Update Artikel. Artikel ini pertama kali dirilis pada 29 Juni 2017.

Semua orang tahu jika film-film superhero Marvel Cinematic Universe (MCU) saat ini tidak ada tandingannya, baik secara kualitas maupun komersial. Sementara, rivalnya DC setelah sukses MCU dengan segera merancang konsep dunia sinematik yang sama, namun karena tergesa-gesa sehingga terkesan masih setengah matang. Hasilnya, (sebelum rilis Wonder Woman tentunya) DC memiliki film-film yang dinilai buruk secara kualitas, sejak Men of Steel, Batman v Superman: Dawn of Justice, serta Suicide Squad, sekalipun film-film ini sukses komersial. Memang, The Dark Knight trilogi garapan Christopher Nolan bisa jadi adalah trilogi film superhero terbaik sepanjang masa, namun trilogi ini berada di luar dunia sinematik yang mereka bangun, DC Extended Universe (DCEU).

Di luar itu semua, apakah sudah banyak yang tahu jika film animasi panjang superhero DC produksi Warner Animation (konsumsi Home Video), justru berbanding terbalik dengan film-film live action-nya. Jika dibandingkan dengan film-film animasi superhero Marvel, film animasi superhero DC jelas jauh lebih superior. Film-film ini bisa jadi adalah film-film animasi superhero terbaik yang pernah ada bahkan beberapa diantaranya bisa dibilang melampaui film live action-nya. Film animasi solo tokoh Batman mendominasi animasi home video dengan belasan judul, diikuti Superman, lalu Justice League. Semua film animasi ini nyaris memiliki kualitas di atas rata-rata sehingga sungguh sangat mengherankan jika DCEU bisa memiliki kualitas film yang begitu buruk.

Tercatat, sudah puluhan film animasi superhero DC ini diproduksi dengan tokoh dan karakter yang beragam. Film-film ini sendiri merupakan pengembangan dari film seri animasi pendeknya beberapa periode sebelumnya, seperti Batman: The Animated Series (1992-1995), Superman: The Animated Series (1996-2000), Batman Beyond (1999 – 2001), Justice League (2001 – 2004), serta banyak lainnya. Beberapa tokoh lainnya juga dirilis, seperti Green Lantern, Wonder Woman, Teen Titans, bahkan hingga versi legonya. Film solo Green Lantern dan Wonder Woman versi animasinya pun secara kualitas cerita masih di atas film live-action-nya. Tidak salah tulis Wonder Woman? Anda tidak percaya, silahkan tonton sendiri.

Apa sebenarnya yang membuat film-film animasi panjang ini berbeda dan lebih superior daripada film live-action-nya? Secara umum jawabnya adalah kisah filmnya. Film-film ini mampu merepresentasikan dunia superhero DC yang suram dan gelap dengan kedalaman kisah serta eksplorasi cerita yang tidak main-main. Bahkan beberapa di antaranya menginspirasi film live-action-nya. Agak sulit memang jika harus memilih diantaranya yang terbaik karena secara umum semuanya memiliki kualitas di atas rata-rata. Namun, jika harus memilih lima di antaranya, dibawah ini adalah film-film yang menurut saya secara kualitas jauh melebihi film-film versi live-action-nya (bahkan MCU sekalipun).

  1. Batman: Under the Red Hood (2010)

Boleh jadi dari sisi cerita, film ini adalah sekuel tak resmi The Dark Knight (Christopher Nolan). Batman dihadapkan pada sosok misterius The Red Hood yang sama-sama membasmi kejahatan, namun dengan cara yang berbeda dengan Batman. Pada ending yang begitu menegangkan, Batman dihadapkan pada situasi dilematis mirip seperti situasi pada The Dark Knight, bahkan lebih buruk dari ini.

  1. Justice League: Doom (2012)

Jika ditanya, mana film animasi superhero DC yang terbaik, film ini langsung ada dalam pikiran saya. Film ini memiliki kedalaman kisah superhero yang luar biasa dengan sosok Batman sebagai kuncinya. Dalam kisahnya, Batman membuat sebuah rencana back up jika setiap anggota Justice League membelot, ia bisa mengantisipasinya satu demi satu. Rencana tersebut secara tak sengaja diketahui pihak musuh dan mereka berbalik menggunakannya untuk menghancurkan Justice League. Tidak bisa dibayangkan bagaimana jika film ini diproduksi live-action-nya dengan kualitas cerita yang sama. Bisa jadi, Justice League: Doom adalah film superhero terbaik yang pernah ada.

  1. Batman: The Dark Knight Returns Part 1 (2012)
Baca Juga  Daftar Lengkap Nominasi Festival Film Indonesia (FFI) 2019: Hilangnya Kategori Pemeran Anak Terbaik, hingga Tahunnya Gina S. Noer

Sebelum Logan, kisah superhero yang sudah tidak pada masa puncaknya sudah ada dalam film ini. Bruce Wayne yang kini telah menua, telah pensiun 10 tahun menjadi sosok ksatria malam dan Justice League telah lama bubar. Kota Gotham yang kini meningkat angka kriminalitasnya, memaksa Bruce untuk kembali melakoni sosok Batman. Film ini saja sudah memiliki kedalaman cerita yang sangat baik, namun kisah lanjutannya jauh lebih menarik lagi.

  1. Batman: The Dark Knight Returns Part 2 (2012)

Tampilnya Batman di Kota Gotham ternyata menarik perhatian musuh bebuyutan lamanya, Joker yang juga telah uzur. Pertarungan dua sosok ikonik ini kembali terjadi dengan nuansa sadistik yang lebih dari film-film animasi Batman sebelumnya. Film ini rasanya kurang pas untuk penonton anak-anak karena menampilkan adegan brutal dan masih terasa sadis sekalipun dalam bentuk animasi. Aksi Batman ini ternyata juga menimbulkan keresahan bagi negara sehingga presiden mengutus Superman untuk mengatasinya. Batman v Superman yang menampilkan pertarungan dua sosok super ini diinsiprasi dari adegan klimaks film ini, namun dengan motif kisah yang jauh lebih baik tentunya.

  1. Justice League: Dark (2017)

Film ini menampilkan sisi lain dari DC universe yang kental menggunakan nuansa mistik. Walau tokoh-tokoh Justice League ada dalam film ini, namun kali ini mereka bukan bintangnya. Tokoh-tokoh supernatural DC, macam John Constantine, Zatanna, Swamp Thing, Deadman dengan ditemani Batman, mereka mencoba mengungkap misteri dibalik peristiwa supernatural yang mengancam umat manusia di seluruh penjuru negeri. Konon film ini bakal diproduksi live-action-nya dan sangat sulit tentunya tapi jika pencapaiannya bisa seperti film animasinya, bisa jadi film tersebut kelak bakal menjadi salah satu film superhero terunik bahkan terbaik yang pernah ada.

  1. Justice League Dark: Apokolips War (2020)

Film ini kabarnya adalah seri penutup dari DC Animasi Universe. Film ini adalah klimaks dari semua seri sebelumnya yang menampilkan nyaris semua superhero dan supervillain-nya. Keunikan film ini adalah mampu menyajikan dimensi metafisik dan nyata dengan seimbang, serta mampu mengeksplorasi kisah seri film sebelumnya secara brilian dan lebih dalam. Apokolips War adalah satu pertunjukan spektakuler yang mengagumkan yang kisahnya sepadan dengan film-film live-action raksasa, macam Avengers: Infinity War dan Endgame.

Beberapa film animasi lainnya juga tidak kalah menarik, sebut saja Son of Batman, Green Lantern: The First Flight, Superman Unbound, Justice League: The Flashpoint Paradox, Lego Batman: DC Super Heroes United, serta lainnya. Tercatat film-film animasi superhero Marvel jarang yang memiliki kualitas sebaik film-film animasi DC. Namun, tercatat film animasi panjang, Planet Hulk dan Doctor Strange menjadi pengecualian. Sebagai penutup, tidak ada salahnya menikmati film-film animasi Home Video ini dan kita bisa melihat dari sudut pandang berbeda bahwa film animasi 2D pun bisa memiliki kualitas sangat tinggi dan sama menariknya dengan film live-action. Bisa saja beberapa film superhero memang lebih pas dalam format animasi ketimbang live-action. Kita lihat saja. Semoga suatu hari kelak film-film DCEU bisa melampaui film animasinya.

WATCH TRAILER

PENILAIAN KAMI
Overall
100 %
Artikel SebelumnyaJustice League Dark: Apokolips War
Artikel BerikutnyaFranchise di Industri Perfilman Indonesia.
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.