Insidious: The Last Key (2018)

103 min|Horror, Mystery, Thriller|05 Jan 2018
5.7Rating: 5.7 / 10 from 72,657 usersMetascore: 49
Parapsychologist Dr. Elise Rainier faces her most fearsome and personal haunting yet, as she is drawn back to her ghostly childhood home where the terror began.

Insidious: The Last Key adalah seri keempat dari seri Insidious yang sukses komersial melalui bujet produksinya yang amat kecil. Tiga seri sebelumnya, sukses meraih lebih dari US$350 juta dengan bujet total ketiga filmnya di bawah angka US$20 juta. Film ini merupakan sekuel dari seri ketiga dan merupakan prekuel dari dua seri pertamanya. Seperti seri ketiga, film ini masih dibintangi Lin Shaye, Leigh Wannel, dan Angus Sampson, serta digarap sineas muda, Adam Robitel.

Kisah filmnya masih mengikuti petualangan Elise, Tucker, dan Specs. Elise, ternyata memiliki masa kecil yang kelam. Ia tinggal di kawasan penjara karena ayahnya bekerja di sana. Elise yang sejak kecil sudah mampu melihat arwah berdampak pada keluarganya. Sang ayah yang tak suka dengan bualan putrinya kerap mengurungnya di bawah tanah. Di sana, ia bertemu satu entiti jahat yang berujung pada satu peristiwa mengenaskan. Elise dewasa yang masih dihantui masa kecilnya, kini mencoba untuk menghadapi sang entiti dan menyelesaikan masalah ini untuk selamanya.

Boleh dibilang semua yang ada di plot film ini memang terasa amat memaksa. Penulis naskah seperti kehilangan ide untuk membuat formula baru cerita filmnya. Walau di awal cerita mencoba untuk memberikan kilas-balik latar belakang tokoh Elise, namun pengembangan cerita berikutnya tampak sekali amat lemah dan mudah diantisipasi, dengan formula mirip dengan seri sebelumnya. Semua adegan dibuat hanya untuk memancing aksi “horor”, yang ini pun sudah tak memiliki kejutan teknis berarti. Beberapa adegan jelas tak masuk akal sama sekali. Arwah jelas berbeda dengan manusia dan jelas tak mungkin bisa tertangkap secara fisik oleh mata kamera. Untuk apa berpolah layaknya arwah tanpa berusaha keluar jika ia sendiri bisa berkeliaran kesana ke mari. Walau kita tahu itu untuk mengecoh, namun apa yang disajikan dalam satu adegan sungguh konyol.

Baca Juga  Skyscraper

Sebagai film horor, film ini tak memiliki apapun yang mampu mengejutkan penonton, kecuali hanya memainkan formula pergerakan kamera dan efek suara yang mengagetkan. Tak ada satu atmosfir horor kuat yang mampu membuat penonton untuk bisa bergidik sepanjang film. Sejak awal film, suasana horor sebenarnya telah tercipta dengan setting kawasan dan bangunan penjara yang tampak amat mencekam, namun tak disangka-sangka ternyata setting kisah filmnya ternyata tidak di sana. Tak ada kaitan yang kuat, baik secara cerita maupun visual antara rumah dengan penjara tersebut. Sayang sekali.

Insidious: Last Key adalah satu sekuel lemah yang hanya mengandalkan formula seri sebelumnya, tanpa efek kejutan cerita dan horor yang berarti. Melanjutkan seri ini rasanya tak ada lagi yang bisa digali untuk bisa menghasilkan sesuatu yang berkualitas. Namun, dari sisi komersial nyatanya tidak. Bujet film ini yang hanya US$ 10 juta, rasanya bakal tertutup seketika dari hasil minggu pertama rilis domestiknya saja. Untuk kesekian kalinya, Job done untuk produser Jason Blum dan James Wan.

WATCH TRAILER

PENILAIAN KAMI
Overall
20 %
Artikel SebelumnyaRemake Lion King Live Action Rilis Tahun 2019
Artikel BerikutnyaAjin: Demi-Human
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.