Batman Under the Red Hood, “Sekuel” Sempurna The Dark Knight

0
Batman: Under the Red Hood (2010)
75 min|Animation, Action, Crime, Drama, Mystery, Sci-Fi, Thriller|27 Jul 2010
8.1Rating: 8.1 / 10 from 56,401 usersMetascore: N/A
There's a mystery afoot in Gotham City, and Batman must go toe-to-toe with a mysterious vigilante, who goes by the name of Red Hood. Subsequently, old wounds reopen and old, once buried memories come into the light.

Film dibuka dengan adegan tidak mengenakkan, tampak Joker menyiksa Robin dengan amat sadis di sebuat tempat terisolir. Ia kemudian meninggalkanya dengan keadaan sekarat dengan sebuah bom waktu yang siap meledak. Batman memacu kencang motornya namun terlambat, tempat tersebut hancur luluh lantak. Robin tewas dalam ledakan, dan batman meratapi kematian sahabatnya. Lima tahun berselang setelah kejadian tersebut, muncul sosok Red Hood. Red Hood bertindak memberantas kejahatan di kota Gotham layaknya Batman namun dengan cara yang berbeda. Ia tidak segan-segan membunuh, satu hal yang berbeda prinsip dengan Batman. Dalam perkembangan Batman akhirnya mengetahui siapa sebenarnya Red Hood.

Kisah film ini didasarkan cerita Batman berjudul “A Death in the Family” dan “Under the Hood” . Walau banyak menampilkan adegan aksi, film ini lebih menonjolkan sisi dramatik ketimbang aksi. Kita lebih banyak diperlihatkan kedekatan Batman dan Robin melalui kilas balik serta bagaimana trauma Batman semenjak ditinggal Robin. Nuansa film The Dark Knight arahan sutradara Cristopher Nolan sangat kental dalam film animasi ini. Baik dari karakter dan gaya tokohnya, setting cerita, hingga dialog. Tema yang disajikan pun juga dalam tanda kutip menegaskan gagasan yang telah ada dalam The Dark Knight. Batman dihadapkan pada sebuah pilihan yang sangat berat antara prinsip dan sahabatnya. Film diakhiri dengan brilian, ketika Batman harus memilih antara membunuh Joker atau sahabatnya sendiri. Sungguh sebuah pilihan yang teramat sulit bagi Batman dan walaupun ia akhirnya bisa melewati ini semua namun trauma dan kenangan buruk ini tetap tak mungkin hilang.

Baca Juga  Trilogi “The Dark Knight”

Sekalipun animasi dua dimensi namun sekuen aksinya tidak kalah seru dan menegangkan dari film live action-nya. Satu contohnya ketika Batman dan Nightwing harus berlompatan dari satu gedung ke gedung lain untuk mengejar Red Hood. Salah satu faktor pendukungnya adalah ilustrasi musik menghentak dan dramatik gubahan Christopher Drake yang mengalun dengan kuat sepanjang film menghidupkan setiap adegannya. Lagi-lagi nuansa score The Dark Knigth sedikit banyak terasa. Satu lagi yang menarik adalah karakter Joker yang “gaya aktingnya” banyak mengingatkan Joker yang diperankan mendiang Heath Ledger.

Batman Under the Red Hood merupakan sebuah film animasi yang sayang untuk dilewatkan bagi para penggemar sejati Batman. Film ini boleh dibilang “sekuel” yang sempurna The Dark Knigth dimana Batman harus diuji mentalnya lebih berat lagi dari sebelumnya untuk memegang teguh prinsipnya. Selain menghibur, sekalipun hanya film animasi namun mampu menunjukan bagaimana sebuah tema mampu digali sedemikian dalam untuk menghasilkan tontonan yang berkualitas. Meskipun sebagai tontonan film anak-anak, film ini terlalu keras (sadis dan brutal) dan sulit untuk dicerna mereka. Akan sangat menarik tentunya bila suatu saat kita bisa menjumpai film Batman Under the Red Hood ini dibioskop dalam format live-action tentunya.

 

Artikel SebelumnyaBatman Versi Komik
Artikel BerikutnyaTrilogi “The Dark Knight”
Febrian Andhika lahir di Nganjuk, 18 Februari 1987. Ia mulai serius mendalam film sejak kuliah di Akademi Film di Yogyakarta. Sejak tahun 2008, ia bergabung bersama Komunitas Film Montase, dan aktif menulis ulasan film untuk Buletin Montase hingga kini montasefilm.com. Ia terlibat dalam semua produksi awal film-film pendek Montase Productions, seperti Grabag, Labirin, 05:55, Superboy, hingga Journey to the Darkness. Superboy (2014) adalah film debut sutradaranya bersama Montase Productions yang meraih naskah dan tata suara terbaik di Ajang Festival Film Indie Yogyakarta 2014, dan menjadi runner up di ajang Festival Video Edukasi 2014. Sejak tahun 2013 bekerja di stasiun TV swasta MNC TV, dan tahun 2015 menjadi editor di stasiun TV Swasta, Metro TV. Di sela kesibukan pekerjaannya, ia menyempatkan untuk menggarap, The Letter (2016), yang merupakan film keduanya bersama Montase Productions. Film ini menjadi finalis dalam ajang Festival Sinema Australia Indonesia 2018.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.