Hingga akhir tahun 2014, jaringan 21 menambah satu bioskop lagi di Jogja, yakni Jogja City XXI yang berlokasi di mall baru, Jogja City Mall (JCM). Bioskop ini memiliki 6 teater standar dan 1 teater premiere. Teater premiere layaknya teater VIP dibanderol lebih mahal memberikan kenyamanan lebih dalam pelayanannya, menggunakan kursi sofa yang besar dan mewah serta jumlah tempat duduk hanya kapasitas sekitar 20-an orang dalam satu teater. Studio 21 juga direnovasi besar-besaran berganti nama menjadi Ambarrukmo XXI, dengan fasilitas 5 studio standar dan 1 studio premiere. Sementara Empire XXI sendiri juga berbenah dengan mengganti tata suara salah satu teater dengan sistem suara mutakhir, Dolby Atmos, yang memiliki ketajaman dan kedalaman suara yang lebih dari sebelumnya. Tak lama, Ambarrukmo XXI pun juga menggunakan tata suara Dolby Atmos di satu studio mereka. Hingga kini, tercatat studio 1 Ambarrukmo XXI adalah yang studio yang memiliki kualitas tata suara terbaik di Jogja.
   Pembangunan kembali Lippo Plaza (bekas Saphire Square) juga semakin menambah semarak bioskop di Jogja karena jaringan bioskop Cinemaxx akhirnya masuk yang baru dibuka pada pertengahan tahun 2015. Berbekal 4 studio reguler dan 2 studio gold (seperti teater premiere XXI) serta harga tiket yang lebih murah, Cinemaxx siap bersaing dengan kompetitor mereka. Sekali pun masih baru, sayangnya kualitas gambar dan audio di jaringan bioskop ini masih di bawah standar bioskop XXI. Sementara jaringan bioskop CGV Cinemas juga dibuka pada akhir tahun 2015, bersamaan dengan dibukanya pusat perbelanjaan J-Walk di wilayah Babarsari. Tidak seperti dua jaringan bioskop lainnya, CGV lebih menyasar pada generasi milenial yang tampak dari desain interiornya yang memang cocok untuk anak muda. Beberapa tahun kemudian, mereka menambah jaringan bioskop di Hartono Mall dan Transmart Maguwo. Bahkan, beberapa studio di Hartono Mall dilengkapi dengan fitur dan sistem baru yang menjadi andalan mereka, seperti 4DX, Sphere-X, sweetbox, hingga ranjang tidur! Sayangnya, kualitas tata suara bioskop jaringan CGV pun masih dibawah standar bioskop XXI. Lokasi jaringan bioskop XXI, CGV Cinemas, serta Cinemaxx yang relatif berdekatan di wilyah utara Jogja, jelas memberikan persaingan bisnis yang luar biasa di antara mereka.
   Melihat kondisi bioskop di Jogja saat ini, dengan segala kelebihan dan kekurangannya jelas sangat menguntungkan para pecinta film di kota ini. Pilihan bioskop kini lebih banyak dan penonton tidak perlu mengantri ratusan meter hingga keluar studio untuk menonton film-film box-office seperti dulu. Sekarang, tiket pun bisa dipesan sebelumnya hanya dengan memencet tombol handphone dari rumah, seperti sistem MTIX di jaringan XXI. Persaingan harga tiket, sistem yang lebih canggih, serta pelayanan yang lebih baik, pasti akan terus ditawarkan ke penonton. Entah kapan bioskop IMAX bisa masuk ke kota ini. Jumlah layar bioskop yang lebih banyak akan semakin bagus juga buat industri film kita. Mereka pun terbuka dengan pemutaran di luar regulernya untuk memutar film-film festival dan independen, bahkan seringkali menjadi bagian dari venue festival film Internasional, seperti JAFF (Jogja-NETPAC Asian Film Festival) yang tiap akhir tahun diselenggarakan di kota ini. Para pembuat film lokal harus semakin berbenah dan memperbaiki diri karena persaingan ke depan bakal semakin ketat. Semoga kelak film-film kita bisa bersaing dengan film-film barat yang hingga kini masih mendominasi pasar domestik.
Artikel pertama kali ditulis di Buletin Montase edisi 10 dengan judul, “Bioskop Jogja, dari Empire 21 hingga Empire XXI”. Penulis adalah penikmat film di Jogja sejak awal 1990-an hingga kini.Â