The Meg (2018)
113 min|Action, Horror, Sci-Fi|10 Aug 2018
5.7Rating: 5.7 / 10 from 212,780 usersMetascore: 46
A group of scientists exploring the Marianas Trench encounter the largest marine predator that has ever existed - the Megalodon.

Teror ikan hiu rupanya masih diminati untuk diproduksi Hollywood. Tak tanggung-tanggung, kali ini menampilkan ikan hiu raksasa prasejarah bertitel Megalodon, The Meg. Trailer film berbujet US$ 150 juta memang lumayan meyakinkan, namun tetap saja pesimis karena sejak Jaws yang rilis empat dekade silam hingga kini masih belum ada tandingan. Terlebih melihat kasting pemain macam Jason Statham dan Li Bingbing, serta target pasar Tiongkok yang terlalu kentara. Ekspektasi rendah sekali. Namun, di luar dugaan, filmnya amat mengejutkan dari banyak sisi.

Satu ekspedisi bawah laut berhasil menembus kedalaman yang belum pernah dijangkau manusia sebelumnya. Mereka tanpa diduga, diteror satu makhluk air raksasa dan terjebak di sana hingga meminta bantuan sang ahlinya. Jonas yang memiliki trauma masa lalu dipaksa kembali untuk menghadapi kasus yang sama dalam skala berbeda. Seperti sudah diduga, sang jagoan menjadi juru selamat, namun hiu raksasa ternyata lepas ke permukaan. Perburuan pun di mulai.

Film arahan John Turteltaub (Phenomenon, National Treasure) ini, memiliki kisah yang telah jamak untuk film bergenre aksi atau fiksi ilmiah sejenis. Alur plotnya sederhana, konflik dan tujuan teramat tegas. Lalu bagusnya di mana? Alur plotnya di luar dugaan berjalan sabar dan mampu memberikan rasa ketegangan secara perlahan sehingga penonton bisa masuk betul ke dalam kisahnya. Sang monster pun tak terburu untuk ditampilkan secara penuh hingga kejutan demi kejutan muncul membuat filmnya jauh dari kata bosan. Film ini juga banyak memberi rasa nostalgia bagi penikmat film fiksi ilmiah bawah air, macam The Abbys serta film hiu, The Deep Blue Sea, atau bahkan film-film fiksi ilmiah beraroma alien sekalipun.

Baca Juga  Lou

Segmen aksinya pun juga jauh dari kata mengecewakan. Walau perburuan sang hiu kini lebih modern dari Jaws, namun film ini mampu menyajikan aksi-aksi menegangkan dengan sangat baik  dan matang dengan pencapaian CGI yang meyakinkan pula. Segmen aksi di pantai wisata di China juga sangat mengasyikan untuk dinikmati dengan sisipan humornya, yang juga banyak mengingatkan segmen aksi pantai yang sama pada Jaws.

The Meg, walau tak bisa dibandingkan film besar di subgenrenya, tanpa diduga memiliki banyak kejutan dari banyak aspeknya, menegangkan dan menghibur, sekalipun kita tahu target utama sasaran penontonnya. Film produksi patungan Hollywood – Tiongkok dengan bintang lokal beberapa kali tidak dibuat serius dengan pencapaian setting dan CGI yang seadanya, namun rupanya tidak untuk film ini. Bisa jadi ini adalah film terbesar yang pernah diproduksi sang bintang, Jason Statham sebagai tokoh utama. Ini rasanya merupakan pertaruhan besar untuk studio Warner Bros. Kita lihat saja, apakah film yang menghibur ini berhasil di Tiongkok dan belahan dunia lainnya?

WATCH TRAILER

PENILAIAN KAMI
Overall
70 %
Artikel SebelumnyaSi Doel the Movie
Artikel BerikutnyaBrother of the Year
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.