Wind River (2017)

107 min|Crime, Drama, Mystery|18 Aug 2017
7.7Rating: 7.7 / 10 from 281,992 usersMetascore: 73
A wildlife officer, who is haunted by a tragedy that happened because of him, teams up with an FBI agent in solving a murder of a young woman on a Wyoming Native American reservation and hopes to get redemption from his past regrets.

Wind River adalah film drama kriminal berlokasi unik yang digarap oleh Taylor Sheridan. Sheridan adalah penulis naskah film-film berkualitas macam Sicario dan Hell or High Water. Melalui film ini, Sheridan rupanya membuktikan talentanya ternyata tidak hanya sebagai penulis naskah. Film ini juga dibintangi duo aktor-aktris ternama, Jeremy Renner dan Elizabeth Olsen.

Wind River adalah kawasan reservasi Indian di pedalaman wilayah Wyoming yang tengah dalam musim dingin terburuknya. Cory Lambert adalah salah seorang petugas senior kawasan tersebut yang mahir berburu dan melacak jejak. Ketika tengah melacak hewan buas, tanpa sengaja ia menemukan jasad gadis muda, yang ternyata adalah putri rekannya. Otoritas setempat memanggil pihak FBI karena ada dugaan kasus pembunuhan, dan mereka mengutus seorang agen muda, Jane Banner. Banner dibantu oleh Cory mencoba mengungkap misteri kematian sang gadis yang ternyata melibatkan pihak luar.

Dingin dan lambat, adalah kesan awal filmnya di tengah panorama wilayah pegunungan yang bersalju. Kisah mulai berjalan ketika kasus dugaan pembunuhan muncul, dan tidak serta itu pula plotnya berjalan lebih bergegas atau terburu-buru. Pada titik ini, sudah terlihat jika bakal ada sesuatu yang istimewa dalam kisahnya. Misteri kematian sang gadis perlahan mulai terungkap dengan petunjuk yang di dapat, dan di saat yang sama latar sang tokoh (Cory) juga dikuak sehingga kita bisa menyadari betapa emosionalnya kasus ini baginya. Penyelidikan terus berlanjut, dan di luar ekspektasi, kisahnya berubah haluan secara ekstrem menjelang segmen klimaks. Di balik semua ini, dengan kemasan cerita yang sangat luar biasa dibalut dinginnya alam liar Wind River, semua mengarah pada satu pernyataan tentang identitas dan nilai yang mulai meluntur.

Baca Juga  Avengers: Age of Ultron

Wind River adalah satu contoh sempurna, bagaimana semua elemen dalam film baik naratif dan estetik mampu selaras untuk mengemas satu pesan yang kuat. Segala pencapaian teknisnya hingga penampilan kastingnya tanpa cacat. Wind River tidak mengambil jalan biasa untuk menyajikan fakta dan kisahnya. Semua elemennya memiliki makna, misteri, salju yang dingin, trauma, sang agen muda, hingga tiga ekor singa yang diburu Cory. Wind River tidak hanya berbicara tentang sebuah plot pembunuhan tapi adalah sebuah kegelisahan bagaimana sebuah nilai-nilai luhur dan tradisi, lambat laun mulai sirna ditelan zaman yang kini penuh ambisi dan nafsu. Tidak ada sistem dan seorang pun yang bisa mencegahnya. Tak diragukan, Wind River adalah satu calon kuat dalam ajang Academy Awards tahun depan.
WATCH TRAILER

https://www.youtube.com/watch?v=zN9PDOoLAfg

PENILAIAN KAMI
Overall
100 %
Artikel SebelumnyaWarkop DKI Reborn: Menjual Nostalgia
Artikel BerikutnyaTokyo Ghoul
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.