you will die in 6 hours

Mengambil adaptasi novel dari Jepang berjudul 6 Jikango ni Kimi wa Shinu karya Kazuaki Takano, film produksi Korea Selatan ini mengambil langkah yang berbeda dari film thriller kebanyakan. Disutradarai oleh Lee Yun-seok, yang juga menyutradarai film drama asal Jepang berjudul Yuko’s Diary, film ini memiliki arah yang lebih tajam dalam mengeksplorasi genre drama daripada genre misteri thriller yang dijanjikan. Rilis pada tanggal 30 Oktober lalu, film ini diperankan oleh Jae-hyun Jeong, Park Ju-hyun dan Kwak Si-yang.

Hidup sebatang kara setelah kabur dari rumahnya bertahun-tahun lalu, Jeong Yoon (Park) berusaha bertahan hidup dengan begitu banyak pekerjaan sampingan, seperti kasir supermarket, petugas gudang paket, dan lain-lain. Seorang pria misterius bernama Jun Woo (Jeong) tiba-tiba menghampirinya di tengah persimpangan jalan, mengatakan bahwa ia akan terbunuh dalam 6 jam. Rupanya, ini berkaitan dengan serangkaian kasus pembunuhan yang menimpa perempuan muda di kotanya.

Melihat dari trailer dan marketing dari film ini, yang lebih menekankan pada genre misteri thrillernya, bisa dimengerti jika kebanyakan orang akan kecewa ketika menyadari bahwa film ini tidak dikemas seperti film thriller pada umumnya. Film ini mengambil pengemasan yang lebih lambat, filosofikal, dan lebih dramatis. Tidak ada tensi ketegangan atau suspense khas film bergenre ini pada umumnya, yang bisa diartikan sebagai hal buruk bagi penikmat film thriller.

Bukan hanya itu, meskipun premis dari cerita ini terlihat menarik, pacing-nya yang lebih lambat dan intensional membuat plot twistnya menjadi lebih tertebak. Sepertinya, melihat dari pengalaman sutradara di film bergenre drama, pesan di dalamnya dan sub-plot yang lebih mendalam daripada konflik utama, ada niatan untuk ke arah sana. Seolah-olah tema pembunuhan dan prediksi kematian bukanlah poin utamanya.

Baca Juga  X-Men ‘97

Film ini akan jauh lebih cocok berada di genre drama misteri daripada thriller, melihat bagaimana film ini sudah dikemas dengan baik sebagai film dengan pesan dan sisi filosofikal yang kuat. Namun apabila filmmaker bersikeras untuk menyebut film ini sebagai film thriller, maka jelas bahwa film ini berbeda dengan mainstream film thriller pada umumnya, dengan suspense yang jauh lebih subtle dan terasa tidak terlalu mendebarkan atau mengancam.

Sepertinya, melihat dari adaptasi novel yang berasal dari Jepang, ada suatu trend menarik yang terlihat di film ini. Penuturan yang lebih lambat, lebih berfokus di konteks di bawah permukaan dan subtlety-nya mengingatkan pada serial animasi Boku Dake ga Inai Machi (Erased) bergenre fantasi seinen thriller yang fenomenal dan jauh lebih menegangkan dan dikemas dengan lebih baik dari film ini. Di serial animasi ini, kengerian dan ketegangan yang dibangun dengan permainan pacing dan misterinya sangatlah mulus. Sementara, You Will Die in 6 Hours memiliki adegan-adegan yang seharusnya lebih lambat atau lebih cepat, menambah unsur ngeri dan urgency-nya.

You Will Die in 6 Hours seharusnya dipasarkan sebagai film drama misteri karena tidak memunculkan ketegangan pada penonton. Namun selebihnya, sinematografi, musik, dan akting sudah cukup membawa penonton masuk ke dunianya yang terasa depresif dan thought provoking.

1
2
PENILAIAN KAMI
Overall
70 %
Artikel SebelumnyaThe Paradise of Thorns
Artikel BerikutnyaFlow

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.