Festival Film Animasi Indonesia (FFAI) secara rutin telah diselenggarakan setiap dua tahun selama lima tahun dalam satu dekade terakhir. Sebelumnya FFAI dilangsungkan berturut-turut di Jakarta dan terakhir di Jambi. Festival Film Animasi IndonesiaFFAI (FFAI) yang ke lima kali ini diselenggarakan di wilayah Magelang, Jawa Tengah, yang berpusat di desa Grabag, yaitu di Studio Televisi Komunitas Grabag TV serta aAula Kecamatan Grabag. Selain di dua tempat tersebut ada beberapa tempat yang dipilih sebagai lokasi kegiatan, seperti Desa Sorobayan (Kec. Grabag), SMK YP 17 Magelang, dan Universitas Tidar Magelang. Acara yang berlangsung selama lima hari tersebut dari tanggal 27 Oktober 2009 hingga 31 oktober 2009 diselenggarakan dan didukung oleh FFTV-IKJ (Fakultas Film dan Televisi Institut Kesenian Jakarta), ASIFA Indonesia, GRABAG TV, serta Yayasan Seni Visual Indonesia. Kegiatan festival ini sangat padat dan beragam, di antaranya pemutaran film animasi produksi lokal dan internasional yang secara rutin dilakukan selama lima hari berturut-turut di beberapa tempat tersebut di atas, workshop film animasi, sarasehan, diskusi film animasi, serta puncaknya adalah penjurian film animasi lokal.

Acara dibuka pertama kali di aula Kecamatan Grabag sekitar pukul 15.30 WIB yang oleh Dekan FFTV_IKJ, Gotot Prakosa. Pada pembukaan tersebut turut hadir beberapa tamu undangan di antaranya Camat Grabag dan peserta Workshop dari beberapa kota. Kemudian dilanjutkan dengan pemutaran beberapa film animasi, di antaranya film produksi lokal, Keluarga Bajuri Tanggap Flu Burung, film animasi pendek karya Maureen Selwood, serta film animasi panjang dari Prancis yang berjudul The Tale Of Despereaux. Acara pembukaan selesai sekitar pukul 18.00 WIB.

Pagi harinya bertempat di Studio TV Grabag, diadakan workshop animasi televisi. Peserta berasal dari beberapa SMK dan SMU di Jawa Tengah serta beberapa komunitas film dari Jogjakarta. Workshop tersebut dipandu oleh praktisi animasi lokal dan internasional, yakni Bernice Helena, MA., Rachmat Rizal, Kuntep Tarawa, serta Gotot Prakosa. Kegiatan ini juga dibantu oleh tim dari Institut Kesenian Jakarta. Workshop animasi yang kegiatannya sangat padat ini diadakan selama tiga hari, yakni sejak rabu, 28 Oktober 2009 hingga Jumat, 30 Oktober 2009. Inti dari workshop tersebut adalah pelatihan produksi film animasi berupa video klip animasi yang sederhana. Peserta workshop hanya dibatasi sekitar dua puluh orang saja dan diharapkan mereka kelak dapat membagi pengalamannya pada rekan-rekan mereka di daerahnya masing-masing.

Sementara itu kegiatan pemutaran film diadakan secara rutin setiap siang dan malam. Pemutaran film diselenggarakan di aula Kecamatan Grabag. Penonton yang kebanyakan anak-anak dan remaja begitu antusias menonton film-film animasi yang diputar. Film-film yang diputar antara lain adalah film-film animasi produksi lokal seperti Jungle Forever, dan beberapa film animasi luar produksi Pixar serta lainnya. Selain bertempat di Kecamatan Grabag, pemutaran film juga diadakan di Desa Sorobayan, sebuah desa terpencil yang jauh dari keramaian kota, namun tidak mengurangi antusiasme masyarakat untuk hadir dalam acara ini hingga satu ruangan terisi penuh penonton. Film-film yang diputar antara lain berjudul Velveteen Rabbit karya Robin Cook serta beberapa film animasi pendek dari Indonesia. Selain di kedua tempat tersebut pemutaran film juga diadakan didi SMK YP 17 Magelang dan Universitas Tidar Magelang.

Baca Juga  Emak Ingin Naik Haji

Kegiatan di Universitas Tidar tidak kalah meriah. Jumlah penonton yang menghadiri pemutaran, penjurian dan diskusi film tidak kurang dari 150 orang. Tampak hadir juga Rektor Universitas Tidar, Dr. Cahyo Yusuf, M.Pd., dan jajarannya, Ketua Dewan Kesenian Magelang, Drs. Budiono beserta anggotanya, beberapa tokoh masyarakat-budayawan Magelang. Kegiatan diawali dengan pemutaran film animasi pendek Indonesia, Rusia, Jerman, dan Korea. Acara diskusi juga berlangsung meriah. Dalam diskusi terbuka ini ada beberapa hal yang menarik disampaikan oleh peserta. Rektor Universitas Tidar, Cahyo Yusuf, menyampaikan bahwa kalangan civitas akademika Universitas Tidar menyambut gembira dengan adanya FFAI 2009 yang diselenggarakan di Magelang. Melalui festival ini menambah perbendaharaan kegiatan kreatif bagi masyarakat Magelang secara umum, dan Universitas Tidar secara khusus.

Selain kegiatan workshop dan pemutaran film, pada hari Jumat diadakan pula penjurian terhadap film animasi lokal yang sebelumnya telah masuk ke meja panitia yang berasal dari berbagai wilayah di Indonesia. Penjurian dilakukan di dua lokasi berbeda, yakni aula Kecamatan Grabag dan Universitas Tidar Magelang yang berlangsung dengan suasana meriah. Sistem penjuriannya adalah menggunakan sistem voting dari seluruh penonton yang hadir dengan pemenangnya adalah film animasi pendek dari Magelang berjudul Balada si Budi karya Sugeng Budi Saptian.

Penutupan acara FFAI ini dilaksanakan pada hari Sabtu pukul 19.30 WIB di aula Kecamatan Grabag. Acara penutupan ini ditutup dengan pemutaran film behind the scene pembuatan film animasi sederhana dan pemutaran film video klip animasi hasil karya salah satu peserta workshop yang bertema Lebaran. Pada acara ini juga diumumkan pemenang FFAI 2009 dari hasil penjurian yang dilakukan hari sebelumnya. Sebagai acara pamungkas adalah pagelaran Wayang Kulit yang berakhir pada pukul 23.00 WIB. FFAI secara resmi telah selesai dan rencananya diselenggarakan lagi tahun depan lokasi kegiatan masih belum diketahui.

Festival Film Animasi Indonesia yang kelima kali ini berlangsung sangat sederhana sekali tampak ddari pilihan lokasi yang berpusat di wilayah pepinggirandesaan yang cukup jauh dari kota besar. Namun justru antusiasme warga dan masyarakat sangat tinggi., khususnya para remaja dan anak-anak. Selain pemutaran film animasi asing, diputar pula beberapa film animasi produksi kita. Ini menunjukan bahwa film-film animasi kita mulai berkembang. Salah satu tujuan utama diadakannya Festival Film Animasi tersebutini adalah ikut mengembangkan film animasi di Indonesia serta memotivasi animator-animator muda kita untuk terus mengembangkan kreatifitas di bidang animasi. Hal penting yang menjadi substansi adalah bahwa dengan menonton karyakarya dari berbagai negara dengan beragam tema, penonton FFAI 2009 diharapkan memetik pesan yang baik untuk diolah menjadi pemikiran, sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai lokal setempat, sekaligus tidak gagap dengan nilai-nilai universal.

Artikel SebelumnyaFilm, Yahudi, dan Kita
Artikel BerikutnyaMarahkah Anda Bila Saya Bilang “This is It” Hanya Film (Gladi Resik) Konser Semata?
Agustinus Dwi Nugroho lahir di Temanggung pada 27 Agustus 1990. Ia menempuh pendidikan Program Studi Film sejak tahun 2008 di sebuah akademi komunikasi di Yogyakarta. Di sinilah, ia mulai mengenal lebih dalam soal film, baik dari sisi kajian maupun produksi. Semasa kuliah aktif dalam produksi film pendek baik dokumenter maupun fiksi. Ia juga lulus dengan predikat cum laude serta menjadi lulusan terbaik. Ia mulai masuk Komunitas Film Montase pada tahun 2008, yang kala itu masih fokus pada bidang apresiasi film melalui Buletin Montase, yang saat ini telah berganti menjadi website montasefilm.com. Sejak saat itu, ia mulai aktif menulis ulasan dan artikel film hingga kini. Setelah lulus, ia melanjutkan program sarjana di Jurusan Ilmu Komunikasi di salah satu perguruan tinggi swasta di Jogja. Penelitian tugas akhirnya mengambil tema tentang Sinema Neorealisme dan membandingkan film produksi lokal yang bertema sejenis. Tahun 2017, Ia menyelesaikan studi magisternya di Program Pascasarjana Jurusan Pengkajian Seni di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta dengan minat utama film. Penelitian tesisnya terkait dengan kajian narasi dan plot sebuah film. Saat ini, ia tercatat sebagai salah satu staf pengajar di Program Studi Film dan Televisi, ISI Yogyakarta mengampu mata kuliah teori, sejarah, serta kajian film. Ia juga aktif memberikan pelatihan, kuliah umum, seminar di beberapa kampus, serta menjadi pemakalah dalam konferensi Internasional. Biodata lengkap bisa dilihat dalam situs montase.org. Prestasi besar terakhirnya adalah menjadi nominator Festival Film Indonesia 2021 untuk kategori Kritikus Film Terbaik melalui artikel "Asih, Cermin Horor Indonesia Kontemporer" bersama rekan penulisnya, Miftachul Arifin.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.