Perkembangan Era 1930 – 1950

Perkembangan Sinema Malaysia terhitung masih muda dan baru dimulai sejak dekade 30-an. Film pertama Malaysia tercatat adalah Leila Majnun (1933) karya Sutradara asal India BS Rajhans yang diadaptasi dari pertunjukan sanskrit. Sukses film tersebut membuat pengusaha besar asal Cina Shaw Bersaudara, yakni Run Run dan Run Me mengimpor beberapa peralatan produksi dari Shanghai untuk memproduksi film-film Melayu di studio mereka di Singapura. Shaw Bersaudara kelak dikenal sebagai pelopor dan raksasa industri hiburan dan film di Asia khususnya wilayah Asia Tenggara. Akibat invasi Jepang, awalnya mereka hanya memproduksi sedikit film seperti Samarang (1933), Bermadu (1937), dan Gagak Hitam (1937). Setelah pasca perang barulah mereka lebih produktif memproduksi film dengan senantiasa menggunakan para bintang dan wajah baru, seperti Singapura di Waktu Malam (1947) dan Cempaka (1947).

Tahun 1948 muncul seorang aktor muda bernama P. Ramlee yang kelak akan menjadi aktor dan sutradara legendaris di Malaysia. P. Ramlee bermain di film pertamanya, Cinta (1948) yang disutradarai oleh BS Rajhans. Kebanyakan film-film pada era ini memang memiliki banyak adegan musik, lagu, dan tari yang merupakan pengaruh dari sineas-sineas India yang dibawa oleh Shaw Brothers, seperti S. Ramanathan, KR Seetharama Sastry, Phani Majumdar, dan D. Ghos namun ada pula sutradara lokal seperti L. Krishnan dan KM Bashker. Tercatat Film-film populer yang diproduksi era ini antara lain Ibu Tiri (1941), Menantu Durhaka (1942), Seruan Merdeka (1946), Pisau Berachun (1948), Kampung Sentosa (1948), Noor Asmara (1949), Nasib (1949), dan Nilam (1949). Hingga era ini film-film lokal yang diproduksi masih hitam putih dan perkembangan yang pesat memunculkan mulai banyak studio-studio film baru.

Baca Juga  Soegija, 100% Garin dan tidak 100% Soegija

1
2
3
4
Artikel SebelumnyaNo Other Woman, Menjual Glamor dan Sensualitas
Artikel BerikutnyaSekilas Sinema Filipina
Agustinus Dwi Nugroho lahir di Temanggung pada 27 Agustus 1990. Ia menempuh pendidikan Program Studi Film sejak tahun 2008 di sebuah akademi komunikasi di Yogyakarta. Di sinilah, ia mulai mengenal lebih dalam soal film, baik dari sisi kajian maupun produksi. Semasa kuliah aktif dalam produksi film pendek baik dokumenter maupun fiksi. Ia juga lulus dengan predikat cum laude serta menjadi lulusan terbaik. Ia mulai masuk Komunitas Film Montase pada tahun 2008, yang kala itu masih fokus pada bidang apresiasi film melalui Buletin Montase, yang saat ini telah berganti menjadi website montasefilm.com. Sejak saat itu, ia mulai aktif menulis ulasan dan artikel film hingga kini. Setelah lulus, ia melanjutkan program sarjana di Jurusan Ilmu Komunikasi di salah satu perguruan tinggi swasta di Jogja. Penelitian tugas akhirnya mengambil tema tentang Sinema Neorealisme dan membandingkan film produksi lokal yang bertema sejenis. Tahun 2017, Ia menyelesaikan studi magisternya di Program Pascasarjana Jurusan Pengkajian Seni di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta dengan minat utama film. Penelitian tesisnya terkait dengan kajian narasi dan plot sebuah film. Saat ini, ia tercatat sebagai salah satu staf pengajar di Program Studi Film dan Televisi, ISI Yogyakarta mengampu mata kuliah teori, sejarah, serta kajian film. Ia juga aktif memberikan pelatihan, kuliah umum, seminar di beberapa kampus, serta menjadi pemakalah dalam konferensi Internasional. Biodata lengkap bisa dilihat dalam situs montase.org. Prestasi besar terakhirnya adalah menjadi nominator Festival Film Indonesia 2021 untuk kategori Kritikus Film Terbaik melalui artikel "Asih, Cermin Horor Indonesia Kontemporer" bersama rekan penulisnya, Miftachul Arifin.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.