Bagaimana jika kita terjebak dalam satu bangunan yang dipenuhi teroris, namun alih-alih John McClane yang menyelamatkan kita, melainkan seorang Santa Claus? Aksi plot ala Die Hard ini bertitel Violent Night yang diarahkan oleh sineas Norwegia Tommy Wirkola dan diproduseri sineas John Wick, David Leitch. Film ini dibintangi David Harbour, John Leguizamo, Cam Gigandet, serta Beverly D’Angelo. Lalu, bagaimana pencapaian film kombinasi dua genre ini?

Santa Claus is coming to town

Malam Natal, keluarga besar multi miliuner, Lightstone, berkumpul di mansion sang ibu. Di luar dugaan, sekelompok teroris pimpinan Scrooge (Leguizamo) mengambil alih bangunan besar tersebut dengan niat menguras harta keluarga tersebut. Namun tanpa disadari para teroris, satu orang tak diundang mengusik aksi para teroris, dan ia adalah Santa Claus (Harbour). Ya benar, sang Santa Claus sungguhan.

Premis yang kelewat konyol ini justru malah membuat segalanya menjadi segar dan menghibur. Plot aksi sejenis bertema sang protagonis yang sama, sebelumnya juga tampak dalam Fatman (2020) yang diperankan Mel Gibson. Keduanya juga sama-sama keras, sadis, dan brutal dengan selera humor yang tinggi. Violent Night bukanlah film anak-anak, sekali lagi, bukan untuk anak-anak! Sekalipun ada sosok gadis kecil dalam kisahnya, namun filmnya menggunakan semua adegan kekerasan sadis yang banyak kita lihat dalam film aksi brutal masa kini. Darah dan potongan organ tubuh, secara literal ada di semua adegan aksinya. Brutal total!

David Harbour yang kita kenal melalui seri Stranger Things begitu pas memerankan Santa yang satu ini. Sosoknya pun tak jauh dari sheriff Jim Hopper (Stranger Things) yang keras namun lembut hati. Namun kini, Harbour beraksi di luar batas kenormalan, yang mirip perannya dalam Hellboy versi remake. Ia terlihat menikmati perannya, pun kita yang menontonnya. Kombinasi aksi serius dan selipan humornya membuat sajian aksinya begitu menghibur. Jika sisi komedinya yang ditonjolkan, pencapaian film ini pasti bakal beda.

Baca Juga  Escape Room: Tournament of Champions

Violent Night sebuah kombinasi unik plot Die Hard dan sisi fantasi (mitos) dengan kekerasan brutal yang dijanjikan judulnya. Beberapa adegannya juga memiliki tribute pada dua film Natal populer, Home Alone dan tentu saja seri Die Hard yang menjadi rujukan utama plotnya. Violent Night bukanlah film aksi berkualitas tinggi. Jika dibandingkan Fatman, rasanya masih sedikit dibawah. Namun untuk eksplorasi genrenya, boleh jadi adalah sesuatu yang terbilang segar dan amat menghibur. Sayang, film ini hanya diputar di sedikit teater, dan juga bukan untuk tontonan keluarga. Jangan tertipu oleh posternya, Santa yang satu ini bukanlah Santa Klaus yang bisa menjadi panutan. Selamat menikmati!

 

1
2
PENILAIAN KAMI
Overall
70 %
Artikel SebelumnyaWednesday
Artikel BerikutnyaTroll
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses