

NEXT PAGE: JELANGKUNG & SUNDEL BOLONG

1
2
3
Artikel SebelumnyaItaewon Class (Series)
Artikel BerikutnyaTime to Hunt
Agustinus Dwi Nugroho lahir di Temanggung pada 27 Agustus 1990. Ia menempuh pendidikan Program Studi Film sejak tahun 2008 di sebuah akademi komunikasi di Yogyakarta. Di sinilah, ia mulai mengenal lebih dalam soal film, baik dari sisi kajian maupun produksi. Semasa kuliah aktif dalam produksi film pendek baik dokumenter maupun fiksi. Ia juga lulus dengan predikat cum laude serta menjadi lulusan terbaik. Ia mulai masuk Komunitas Film Montase pada tahun 2008, yang kala itu masih fokus pada bidang apresiasi film melalui Buletin Montase, yang saat ini telah berganti menjadi website montasefilm.com. Sejak saat itu, ia mulai aktif menulis ulasan dan artikel film hingga kini. Setelah lulus, ia melanjutkan program sarjana di Jurusan Ilmu Komunikasi di salah satu perguruan tinggi swasta di Jogja. Penelitian tugas akhirnya mengambil tema tentang Sinema Neorealisme dan membandingkan film produksi lokal yang bertema sejenis. Tahun 2017, Ia menyelesaikan studi magisternya di Program Pascasarjana Jurusan Pengkajian Seni di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta dengan minat utama film. Penelitian tesisnya terkait dengan kajian narasi dan plot sebuah film. Saat ini, ia tercatat sebagai salah satu staf pengajar di Program Studi Film dan Televisi, ISI Yogyakarta mengampu mata kuliah teori, sejarah, serta kajian film. Ia juga aktif memberikan pelatihan, kuliah umum, seminar di beberapa kampus, serta menjadi pemakalah dalam konferensi Internasional. Biodata lengkap bisa dilihat dalam situs montase.org. Prestasi besar terakhirnya adalah menjadi nominator Festival Film Indonesia 2021 untuk kategori Kritikus Film Terbaik melalui artikel "Asih, Cermin Horor Indonesia Kontemporer" bersama rekan penulisnya, Miftachul Arifin.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.