the exit 8

The Exit 8 adalah film horor supernatural thriller produksi Jepang yang diadaptasi dari gim berjudul sama rilisan Kotake Create. Film ini ditulis naskahnya dan disutradarai oleh Genki Kawamura dengan dibintangi Kazunari Ninomiya, Yamato Kochi, Naru Asanuma, Kotone Hanase, serta Nana Komatsu. Film ini baru saja dirilis akhir Bulan Agustus lalu di negara asalnya dan diapresiasi sangat tinggi. Akankah film horor unik ini memberikan suntikan segar bagi genrenya?

Do not overlook any anomalies. If you find an anomaly, turn back immediately. If you do not find any anomalies, do not turn back. Go out from Exit 8.”

Seorang pria muda (Ninomiya) pulang menaiki kereta bawah tanah dan turun di sebuah stasiun. Ketika ia berjalan di lorong untuk menuju ke luar, sebuah anomali pun terjadi. Ia terjebak dalam satu pusaran waktu yang tak jelas penyebabnya. Aturan mainnya gamblang dan tertulis di satu dinding lorong. Seseorang bisa keluar melalui pintu nomor 8 setelah melewati lorong sebanyak 8x dengan persyaratan tertentu. Jika salah, maka akan kembali dari awal. Dalam prosesnya, ternyata bukan hanya pria tersebut yang terjebak dalam pusaran waktu.

Bagi penggemar film berkonsep time loop, The Exit 8 adalah salah satu eksplorasi paling segar, menarik, dan mengesankan yang pernah ada. Transisi waktu tidak mengenal deadline seperti yang biasa pada plot berkonsep ini (misal 24 jam), tetapi adalah ketika seseorang berjalan dan berpindah ruang. Ketika pria tersebut berjalan menerus menyusuri lorong, seketika pula waktu berulang. Sederhananya, jika terjadi pengulangan yang normal (tanpa perubahan/anomali), seseorang hanya tinggal berjalan lurus ke depan. Selesai sudah. Game over. Plotnya secara konstan mampu memantik rasa penasaran  dan sisi misteri, sekaligus mampu membuat kita frustasi.

Dalam plotnya, anomali ditandai dengan perubahan set yang variatif dan menantang. Misal saja, ada posisi benda yang berubah, gambar poster berubah, pintu membuka, warna lantai berubah, lampu  mendadak mati, serta lainnya. Satu momen mengingatkan pada film horor ikonik garapan Stanley Kubrick, The Shining (1980), ketika lorong dibanjiri air bah yang dahsyat. Sementara di film klasiknya, lorong dibanjiri darah. Nuansa horor dibangun dari anomali-anomali ini. Kadang mengerikan dan tidak jarang pula mengejutkan penonton. Seorang sosok bisa tiba-tiba muncul di balik lorong, gambar poster yang matanya melirik ke arah tokohnya, hingga kemunculan monster-monster mengerikan ketika lampu padam.

Baca Juga  Insidious: The Last Key

Namun, dari segala pencapaian dan konsepnya yang unik, sang sineas melalui naskahnya mampu menyelipkan satu pesan yang amat brilian. Bisa jadi ini tak ada dalam gimnya. Sang sineas memberikan kedalaman yang begitu mengejutkan melalui tokoh, pengadeganan, dan dialognya. Dalam satu dialog segmen sang bapak, disinggung, apakah mereka semua telah tewas dan ini adalah bentuk “purgatory” atau “neraka”. Bahkan sebuah dialog pun diulang beberapa kali oleh seorang karakter. Sang bapak terjebak dalam satu rutinitas harian yang repetitif (materi) sehingga tidak lagi bisa membedakan realitas. Lalu sang bocah, ibunya tidak lagi memedulikan dirinya sehingga ia pun sengaja lari agar sang ibu mencarinya. Lantas sang pria muda yang bermasalah dengan pasangannya dan rasa takutnya untuk memiliki anak. Semua ini adalah satu singgungan sosial yang terjadi pada masyarakat Jepang modern.

The Exit 8 adalah pencapaian langka bagi adaptasi gim yang mengeksplorasi segar konsep time loop serta keunikan set terbatasnya melalui naskah yang brilian. Satu adaptasi sederhana yang berkelas dan memiliki kedalaman. Sang sineas tidak hanya mampu menawarkan eksplorasi segar secara estetis tetapi membuatnya lebih bermakna. The Exit 8 mampu membawa konsep time loop ke level yang lebih tinggi dan dalam lagi. Eksplorasi time loop adalah salah satu capaian paling menggairahkan bagi para pembuat dan penikmat film. Kita nantikan, eksplorasi seperti apa lagi yang akan ditawarkan ke depannya.

1
2
PENILAIAN KAMI
Overall
100 %
Artikel SebelumnyaThe Long Walk | REVIEW
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses