Airport (1970)
137 min|Action, Drama, Thriller|05 Mar 1970
6.6Rating: 6.6 / 10 from 20,960 usersMetascore: 42
A bomber on board an airplane, an airport almost closed by snow, and various personal problems of the people involved.

Airport diadaptasi dari novel berjudul sama karya Arthur Healey. Film ini berkisah keseharian sebuah bandara dalam satu hari yang di luar kebiasaan. Manager bandara, Mel Bakersfeld (Lancaster) harus membersihkan landasannya dari salju tebal yang mengotori landasan pacu. Satu pesawat penumpang telah menjadi korbannya terjebak di tengah landasan. Belum selesai masalah, sebuah pesawat yang tengah mengudara mendapat ancaman bom dan akhirnya meledak sehingga kabin bagian belakang berlubang. Pilot terpaksa harus melakukan pendaratan darurat di landasan yang belum sepenuhnya bersih dari salju.<

Airport merupakan pemicu utama booming tema bencana pada era 70-an. Lantas apa yang membuat film ini begitu digemari penonton? Dengan modal produksi hanya $10 juta namun mampu meraih pendapatan kotor lebih dari $100 juta. Bisa dibilang Airportmerupakan pelopor formula disaster movie modern, utamanya karena penggunaan multi plot serta kombinasi unsur roman, drama, bahkan komedi. Hampir separuh durasi awal filmnya (lebih dari satu jam) belum memperlihatkan konflik cerita sesungguhnya. Pada segmen ini layaknya film drama dan roman kita justru dibawa satu persatu secara bergantian dengan rinci dan berimbang menjelaskan latar-belakang tiap tokohnya. Aksi ketegangan baru muncul pada sepertiga akhir cerita menutup kisahnya dengan sempurna dan semua konflik masing-masing karakternya selesai.

Satu kunci lainnya keberhasilan komersil film ini jelas pada sederetan bintang ternama yang bermain di film ini. Namun tidak seperti dalam film-film sejenis masa kini mereka lebih banyak berakting ketimbang beraksi sehingga momen dramatik di akhir film jauh lebih terasa. Penggunaan settingyang bervariasi di areal bandara juga menjadi daya tarik tersendiri filmnya namun satu pencapaian teknis yang sangat unik adalah penggunaan teknik split screen. Teknik split screen seringkali digunakan menggantikan teknik cross cutting terutama pada adegan dialog menggunakan telepon atau CB. Dalam beberapa adegan, sineas membagi layar tidak hanya dua namun hingga empat layar sekaligus. Teknik ini sangat efektif karena dalam filmnya seringkali menggunakan dialog tak langsung seperti telepon.

Baca Juga  '3 Hati, 2 Dunia, 1 Cinta' dan Wacana Hubungan Kasih Beda Agama

Airport jelas tidak dapat dibandingkan dengan film-film aksi sejenis masa kini, seperti Die Hard 2 misalnya. Airportjustru tampak lebih manusiawi karena lebih menekankan pada unsur dramatik ketimbang unsur aksinya. Unsur ketegangan yang demikian tinggi terutama di sepertiga akhir cerita juga tidak kalah dengan film-film bencana masa kini sekalipun efek visual yang digunakan masih sangat sederhana.

https://www.youtube.com/watch?v=PACKbKt8MOw

Artikel SebelumnyaDante’s Peak, Film Bencana Gunung Api yang Ilmiah dan Menghibur
Artikel BerikutnyaDisaster Movies
Hobinya menonton film sejak kecil dan mendalami teori dan sejarah film secara otodidak setelah lulus dari studi arsitektur. Ia mulai menulis artikel dan mengulas film sejak tahun 2006. Karena pengalamannya, penulis ditarik menjadi staf pengajar di Akademi Televisi dan Film swasta di Yogyakarta untuk mengajar Sejarah Film, Pengantar Seni Film, dan Teori Film sejak tahun 2003 hingga tahun 2019. Buku film debutnya adalah Memahami Film (2008) yang memilah seni film sebagai naratif dan sinematik. Buku edisi kedua Memahami Film terbit pada tahun 2018. Buku ini menjadi referensi favorit bagi para akademisi film dan komunikasi di seluruh Indonesia. Ia juga terlibat dalam penulisan Buku Kompilasi Buletin Film Montase Vol. 1-3 serta 30 Film Indonesia Terlaris 2012-2018. Ia juga menulis Buku Film Horor: Dari Caligari ke Hereditary (2023) serta Film Horor Indonesia: Bangkit Dari Kubur (2023). Hingga kini, ia masih menulis ulasan film-film terbaru di montasefilm.com dan terlibat dalam semua produksi film di Komunitas Film Montase. Film- film pendek arahannya banyak mendapat apresiasi tinggi di banyak festival, baik lokal maupun internasional. Baru lalu, tulisannya masuk dalam shortlist (15 besar) Kritik Film Terbaik dalam Festival Film Indonesia 2022. Sejak tahun 2022 hingga kini, ia juga menjadi pengajar praktisi untuk Mata Kuliah Kritik Film dan Teori Film di Institut Seni Indonesia Yogyakarta dalam Program Praktisi Mandiri.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.