Aktor kawakan, Nicholas Cage memang beberapa tahun belakangan banyak bermain dalam peran-perang yang unik, bahkan berperan sebagai dirinya sendiri. Kini sang bintang mencoba suatu peran yang sama sekali berbeda dengan penampilan fisik yang mengejutkan pula. Longlegs adalah film horor supernatural yang digarap dan ditulis naskahnya oleh Osgood Perkins. Film ini dibintangi oleh Maika Monroe, Nicholas Cage, dan Blair Underwood. Telah sekian lama perpaduan dua genre, detektif-horor ini tidak muncul di pasar, apakah Longlegs memiliki tawaran yang menarik?

Filmnya berlatar tahun 1990-an ketika Presiden Bill Clinton masih menjabat. Agen Lee Harker (Monroe) adalah seorang agen muda FBI yang memiliki kemampuan metafisik ketika ia berhasil menuntaskan satu kasus pelik. Atasannya, Agen Carter (Underwood) menugaskannya satu misi khusus untuk menyelidiki serangkaian kasus pembunuhan yang menimpa beberapa keluarga dalam beberapa tahun terakhir. Di TKP selalu ditemukan sebuah surat dengan tulisan simbol asing dengan inisial Longlegs. Semakin dalam investigasi Harker, rupanya kasus ini berhubungan dengan kejadian masa kecilnya yang pernah dikunjungi seorang lelaki misterius (Cage).

Sejak opening sudah tampak jika film ini memiliki pendekatan estetik yang unik. Setiap adegan kilas-balik, film ini menyajikan aspek rasio 4:3, layaknya layar televisi tabung. Tone gambarnya juga bernuansa lawas (warna soft) dengan konsep pembabakan ala Tarantino. Shot-shot-nya juga banyak menggunakan shot jauh dan luas (wide), serta jarang sekali menggunakan gambar close-up. Seperti gaya horor lawas, film ini menggunakan musik untuk mendukung “jump scare”-nya. Tidak ada jump scare modern yang mengagetkan, namun sisi horornya terasa mencekam. Less is more scarier. Melalui temponya yang lambat, film ini banyak memancing sisi misteri melalui aksi investigasi dan kilasan masa lalu Harker. Walau jujur saja, penikmat film sejati, rasanya tak sulit mengantisipasi ending klimaksnya.

Baca Juga  Nope

Longlegs adalah sebuah horor unik yang memadukan sisi investigasi dan horor melalui sentuhan eksotis sang sineas serta penampilan beda dari Nic Cage. Cage tidaklah tampil istimewa hanya beda penampilan saja. Sosoknya selalu mencuri perhatian ketika muncul, layaknya sosok Pennywise dalam It. Monroe yang juga bermain dalam film horor berkualitas, It Follows, memang pas bermain sebagai sosok yang traumatik dan selalu dalam situasi tertekan. Walau menarik, namun Longlegs rasanya sulit diterima awam karena tempo yang lambat dan kisahnya yang “disturbing”. Saya juga masih penasaran dengan pengambilan latar waktu kisahnya. Apakah ada relasi dengan sosok (kasus) Bill Clinton yang beberapa kali fotonya masuk frame? Ada seorang ayah yang dipengaruhi sesosok iblis (boneka perempuan) yang akhirnya menghabisi keluarganya sendiri.. hmm.

1
2
PENILAIAN KAMI
Overall
75 %
Artikel SebelumnyaTwisters
Artikel BerikutnyaDaddio
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.