My Stupid Boss (2016)

108 min|Comedy|19 May 2016
7.1Rating: 7.1 / 10 from 1,708 usersMetascore: N/A
Diana (Bunga Citra Lestari) lives in Kuala Lumpur following her husband who works there. Diana then applied to work at a company owned by Bossman. Bossman happened to be her husband's college friend while in America.

Film yang merupakan adaptasi dari novel yang juga berjudul My Stupid Boss ini merupakan film bergenre komedi besutan sutradara Upi, yang juga memproduksi film-film seperti, Realita Cinta dan Rock’n Roll (2005), Perempuan Punya Cerita (2007), Radit dan Jani (2008). Film ini mengisahkan seorang bos atau sering dipanggil Bossman (Reza Rahardian) yang sangat konyol. Cerita dimulai dari Kerani (Bunga Citra Lestari) yang mencari sebuah pekerjaan. Ia diterima bekerja di perusahaan milik Bossman yang tak lain adalah teman suaminya. Namun tak disangka perusahaan itu sangat kacau dipimpin oleh Bossman yang otoriter dan sewenang-wenang. Semakin hari Kerani semakin tidak betah karena tingkah laku bossnya yang aneh. Namun karena terikat kontrak, Kerani mengurungkan niatnya untuk mengundurkan diri.

Cerita ini cukup fokus dengan keseharian Bossman dan karyawannya. Namun cerita yang dibangun terfokus pada penggalan-penggalan kisah, seperti kita sedang menonton komedi situasi. Memang cukup intens menggambarkan bagaimana situasi tersebut dibagun dan konflik hanya berkutat pada kekesalan karyawan khususnya Kerani terhadap Bossman. Kisahnya sangat sederhana tanpa konflik yang berarti namun mampu membuat gelak tawa penonton meledak. Dialog-dialog yang dimunculkan sang bos memang terlihat konyol, seringkali tak jelas, dan tanpa motif tertentu. Kesewenang-wenangan yang tidak wajar tersebut tak memperlihatkan alasan mengapa Bossman berlaku demikian? Dari sepanjang film tak terlihat pesan apa yang ingin disampaikan? Ataukah peran Bossman adalah simbol pemimpin yang sewenang-wenang? Namun plot filmnya tampaknya juga tidak mengarah kesana.

Baca Juga  Dari Redaksi

Hal yang menarik pada film ini mungkin bukan pada cerita filmnya yang terbilang sederhana, namun terletak pada unsur pengemasan yang unik dan cukup mapan. Dengan mengambil setting di Malaysia membuat tone filmnya berbeda dari film-film Indonesia lainnya. Setting filmnya pun hanya terbatas dan berkutat pada beberapa lokasi saja dan dominan di kantor yang sempit dan tertutup, memberi kesan tertekan para karyawannya. Kekuatan utama filmnya adalah akting dari pemainnya terutama Bossman (Reza Rahardian) dan Kerani (Bunga Citra Lestari) yang terlihat sangat natural. Peran sebagai Bossman memang agak berbeda dengan film-film yang sebelumnya dibintanginya, namun ia bisa memerankan dengan pas dan keluar dari karakter aslinya.

Musik yang dibangun cukup membangun suasana komedi dan tempo cerita yang berjalan cepat. Hal ini juga didukung dengan teknik editing yang ber-ritme cepat pula. Komposisi kamera dalam shot-shot filmnya juga cukup matang ditambah pencahayaan pada ruangan yang cukup konsisten membangun tone filmnya. Kisah bos galak memang bukan hal yang baru, namun My Stupid Boss mampu mengemasnya dengan baik didukung permainan akting baik dari pemain utamanya. Wajar jika film ini dipenuhi penonton yang membludak di dalam bioskop selama dua pekan ini.

WATCH TRAILER

PENILAIAN KAMI
Overall
70 %
Artikel SebelumnyaCivil War Tembus USD 1 Milyar!
Artikel BerikutnyaWarcraft: The Beginning
Agustinus Dwi Nugroho lahir di Temanggung pada 27 Agustus 1990. Ia menempuh pendidikan Program Studi Film sejak tahun 2008 di sebuah akademi komunikasi di Yogyakarta. Di sinilah, ia mulai mengenal lebih dalam soal film, baik dari sisi kajian maupun produksi. Semasa kuliah aktif dalam produksi film pendek baik dokumenter maupun fiksi. Ia juga lulus dengan predikat cum laude serta menjadi lulusan terbaik. Ia mulai masuk Komunitas Film Montase pada tahun 2008, yang kala itu masih fokus pada bidang apresiasi film melalui Buletin Montase, yang saat ini telah berganti menjadi website montasefilm.com. Sejak saat itu, ia mulai aktif menulis ulasan dan artikel film hingga kini. Setelah lulus, ia melanjutkan program sarjana di Jurusan Ilmu Komunikasi di salah satu perguruan tinggi swasta di Jogja. Penelitian tugas akhirnya mengambil tema tentang Sinema Neorealisme dan membandingkan film produksi lokal yang bertema sejenis. Tahun 2017, Ia menyelesaikan studi magisternya di Program Pascasarjana Jurusan Pengkajian Seni di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta dengan minat utama film. Penelitian tesisnya terkait dengan kajian narasi dan plot sebuah film. Saat ini, ia tercatat sebagai salah satu staf pengajar di Program Studi Film dan Televisi, ISI Yogyakarta mengampu mata kuliah teori, sejarah, serta kajian film. Ia juga aktif memberikan pelatihan, kuliah umum, seminar di beberapa kampus, serta menjadi pemakalah dalam konferensi Internasional. Biodata lengkap bisa dilihat dalam situs montase.org. Prestasi besar terakhirnya adalah menjadi nominator Festival Film Indonesia 2021 untuk kategori Kritikus Film Terbaik melalui artikel "Asih, Cermin Horor Indonesia Kontemporer" bersama rekan penulisnya, Miftachul Arifin.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.