Ide untuk mengembangkan sebuah gerakan yang memperjuangkan agar kita tidak selalu berada dibawah bayang-bayang kapitalisme dan komersialisasi media, sudah sejak lama muncul dalam pemikiran beberapa praktisi televisi dan kreator film. Televisi Publik Lokal dan Komunitas menjadi salah satu bentuk perjuangannya, tetapi karena tidak adanya keberpihakan dari eksekutif dan legislatif terhadap keberagaman kepemilikan media, maka kedua jenis lembaga penyiaran ini dikerdilkan secara politik dan ekonomi.

Beberapa kreator film yang merasa tidak nyaman karena selalu dibawah bayang-bayang kapitalisme dan komersialisasi media, pada awalnya merencanakan Art Cinema, sebuah jaringan bioskop digital di daerah-daerah. Atribut Art Cinema dirasa terlalu berat bebannya. Karena itu Art Cinema hanya akan dikembangkan di beberapa kota budaya seperti Jakarta (Art Cinema FFTV-IKJ), Bandung, Jogja dan Bali. Ada wacana menggunakan atribut lain yaitu : Alternative Cinema, tetapi istilah ini ternyata telah dipakai di dunia internasional sebagai ranah pertunjukan film yang bersifat non profit. Dan juga ada pengertian lain, Alternatif Cinema ditujukan pada film-film yang ekstrim, yaitu violence yang ekstrim, seks yang ekstrim, horror yang ekstrim. Jadi kita tinggalkan penggunaan atribut Aternative Cinema .

Akhirnya muncul wacana  menggunakan atribut SINEMA MANDIRI. Sinema Mandiri bukan hanya menyiapkan ruang-ruang eksibisi (bioskop) tetapi merupakan gerakan terpadu antara EKSIBISI, PRODUKSI, dan PENDIDIKAN. Sinema Mandiri akan dikembangkan di berbagai daerah yang memiliki potensi untuk pengembangan kegiatan perfilman. Perlu diberikan catatan, Sinema Mandiri bukan ditujukan untuk memasuki ranah mainstream dan juga bukan dimaksudkan untuk menggantikan kegiatan eksibisi film-film independen yang selama ini sudah eksis. Sinema Mandiri merupakan sebuah jalur baru yang berada diantara jalur main stream dan  jalur eksibisi film  independen.

Koperasi Sinema Mandiri

Gerakan Sinema Mandiri memerlukan wahana yang tepat. Ada 3 pilihan, Perseroan Terbatas, Yayasan, atau Koperasi. Wadah Perseroan Terbatas yang murni bisnis membutuhkan modal yang besar dan tidak sesuai dengan tujuan bekerja bersama demi kesejahteraan bersama. Dan karena membutuhkan modal besar maka dikuatirkan kita akan kembali dibawah bayang-bayang pemilik modal, Yayasan kurang leluasa sebagai lembaga profit. Yang paling tepat adalah wadah Koperasi, dengan Koperasi keuntungan atau kesejahteran tidak hanya dinikmati oleh segelintir orang, tetapi bisa dirasakan banyak orang, para anggota koperasi. Koperasi adalah sebuah badan hukum yang bersifat sosial tetapi sekaligus juga profitable. Koperasi berpeluang untuk berkembang karena saat ini pemerintah sedang menggalakkan gerakan koperasi. Anggota koperasi adalah mereka yang memiliki kesamaan kegiatan di bidang film (atau yang berkaitan) :

  • Para kreator dan pemeran film profesional
  • Guru-guru dan siswa-siswa SMK/SMA
  • Dosen dan mahasiswa
  • Para pelaku video komunitas
  • Para pelaku videodokumentasi.
  • Para penggemar film
  • Para wirausahawan
Baca Juga  Soegija, 100% Garin dan tidak 100% Soegija

Pada dasarnya setiap anggota Koperasi yang memberikan kontribusi bagi keuntungan Koperasi akan mendapatkan hasil pada saat pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU). Berarti semua anggota Koperasi yang aktif terlibat dalam produksi film, aktif mempromosikan dan ikut menjualkan tiket akan mendapatkan pembagian keuntungan. Bahkan anggota Koperasi yang hanya menonton film di bioskop Sinema Mandiri (dengan membayar), pada saat pembagian SHU juga akan mendapatkan bagian.

Perlu ditekankan bahwa setiap Koperasi Sinema Mandiri (KSM) tidak bisa berdiri sendiri,  harus merupakan kebersamaan secara idiil dan ekonomi. Jadi akan didirikan KSM di berbagai daerah.  KSM Jakarta sudah berdiri sejak 11 Pebruari 2012, KSM Magelang tanggal 3 Juni 2012.  Segera menyusul KSM Malang, Bogor dan Sukabumi. Komunitas film di kota-kota lain sudah menyatakan mendukung dan mempersiapkan beridirinya KSM di daerah masing-masing.

KSM di Jakarta dan daerah akan memiliki tiga kegiatan utama : eksibisi (bioskop), produksi dan pelatihan. Film-film hasil produksi KSM tidak hanya di putar di bioskop masing-masing, tetapi akan di edarkan ke daerah-daerah yang ada bioskop KSM nya. Dengan demikian film yang diproduksi oleh sebuah KSM, akan diputar di berbagai daerah sehingga akan memberikan pendapatan yang layak bagi KSM masing-masing. Besar kecilnya pendapatan sangat tergantung dari tingkat aktifitas anggota KSM. KSM-KSM yang didirikan tergolong ke dalam koperasi primer. Semua KSM nantinya akan bergabung ke dalam koperasi sekunder dalam bentuk Pusat Koperasi Sinema Mandiri (Pusat KSM).

Sebagai sebuah jaringan akan dikembangkan minimal 20 bioskop KSM di seluruh Indonesia. Sedangkan tingkat optimalnya 40 bioskop KSM.

Akhirnya yang wajib kita sadari ialah, Koperasi Sinema Mandiri harus menjadi wadah kreasi dan wadah usaha kita bersama, demi kesejahteraan kita bersama dan mengimbas pada kesejahteraan masyarakat pada umumnya, secara moril maupun materiil. Hal ini sesuai dengan semboyan : dari anggota (koperasi) oleh anggota (koperasi) untuk anggota (koperasi) dan masyarakat.

Dengan Koperasi Sinema Mandiri maka kita mendukung gerakan ekonomi kerakyatan sebagai imbangan terhadap kapitalisme yang sedang mengangkangi negeri ini. Nama KOPERASI SINEMA MANDIRI dirasa cukup mengungkapkan cita-cita kita bersama : melepaskan diri dari kungkungan bayang-bayang para kapitalis penguasa media, untuk mendapatkan tempat terhormat dalam ranah media di negeri ini.

 

Hartanto
Koperasi Sinema Mandiri (KSM) Jakarta
08161100649

Artikel SebelumnyaDari Redaksi Montase
Artikel BerikutnyaCannes Film Festival 2012
memberikan ulasan serta artikel tentang film yang sifatnya ringan, informatif, mendidik, dan mencerahkan. Kupasan film yang kami tawarkan lebih menekankan pada aspek cerita serta pendekatan sinematik yang ditawarkan sebuah film.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.