Defending Jacob adalah miniseri drama kriminal produksi Apple TV+ yang mengakhiri satu musimnya pada bulan Mei ini. Film bertotal 8 episode ini ditulis oleh Mark Bomback serta digarap oleh Morten Tyldum. Naskahnya sendiri diadaptasi dari novel berjudul sama karya William Landay. Satu hal yang menarik perhatian adalah sang bintang, Chris Evans yang bermain dalam film miniseri sejak lepas dari peran ikoniknya sebagai Captain America dalam Marvel Cinematic Universe (MCU). Selain Evans, beberapa nama tenar, ikut bermain pula, sebut saja Jaeden Martell, Michelle Dockery, Cherry Jones, hingga J.K. Simmons.

Inti kisahnya, Andy Barber (Evans) adalah seorang pengacara distrik yang disegani di kota kecil bernama Newton. Andy tinggal dan hidup bahagia bersama sang istri, Laurie dan putranya, Jacob. Suatu ketika, rekan sekolah Jacob, Ben Rifkin, ditemukan tewas di taman kota, tak jauh dari sekolah mereka. Andy ditunjuk walikota untuk memimpin penyelidikan kasus ini. Di tengah penyelidikan, bukti-bukti yang muncul, secara tak terduga mengarah kepada putra Andy sendiri. Jacob dan istrinya yang amat terpukul mencoba membuktikan pada publik bahwa Jacob tak bersalah.

Ringkasan kisah di atas adalah episode pertamanya yang menjadi latar belakang semua konflik di episode setelahnya. Tiap episode berikutnya secara ringkas menggambarkan sisi psikologis keluarga Barber dalam menghadapi masalah berat ini. Keraguan demi keraguan semakin memuncak sejalan dengan penyelidikan dan proses jalannya sidang. Tiap episode secara efektif mampu membuat semua tokohnya dalam posisi abu-abu, seolah semua orang bisa bersalah dalam kasus ini. Situasi ini membuat perkembangan kisahnya menjadi teramat sulit diantisipasi karena kebenaran yang sesungguhnya tidak kita ketahui secara pasti. Satu-satunya sosok yang mampu kita pegang hanyalah sang ayah, yang memiliki dedikasi tinggi, jujur, serta berhati tulus. Ya, sosok Andy memang mirip Steve Rodgers.

Satu hal lagi yang membuat kisahnya begitu misterius sepanjang episode dari awal hingga akhir adalah adegan kilas-depan yang menyajikan persidangan Andy dengan para juri dan jaksa penuntut yang mencecarnya dengan puluhan pertanyaan tajam. Adegan ini sejak awal memang memberikan jalan bagi kisahnya untuk bergerak maju, tapi briliannya, sekaligus memancing pertanyaan lain, sebenarnya apa yang terjadi? Oleh karena kita tahu persis, persidangan tersebut terjadi jauh setelah peristiwa sidang Jacob, dan kita tak tahu persis, apakah Jacob bersalah atau tidak? Episode demi episode penuh dengan momen penuh misteri dan kejutan, dan terus menerus membuat rasa penasaran terusik. Episode 8 yang juga penutup, adalah klimaks yang rasanya tak bakal bisa diantisipasi siapa pun. Sekaligus membuka opsi baru untuk musim selanjutnya. Jka tidak pun, miniseri ini sudah menyajikan suatu kisah yang sangat berkelas dan menawan.

Baca Juga  Robin Hood

Bicara pemain, Chris Evans jelas menjadi kunci kisahnya. Sosoknya bak sang kapten, mampu menyeimbangkan mental penonton di tengah semua ketidakpastian. Evans bermain sangat baik sebagai Andy Barber dengan penampilan yang memang tak jauh dari sosok Steve Rodgers. Durasi episode yang lama mampu memberikan detil ekspresi sang aktor yang tidak akan kita dapatkan di film-film MCU. Sang aktor terbukti mampu berakting dengan brilian jika mendapatkan peran yang pas. Michel Dockery juga bermain birilan sebagai sang ibu, bermain gamang dan begitu labil emosinya, dan ini yang membuat kita gemas dengan aksi-aksinya yang di luar dugaan dan kadang tak terkontrol. Sang putra yang dimainkan aktor berbakat Jaeden Martell berakting sama baiknya dengan para seniornya, sekalipun ia hanya menampilkan ekspresi dingin dan tertekan. Wajahnya memang menyimpan banyak misteri yang mampu membuat kita ragu, apakah ia benar-benar tak bersalah? Satu lagi yang jelas mencuri perhatian adalah sang aktor kawakan, J.K. Simmons. Walau hanya muncul sekilas-sekilas, namun Simmons mampu bermain dalam permainan terbaiknya sebagai ayah Andy yang juga seorang napi pembunuh dengan penuh percaya diri sekaligus berempati kuat dengan situasi keluarga putranya.

Dengan didukung para kastingnya yang bermain menawan, Defending Jacob adalah miniseri bertema pembunuhan dengan penuh kejutan pada tiap momennya, serta uniknya lebih mengedepankan sisi psikologis dan mental karakter ketimbang investigasinya sendiri. Film ini mampu menggambarkan secara gradual bagaimana tekanan situasi yang maha hebat mampu mengubah mental seseorang. Tak hanya keluarga Andy, namun juga rekan kerja, teman sekolah, tetangga, serta semua warga kota kecil tersebut. Defending Jacob adalah sebuah miniseri drama kriminal yang sangat intens, tak pernah memaksa satu momen pun dengan tempo yang sempurna menyajikan sebuah kisah tentang sisi manusiawi sebuah keluarga Amerika normal yang secara mendadak direnggut segala impiannya dan kehidupannya yang bahagia.

Stay safe and Healthy!

1
2
PENILAIAN KAMI
Overall
90 %
Artikel SebelumnyaThe Blackout
Artikel Berikutnya7500
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.