Sosok Hantu dan Ilmu Hitam dalam Film Horor Indonesia

0

  1. Jelangkung

Jelangkung memang bukan sosok hantu seperti sebelumnya, namun adalah sebuah medium yang memunculkan sosok setan, layaknya Vodoo atau papan Ouija di tradisi barat. Jelangkung adalah sebuah medium untuk memanggil arwah, bentuknya seperti orang-orangan, terdapat batok kelapa sebagai kepala serta dibungkus kain layaknya pakaian. Untuk bermain Jelangkung perlu sebuah mantra khusus. Di era 2000-an, duo sutradara Jose Poernomo dan Rizal Mantovani memproduksi film horor ikonik laris, Jelangkung (2001). Film ini menandai tonggak awal film horor modern yang formulanya dipakai hingga kini. Film yang sukses luar biasa ini, diikuti pula Tusuk Jelangkung (2002), Jelangkung 3 (2007), dan Kalung Jelangkung (2011). Pada dekade berikutnya, Jose Poernomo me-refresh-nya dengan cerita baru, melalui Jailangkung (2017) dan sekuelnya Jailangkung 2 (2018). Lalu ada pula Nini Thowok (2018) yang konsepnya mirip dengan Jelangkung serta pula Tusuk Jelangkung di Lubang Buaya (2018). Bicara soal medium, ada pula sosok horor yang menggunakan medium boneka, seperti The Doll (2016), The Doll 2 (2017), dan Sabrina (2018). Tak dipungkiri, ini tentu mengekor tren sukses sosok boneka setan barat, macam seri Chucky dan Annabelle.

  1. Sundel Bolong

Sundel Bolong adalah sosok yang sangat dikenal luas di masyarakat kita. Sosok setan ini dipopulerkan oleh aktris Suzzanna pada film-filmnya di era 1980-an. Secara fisik, sundel bolong memang mirip dengan kuntilanak, hanya yang membedakan adalah sebuah lubang luka (bolong) di punggung dan perut yang penuh luka dan belatung. Beberapa film yang menyajikan sosok ini, seperti Sundel Bolong (1981) dan Malam Satu Suro (1988). Sedangkan di era modern, memang jarang menampilkan sosok ini, namun muncul dalam beberapa film, seperti Legenda Sundel Bolong (2007) dan Kafan Sundel Bolong (2012). Pada tahun 2018, muncul reboot dari film-film horor klasik yang dibintangi Suzzanna dalam film berjudul Suzzanna: Bernapas dalam Kubur.

  1. Setan Lokal/Daerah
Baca Juga  Jeritan Malam

Masih banyak sosok setan lainnya yang juga sudah difilmkan walau memang tidak terlalu sering muncul, sebut saja Wewe, Lampor, Genderuwo, Tuyul, Leak, dan Banaspati. Secara visual, sosok setan-setan ini memiliki ciri khas masing-masing. Sebut saja wewe atau wewe gombel, identik dengan nenek tua bermuka seram berambut panjang, dan konon suka menculik anak-anak di waktu malam, seperti dalam Wewe Gombel (1988) dan Wewe (2015). Lampor adalah hantu lokal yang ditakuti karena suka menculik anak-anak, namun bedanya setan ini identik dengan sosok laki-laki, yang muncul dalam Lampor Keranda Terbang (2019). Lalu ada Genderuwo, sosok ini divisualkan sebagai sosok laki-laki berperawakan besar dan hitam, seperti dalam Genderuwo (2007). Setan-setan ini memang lebih dikenal luas di Pulau Jawa.

Tanpa batasan wilayah, sosok tuyul digambarkan sebagai bocah dengan kepala plontos yang identik dengan aksi curi uang untuk majikannya, seperti muncul dalam Tuyul (1978) dan Tuyul Part 1 (2015). Ada pula hantu matianak yang baru-baru ini muncul dalam Jailangkung 2 dan MatiAnak (2019). Banaspati adalah sosok berperawakan besar, hitam, dengan elemen utama api, seperti dalam Roy Kiyoshi: Untold Story (2018). Sementara Leak adalah setan lokal dari Pulau Bali yang berwujud kepala terbang, sudah muncul lama dalam Mistik (Punahnya Rahasia Ilmu Iblis Leak) (1981), Leak (2007), dan Leak (Penangkep) (2019). Ada lagi hantu parakang yang dikenal oleh masyarakat Sulawesi Selatan, muncul dalam The Real Parakang (2017). Lalu ada pula Bagu Ganjang yang merupakan sosok mistis dari daerah Sumatera Utara, yang muncul dalam Dongeng Mistis (2018).

NEXT PAGE: URBAN LEGEND, MITOS, ILMU HITAM, & SLASHER

1
2
3
Artikel SebelumnyaItaewon Class (Series)
Artikel BerikutnyaTime to Hunt
Agustinus Dwi Nugroho lahir di Temanggung pada 27 Agustus 1990. Ia menempuh pendidikan Program Studi Film sejak tahun 2008 di sebuah akademi komunikasi di Yogyakarta. Di sinilah, ia mulai mengenal lebih dalam soal film, baik dari sisi kajian maupun produksi. Semasa kuliah aktif dalam produksi film pendek baik dokumenter maupun fiksi. Ia juga lulus dengan predikat cum laude serta menjadi lulusan terbaik. Ia mulai masuk Komunitas Film Montase pada tahun 2008, yang kala itu masih fokus pada bidang apresiasi film melalui Buletin Montase, yang saat ini telah berganti menjadi website montasefilm.com. Sejak saat itu, ia mulai aktif menulis ulasan dan artikel film hingga kini. Setelah lulus, ia melanjutkan program sarjana di Jurusan Ilmu Komunikasi di salah satu perguruan tinggi swasta di Jogja. Penelitian tugas akhirnya mengambil tema tentang Sinema Neorealisme dan membandingkan film produksi lokal yang bertema sejenis. Tahun 2017, Ia menyelesaikan studi magisternya di Program Pascasarjana Jurusan Pengkajian Seni di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta dengan minat utama film. Penelitian tesisnya terkait dengan kajian narasi dan plot sebuah film. Saat ini, ia tercatat sebagai salah satu staf pengajar di Program Studi Film dan Televisi, ISI Yogyakarta mengampu mata kuliah teori, sejarah, serta kajian film. Ia juga aktif memberikan pelatihan, kuliah umum, seminar di beberapa kampus, serta menjadi pemakalah dalam konferensi Internasional. Biodata lengkap bisa dilihat dalam situs montase.org. Prestasi besar terakhirnya adalah menjadi nominator Festival Film Indonesia 2021 untuk kategori Kritikus Film Terbaik melalui artikel "Asih, Cermin Horor Indonesia Kontemporer" bersama rekan penulisnya, Miftachul Arifin.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses