the only girl in the orchestra

Tema musik kembali memenangkan hati juri Oscar untuk kategori film dokumenter pendek (best documentary short). Setelah tahun lalu diisi oleh The Last Repair Shop yang bercerita tentang tempat reparasi instrumen musik dan kemudian berhasil meraih piala, kini ada dua film yang berhasil masuk yaitu The Only Girl in the Orchestra dan Instruments of a Beating Heart. Kedua Film ini dapat kita tonton melalui platform Netflix.

Film dokumenter berdurasi 35 menit ini mengisahkan sosok perempuan pertama yang bergabung dengan kelompok orkestra, the New York Philharmonic, yang dipimpin maestro Leonard Bernstein. Orin O’Brien berhasil lolos audisi yang terkenal ketat dan sulit sebagai pemain kontrabas. O’Brien sendiri merupakan putri dari pasangan bintang film terkenal. Ayahnya adalah George O’Brien dan ibunya aktris cantik Marguerite Churchill. Alih-alih mengikuti profesi kedua orang tuanya, ia malah berfokus dengan dunia musik, terutama kontrabas, sejak masih remaja.

Oleh karena produser dan sutradara film ini adalah Molly O’Brien, keponakan perempuannya, maka film dokumenter ini terasa intim dan hangat. Penonton bisa melihat keseharian Orin saat bercakap dengan keponakannya, mengajar para muridnya, hingga memutuskan untuk pensiun di kelompok orkestra yang membesarkan namanya. Ya, setelah 55 tahun akhirnya Orin pensiun dari the New York Philharmonic.  Ada beberapa dialog yang menarik. Alasan Orin memilih kontrabas, misalnya. Ia rupanya tidak begitu suka menjadi spotlight. Baginya tidak mengapa menjadi pelengkap dalam sebuah kelompok.

Gambar-gambar dokumenter ini indah sehingga penonton tidak akan merasa bosan menyaksikan film ini. Percakapan Orin yang hangat bersama orang-orang di sekelilingnya diselingi dengan foto-foto ketika Orin baru bergabung dengan kelompok orkestra, termasuk footage ayah ibunya dan sosok Leonard Bernstein.

Baca Juga  Dar Saaye Sarv (In the Shadow of the Cypress)

Oleh karena film dokumenter ini tentang musik, maka penonton diajak ikut berlatih, melakukan rehearsal dengan sekelompok pemain kontrabas atau dalam formasi lengkap orkestra. Nomor-nomor indah pun mengalun dari simfoni Beethoven hingga Dvorak. Bagi pecinta musik, film dokumenter ini menarik untuk disimak, karena tak hanya mata, telinga pun ikut dimanjakan. Dalam Oscar 2025 ini The Only Girl in the Orchestra bersaing ketat dengan Instruments of a Beating Heart yang sama-sama membahas tentang musik dan kelompok orkestra. Tiga pesaing lainnya adalah Death by Numbers, Incident, dan I Am Ready, Warden.

Artikel SebelumnyaCleaner | REVIEW
Dewi Puspasari akrab disapa Puspa atau Dewi. Minat menulis dengan topik film dimulai sejak tahun 2008. Ia pernah meraih dua kali nominasi Kompasiana Awards untuk best spesific interest karena sering menulis di rubrik film. Ia juga pernah menjadi salah satu pemenang di lomba ulas film Kemdikbud 2020, reviewer of the Month untuk penulis film di aplikasi Recome, dan pernah menjadi kontributor eksklusif untuk rubrik hiburan di UCNews. Ia juga punya beberapa buku tentang film yang dibuat keroyokan. Buku-buku tersebut adalah Sinema Indonesia Apa Kabar, Sejarah dan Perjuangan Bangsa dalam Bingkai Sinema, Antologi Skenario Film Pendek, juga Perempuan dan Sinema.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.