Woman of the Hour (2023)
95 min|Crime, Drama, Mystery|18 Oct 2024
6.6Rating: 6.6 / 10 from 54,058 usersMetascore: 74
Sheryl Bradshaw, a single woman looking for a suitor on a hit 1970s TV show, chooses charming bachelor Rodney Alcala, unaware that, behind the man's gentle facade, he hides a deadly secret.

Woman of the Hour adalah film thriller kriminal debut sutradara dari aktris ternama Anna Kendrick yang juga turut bermain. Naskah film ini diadaptasi dari peristiwa nyata seorang pembunuh belasan gadis muda yang terlibat dalam acara show populer “The Dating Game” pada era 1970-an. Selain Kendrick, bermain pula Daniel Zovatto, Nicolette Robinson, serta Tony Hale. Akankah ini menjadi debut yang solid untuk sang bintang?

Di usia mudanya, Cheryl (Kendrick) berusaha keras untuk berkarir di dunia akting, namun usahanya belum berbuah hasil. Suatu ketika, satu rekannya mengajaknya untuk ikut dalam acara televisi populer “The Dating Game” dengan tujuan untuk menaikkan daya jual Cheryl di dunia akting kelak. Dengan berat hati, Cheryl pun mengikuti anjuran rekannya, namun siapa sangka, satu di antara peserta rupanya adalah seorang pembunuh serial yang telah membunuh dan menganiaya belasan gadis muda.

Film senada sudah puluhan kali diproduksi, namun kisah film ini berbeda degan lebih fokus ke para korban perempuan mudanya (umumnya fokus pada figur detektif). Premis yang terhitung segar ini, dikemas menarik oleh sang sineas melalui cara bertutur “nonlinier”. Plot dengan fokus karakter Cheryl menjadi pondasi utama plotnya, sementara subplot aksi-aksi sang pembunuh dengan para korbannya dari berbagai latar waktu disajikan secara bergantian. Memang gaya bertuturnya tak sepenuhnya bisa disebut murni nonlinier karena kita menyadari adanya peralihan waktu (kilas balik/depan), melalui teks latar waktu yang muncul di awal segmennya. Potong silang segmennya ini yang membuat kisahnya mengalir dengan intens, walau ending-nya sedikit antiklimaks.

Baca Juga  Indiana Jones and the Kingdom of the Crystal Skull

Dari semua kastingnya adalah Kendrick sendiri yang tampil impresif sebagai woman of the hour dalam momen-momen acara pertunjukan. Saking dominan penampilannya memberi kesan bahwa kelak karirnya bakal naik setelah ini, namun rupanya justru sebaliknya. Peran sang pembunuh, Rodney Alcala, mampu dimainkan baik oleh sang aktor, Daniel Zovatto, namun kurang terdapat latar cerita yang menjelaskan mengapa ia berani nekat dan begitu percaya diri tampil di depan publik pada acara televisi yang ditonton jutaan orang. Ini agak terasa janggal melihat mood sang pembunuh yang kadang masih terlihat “lembek” dalam beberapa momen. Oke, ini kisah nyata dan Rodney memang bukan sosok psikopat jenius fiktif macam Hannibal Lecter.

Woman of the Hour adalah sebuah debut impresif dari Anna Kendrick melalui tema perempuan dan permainan waktunya, walau resolusinya kurang membekas. Talenta sang sineas jelas tak bisa dianggap remeh dan terlihat sekali kepeduliannya terhadap sosok perempuan. Patut dinanti, karya sang sineas selanjutnya dengan ekspektasi tinggi. Kendrick yang selalu tampil enerjik dalam film-filmnya, seperti Up in the Air, seri Pitch Perfect, hingga A Simple Favor, rupanya masih terbawa ketika ia mengarahkan film debutnya.

1
2
PENILAIAN KAMI
Overall
75 %
Artikel SebelumnyaThe Shadow Strays
Artikel BerikutnyaVenom: The Last Dance
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.