Insidious: The Last Key (2018)

103 min|Horror, Mystery, Thriller|05 Jan 2018
5.7Rating: 5.7 / 10 from 71,315 usersMetascore: 49
Parapsychologist Dr. Elise Rainier faces her most fearsome and personal haunting yet, as she is drawn back to her ghostly childhood home where the terror began.

Insidious: The Last Key adalah seri keempat dari seri Insidious yang sukses komersial melalui bujet produksinya yang amat kecil. Tiga seri sebelumnya, sukses meraih lebih dari US$350 juta dengan bujet total ketiga filmnya di bawah angka US$20 juta. Film ini merupakan sekuel dari seri ketiga dan merupakan prekuel dari dua seri pertamanya. Seperti seri ketiga, film ini masih dibintangi Lin Shaye, Leigh Wannel, dan Angus Sampson, serta digarap sineas muda, Adam Robitel.

Kisah filmnya masih mengikuti petualangan Elise, Tucker, dan Specs. Elise, ternyata memiliki masa kecil yang kelam. Ia tinggal di kawasan penjara karena ayahnya bekerja di sana. Elise yang sejak kecil sudah mampu melihat arwah berdampak pada keluarganya. Sang ayah yang tak suka dengan bualan putrinya kerap mengurungnya di bawah tanah. Di sana, ia bertemu satu entiti jahat yang berujung pada satu peristiwa mengenaskan. Elise dewasa yang masih dihantui masa kecilnya, kini mencoba untuk menghadapi sang entiti dan menyelesaikan masalah ini untuk selamanya.

Boleh dibilang semua yang ada di plot film ini memang terasa amat memaksa. Penulis naskah seperti kehilangan ide untuk membuat formula baru cerita filmnya. Walau di awal cerita mencoba untuk memberikan kilas-balik latar belakang tokoh Elise, namun pengembangan cerita berikutnya tampak sekali amat lemah dan mudah diantisipasi, dengan formula mirip dengan seri sebelumnya. Semua adegan dibuat hanya untuk memancing aksi “horor”, yang ini pun sudah tak memiliki kejutan teknis berarti. Beberapa adegan jelas tak masuk akal sama sekali. Arwah jelas berbeda dengan manusia dan jelas tak mungkin bisa tertangkap secara fisik oleh mata kamera. Untuk apa berpolah layaknya arwah tanpa berusaha keluar jika ia sendiri bisa berkeliaran kesana ke mari. Walau kita tahu itu untuk mengecoh, namun apa yang disajikan dalam satu adegan sungguh konyol.

Baca Juga  Roma

Sebagai film horor, film ini tak memiliki apapun yang mampu mengejutkan penonton, kecuali hanya memainkan formula pergerakan kamera dan efek suara yang mengagetkan. Tak ada satu atmosfir horor kuat yang mampu membuat penonton untuk bisa bergidik sepanjang film. Sejak awal film, suasana horor sebenarnya telah tercipta dengan setting kawasan dan bangunan penjara yang tampak amat mencekam, namun tak disangka-sangka ternyata setting kisah filmnya ternyata tidak di sana. Tak ada kaitan yang kuat, baik secara cerita maupun visual antara rumah dengan penjara tersebut. Sayang sekali.

Insidious: Last Key adalah satu sekuel lemah yang hanya mengandalkan formula seri sebelumnya, tanpa efek kejutan cerita dan horor yang berarti. Melanjutkan seri ini rasanya tak ada lagi yang bisa digali untuk bisa menghasilkan sesuatu yang berkualitas. Namun, dari sisi komersial nyatanya tidak. Bujet film ini yang hanya US$ 10 juta, rasanya bakal tertutup seketika dari hasil minggu pertama rilis domestiknya saja. Untuk kesekian kalinya, Job done untuk produser Jason Blum dan James Wan.

WATCH TRAILER

PENILAIAN KAMI
Overall
20 %
Artikel SebelumnyaRemake Lion King Live Action Rilis Tahun 2019
Artikel BerikutnyaAjin: Demi-Human
His hobby has been watching films since childhood, and he studied film theory and history autodidactically after graduating from architectural studies. He started writing articles and reviewing films in 2006. Due to his experience, the author was drawn to become a teaching staff at the private Television and Film Academy in Yogyakarta, where he taught Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory from 2003 to 2019. His debut film book, "Understanding Film," was published in 2008, which divides film art into narrative and cinematic elements. The second edition of the book, "Understanding Film," was published in 2018. This book has become a favorite reference for film and communication academics throughout Indonesia. He was also involved in writing the Montase Film Bulletin Compilation Book Vol. 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Additionally, he authored the "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). Until now, he continues to write reviews of the latest films at montasefilm.com and is actively involved in all film productions at the Montase Film Community. His short films have received high appreciation at many festivals, both local and international. Recently, his writing was included in the shortlist (top 15) of Best Film Criticism at the 2022 Indonesian Film Festival. From 2022 until now, he has also been a practitioner-lecturer for the Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts in the Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.