The Cursed (2021)
111 min|Fantasy, Horror, Mystery|18 Feb 2022
6.2Rating: 6.2 / 10 from 17,411 usersMetascore: 62
A brutal land baron massacres a Gypsy clan claiming his land, unleashing a curse that brings monstrous consequences to his village.

Rasanya sudah lama tidak menonton film horor berkualitas sejak pandemi bermula. The Cursed boleh dibilang adalah sebuah kejutan yang sejajar dengan film-film horor berkelas tinggi. The Cursed adalah film horor thriller arahan sineas Inggris Sean Ellis yang dibintangi Boyd Hallbrook, Kelly Reilly, serta Allistair Petrie. Film yang premiere di Sundance Film Festival tahun lalu ini, baru saja dirilis platform streaming Amazon Prime minggu lalu.

Kisahnya berlatar akhir abad 20, 35 tahun setelah pertempuran sekutu melawan Nazi di wilayah pedalaman sekitar Sungai Somme, Perancis. Pada satu wilayah yang tanahnya dikuasai seorang baron bernama Seamus (Petrie), satu suku Gipsy mengklaim bahwa ini adalah tanah mereka. Seamus pun membunuh mereka semua dengan brutal. Sebelum dikubur hidup-hidup, si tetua suku sempat mengutuk seluruh warga yang tinggal di tanah tersebut. Setelahnya, pembunuhan dan aksi teror pun menyelimuti warga. Mendengar ini, seorang patologis bernama John McBride (Hallbrook) datang ke sana untuk menginvestigasi kasus tersebut.

Perspektif kisahnya memang sedikit berbeda dari film horor kebanyakan. Sejak awal, kita telah tahu persis, siapa yang bertanggung jawab terhadap semua aksi pembunuhan di desa. Lazimnya, kita baru tahu belakangan, siapa dalang di balik semuanya, satu contoh bagus Sleepy Hollow. Dengan pendekatan yang berbeda, proses selidik menjadi poin utama dalam plotnya dengan sosok John McBride sebagai pendamping penonton. Melalui proses investigasi serta pengalaman serupa yang pernah dialami John, penonton secara sabar dibawa ke sebuah drama horor menegangkan yang semakin intens. Satu faktor yang mendukung kuat adalah atmosfir setting periodik dengan segala nuansa mencekamnya.

Baca Juga  Nope

Setting horornya rasanya adalah salah satu yang terbaik untuk genrenya dalam satu dekade belakangan. Nuansa horor bukan saja dibangun oleh set interior melalui tata cahaya yang natural (cahaya lilin) serta sisi sinematografi yang solid, namun juga atmosfir eksterior yang begitu mencekam. Sepanjang film kita bisa merasakan suasana gelap dan mencekam yang konsisten melalui elemen kabut. Semua tampak begitu natural seakan kita bisa merasakan langsung udara dingin yang menusuk. Ilustrasi musik dan efek suara juga menjadi elemen pendukung kuat yang mengiringi tiap adegannya.

Di luar ekspektasi, The Cursed menyajikan kisah horor supernatural membumi dengan mise_en_scene yang luar biasa menawan. Bukan meremehkan kemampuan akting para pemainnya, jika saja film ini mengkasting nama besar, bisa jadi efeknya bakal berbeda. The Cursed adalah sebuah pencapaian estetik horor langka yang komplit dengan pesan besar di baliknya. Bicara soal alih kepemilikan tanah secara paksa atau kaum pribumi yang tersingkir memang bukan hal baru dalam medium film, namun The Cursed mampu menyajikannya dengan gaya elegan dan berkelas.

1
2
PENILAIAN KAMI
Overall
80 %
Artikel SebelumnyaThe Lost City
Artikel BerikutnyaBaby Blues
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.