Heart (2006) merupakan sebuah film percintaan remaja karya sutradara Hanny R. Saputra yang dinominasikan sebagai film terbaik Festival Film Indonesia tahun ini. Heart berkisah tentang cinta segitiga antara Rachel, Farel dan Luna. Rachel dan Farel adalah dua orang sahabat yang sudah terjalin sejak mereka masih kecil. Rachel sudah menyukai sahabatnya sejak kecil tanpa disadari oleh Farel. Suatu ketika Farel bertemu Luna dan langsung jatuh hati pada sang gadis. Sejak itu Farel banyak menghabiskan waktunya bersama Luna sehingga Rachel mulai merasa Kehilangan sahabatnya serta seseorang yang ia cintai. Film berakhir tragis dengan kematian Rachel yang mengorbankan “hati”nya untuk orang yang dicintainya sehingga Farel bisa hidup bahagia bersama Luna.
Cerita film mengalir dengan dihiasi latar belakang gambar-gambar pemandangan alam pegunungan yang sangat indah serta iringan lagu-lagu dan ilustrasi musik yang manis. Dengan komposisi gambar yang kuat kamera juga mampu menangkap dengan baik momen-momen penting pada tiap adegan dalam film ini. Sayangnya keindahan gambar di film ini tidak diimbangi oleh kemampuan akting dari para pemainnya. Para pemain muda ini seperti seolah sedang menghafal teks di depan kelas, tanpa jiwa, emosi dan ekspresi yang sesungguhnya. Dialog yang sebenarnya cukup baik menjadi hambar dan kehilangan maknanya yang tampak hampir di semua adegan.
Kelemahan lain yang juga sangat mencolok adalah banyaknya adegan yang terlalu dipaksakan untuk sekedar memotivasi adegan lain untuk muncul. Adegan-adegan seperti perahu bocor atau Rachel yang melihat Farel dan Luna berciuman sebenarnya bisa dibuat lebih wajar. Luna bisa saja terjatuh ke air ketika ia ingin mengambil bunga, juga Rachel bisa saja ia melihat Farel dan Luna ketika mereka berpelukan di kios bunga, hal ini sudah cukup untuk memicu adegan berikutnya. Momen-momen penting dalam beberapa adegan yang seolah menjadi titik balik perubahan alur cerita begitu mudahnya dimentahkan oleh adegan-adegan berikutnya. Luna seolah menerima cinta Farel dengan mengungkapkan kondisi dirinya setelah ia dikejar-kejar secara brutal oleh Rachel dengan mobil namun pada adegan selanjutnya Luna menolak untuk diajak makan malam oleh Farel. Setelah adegan brutal Rachel mengejar Farel dengan Mobilnya seolah setelahnya tidak terjadi sesuatu hal yang luar biasa padahal tindakan nekat Rachel bisa saja membunuh Farel atau orang lain disekitarnya.
Beberapa kejanggalan kecil juga tampak sedikit menganggu. Bagaimana mungkin Luna yang sakit keras (sekarat) bisa tinggal sendirian tanpa ada orang lain di rumahnya. Nyaris sepanjang film hanya menonjolkan tiga orang karakter saja sehingga suasana menjadi terasa sangat sepi, penambahan karakter seperti ayah Luna serta ibu Rachel sejak awal film sepertinya tidak terlalu menganggu jalannya cerita. Entah apa yang menyebabkan Heart bisa masuk nominasi sebagai salah satu film terbaik FFI, apakah karena pencapaian sinematografi yang begitu menawan? Apakah karena cerita dengan ending yang tragis? Apakah karena lagu soundtrack “Heart” yang manis? Entah apapun alasannya film ini masih terlampau banyak kelemahannya daripada kelebihannya. Jika dibandingkan dengan film Berbagi Suami yang tidak masuk nominasi jelas Heart bukan levelnya. Jujur saja, film ini bisa menjadi sangat baik jika didukung oleh para pemain yang cakap serta pengolahan adegan yang lebih matang. Seperti telah diungkapkan dalam tulisan sebelumnya apalah arti gambar-gambar yang sangat indah tanpa plot kuat.
Bagus Pramutya