Film drama komedi, Nagabonar Jadi 2 arahan Deddy Mizwar yang diputar beberapa waktu lalu sukses luar biasa di bioskop-bioskop tanah air. Namun tidak banyak pononton kita sekarang yang berkesempatan menonton film aslinya, Nagabonar (1986) yang konon pada masanya juga laris manis. Beruntung penulis berkesempatan menonton film ini pada sebuah acara Festival Film Internasional beberapa waktu lalu di Jogjakarta. Bahkan sang sutradara sendiri juga berkesempatan hadir pada acara tersebut.
Film Nagabonar disutradarai oleh MT. Risyaf yang menceritakan seorang pemuda bernama Nagabonar yang juga diperankan oleh Deddy Mizwar. Tidak seperti sekuelnya, film ini berlatar jauh kebelakang tepatnya pada era kemerdekaan Indonesia. Dikisahkan Nagabonar, seorang pemuda mantan tukang copet tidak berpendidikan yang memiliki sifat naif, jujur, setia kawan, patuh pada orang tua, namun juga nekat. Melihat bangsanya yang tertindas, Nagabonar lalu mengangkat dirinya menjadi seorang jendral untuk berjuang melawan Belanda. “Kalau tidak ada yang jadi jendral biar aku sajalah yang jadi jendralnya”, ungkap Nagabonar. Film menuturkan aksi-aksi kocak sang jendral yang disuguhkan dengan wajar tanpa dilebih-lebihkan. Cerita juga menyinggung kisah cinta Nagabonar dengan Kirana (Nurul Arifin), putri seorang dokter yang memihak Belanda, serta persahabatannya dengan Bujang.
Jika kita bandingkan Nagabonar dengan Nagabonar Jadi 2 terdapat beberapa kejanggalan cerita pada film sekuelnya. Pertama adalah masalah perbedaan waktu dan usia. Film Nagabonar berlatar cerita sekitar era masa kemerdekaan yakni, antara tahun 1940 -1950 dan umur sang tokoh sendiri kira-kira berusia 20 tahunan. Sementara dalam sekuelnya, film Nagabonar Jadi 2 berlatar cerita masa kini, kita sebut saja tahun produksi filmnya, yakni tahun 2007. Jika usia sang jendral dalam film aslinya kita anggap saja berusia 20 tahun pada tahun 1950, maka usia Nagabonar pada film sekuelnya adalah 77 tahun. Apa usia Nagabonar pada film sekuelnya tampak berumur sekian? Jika misalnya Nagabonar dan Kirana melahirkan putra mereka, Bonaga, 5 tahun kemudian (1955) maka umur sang putra setidaknya kini adalah 52 tahun. Apakah Bonaga tampak berumur 52 tahun?
Hal lain yang agak menggangu adalah sosok Nagabonar yang penggila sepak bola pada film sekuelnya. Dalam cerita film aslinya sama sekali tidak mengindikasikan jika sang jendral muda suka bermain bola. Zaman memang telah berubah namun sifat Nagabonar jelas tidak berubah. Hal-hal di atas memang berkesan sepele namun sineas tidak dapat mengindahkannya begitu saja. Setidaknya menjadi masukan bagi para sineas kita jika logika cerita sekuel berhubungan erat dengan film aslinya. Hal yang menarik dalam kedua cerita film ini adalah moto, “ Apa kata dunia?” yang menunjukkan prinsip serta jiwa sang jendral (dan sang putra) yang keras. Kedua film tersebut sama-sama mampu menggugah rasa kebangsaan kita, mencintai bangsa serta sesama dengan sepenuh hati. Kedua film tersebut masih sangat relevan dengan kondisi bangsa kita yang masih saja terjajah baik jiwa maupun raga. Entah kapan akan muncul seseorang anak bangsa yang berani berkata dengan sepenuh hati, “Kalau tidak ada yang jadi jendral biar aku sajalah yang jadi jendralnya!”
Antonius Rah Utomo