Tokyo Ghoul (2017)

119 min|Action, Drama, Fantasy|29 Jul 2017
5.7Rating: 5.7 / 10 from 3,923 usersMetascore: N/A
A Tokyo college student is attacked by a ghoul, a superpowered human who feeds on human flesh. He survives, but has become part ghoul and becomes a fugitive on the run.

Sebuah film dark fantasy action horror yang diangkat dari serial manga populer, Tokyo Ghoul karya Ishida Sui. Film ini disutradarai oleh Hagiwara Kentaro dan diperankan oleh Kubota Masataka, Shimizu Fumika, Ogasawara Kai, Suzuki Nobuyuki, dan Oizumi Yo.

Ghoul adalah sesosok makhluk yang hanya bisa bertahan hidup dengan memakan manusia. Mereka hidup berbaur dengan manusia, menyerupai wujud manusia untuk menyembunyikan identitas mereka yang sebenarnya. Kaneki Ken (Kubota Masataka) adalah seorang mahasiswa yang gemar membaca buku hingga suatu hari ia diserang oleh gadis pujaannya yang ternyata adalah Ghoul. Ketika terbangun di rumah sakit, ia kemudian medapati dirinya menerima transplantasi organ dari Ghoul dan menjadi bagian dari monster tersebut. Keinginan untuk memakan manusia mulai menguasainya yang kemudian mempertemukan Ken dengan kelompok Ghoul bernama Anteiku yang membantunya beradaptasi dengan tubuh barunya.

Film adaptasi komik maupun novel semakin marak mendominasi bioskop-bioskop. Produsen film Jepang pun tidak ingin ketinggalan momen tersebut, bisa kita lihat dari sederet judul manga yang diproduksi versi live actionnya yang kini tengah dalam proses produksi. Kemajuan rekayasa digital juga menjadi jalan bagi para sineas Jepang untuk merealisasikan karakter-karakter manga Jepang yang identik dengan bentuk yang aneh, seperti halnya dalam Tokyo Ghoul.

Tokyo Ghoul versi manganya sendiri kini masih dalam proses pengerjaan alias ongoing, yang artinya cerita ini masih menyimpan banyak misteri yang belum terpecahkan. Di versi live action ini mengambil setting waktu cerita dari awal mula berubahnya Ken menjadi Ghoul hingga pada peristiwa yang membuat Ken harus berhadapan dengan agen CCG (Commision of Counter Ghoul).

Baca Juga  Detective Conan: The Fist of Blue Sapphire

Dari segi penceritaan, sang sineas memakai struktur dan tempo cerita yang sama persis dengan versi serial anime-nya. Banyak sekali adegan yang bisa dipercepat, namun dibuat bertele-tele dan terlalu didramatisir yang membuang waktu dengan percuma. Film ini tidak mampu menampilkan efek ketegangan yang biasanya ditemukan di film aksi horor hingga klimaks pun juga terasa hambar tanpa meninggalkan emosi apapun. Latar belakang masalah antara Ghoul dan manusia ditampilkan dengan amat singkat, juga tokoh-tokohnya tidak digali lebih dalam sehingga membuat penonton (terlebih penonton awam) kurang mampu mendalami emosi masing-masing tokoh.

Pemilihan cast tiap tokoh juga terasa kurang pas dan kadang terlihat canggung di depan kamera, walau beberapa aktor mampu membawakan karakternya dengan baik, dan tentunya ini berpengaruh pada penyampaian emosi ke penonton. Pemakaian CGI dan animasi dalam film ini, nyaris tidak ada bedanya dengan versi animenya. Pada beberapa adegan penggunaan efek CGI jauh dari realistik dan terlihat amat kasar. Tokyo Ghoul versi live action ini terlihat sangat terburu-buru dalam proses pembuatannya yang menjadikan film ini kurang maksimal dalam berbagai aspek.

Waktu dua jam menonton terasa terbuang sia-sia dengan sedikitnya informasi yang kita dapatkan dari film ini. Ide ceritanya sesungguhnya menarik, namun sayangnya sineas kurang mampu menyusun dengan baik rangkaian peristiwa mana yang perlu dimasukkan dalam versi filmnya. Banyak hal seharusnya bisa digali dari ide manga originalnya.
WATCH TRAILER

PENILAIAN KAMI
Overall
40 %
Artikel SebelumnyaWind River
Artikel BerikutnyaKetika Film Remake Menjadi Pilihan
Luluk Ulhasanah atau lebih akrab dipanggil EL, lahir di Temanggung 6 September 1996. Sejak kecil hobi menonton film dan menulis. Minatnya pada film membuat ia bergabung dengan Komunitas Film Montase sejak tahun 2016 dan mulai beberapa kali terlibat produksi film pendek, dan aktif menulis review film, khususnya rubrik film Asia. Pada bulan Desember 2017, ia menjadi juri mahasiswa dalam ajang festival film internasional, Jogja Asian Film Festival (JAFF Netpac) 2017. Ia juga salah satu penyusun dan penulis buku 30 Film Indonesia Terlaris 2002-2018.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.