Mendekatkan diri kepada masyarakat dapat dilakukan melalui media apapun, khususnya film yang mampu memberikan dampak yang besar dengan jangkauan yang luas. Hal ini yang dilakukan oleh Divisi Humas Polri. Melalui film perdananya, Humas Polri memberikan gambaran visi dan misi Kepolisian Indonesia dengan cara yang manis melalui film Pohon Terkenal. Film ini disutradarai oleh dua sineas, Monty Tiwa dan Annisa Meutia. Keduanya bekerja sama dengan Lina Nurmalina untuk menggarap naskah yang apik. Pada hari rilisnya, Pohon Terkenal ditayangkan di 197 layar bioskop. Saya pun berharap banyak masyarakat Indonesia menikmati film ini dan harapan agar film ini laris manis sangat besar! Kenapa?
Pohon Terkenal mengisahkan perjuangan para taruna dan taruni yang menempuh pendidikan di Akademi Kepolisian. Kisah berpusat pada Bara, Ayu, dan Jonathan. Bara yang enggan menjalani kehidupan Akpolnya, terus mendapatkan masalah yang menyeret Ayu dan Jonathan. Jadilah mereka “pohon terkenal” di batalion. Mereka bertiga terus membantu dan menyemangati satu sama lain hingga kedekatan mereka memicu rasa suka antara Bara dan Ayu. Lika-liku percintaan di tengah masa pendidikan harus mereka lalui hingga akhirnya mereka menjadi polisi yang sukses.
Sejak awal menonton, saya tahu bahwa film ini adalah suatu produk lembaga yang tentunya sarat dengan pencitraan. Rasa sinis melekat karena terus terbayang iklan layanan masyarakat yang diproduksi Polri dalam upaya menciptakan kepercayaan masyarakat. Tetapi, seiring berjalannya cerita, saya pun menikmati adegan-adegan yang disuguhkan, dan wow, ternyata filmnya menarik! Adegan-adegannya lucu serta mengalir apa adanya karena para pemainnya tampil begitu natural.
Segala kegiatan fisik yang membentuk kedisiplinan dan senioritas ditampilkan secukupnya. Tidak berlebihan. Sama halnya dengan cara film ini menyampaikan visi dan misi Polri. Pengakuan adanya senioritas merupakan cara yang baik untuk menampilkan citra kepolisian daripada menampilkan hal-hal baik yang sejatinya hanya omong kosong. Pohon Terkenal tidak hanya membuat penonton seolah-olah berada di lingkungan Akademi Kepolisian saja, tetapi penonton pun dibuat tersenyum manis mengikuti kisah cinta yang manis antara dua tokoh utamanya. Bagaimana Ayu yang jual mahal, lalu digoda oleh ketengilan Bara hingga keduanya mulai saling jatuh cinta. Semuanya disuguhkan dengan patut diacungi jempol. Sisi romantis yang dihadirkan bahkan jauh lebih baik dari film-film roman laris kita lainnya. Ini mengejutkan!
Tidak hanya kisah roman yang manis, Pohon Terkenal juga secara menawan menggambarkan pentingnya arti keluarga melalui hubungan ayah dan anak perempuannya. Adegan sangat menyentuh dibawakan dengan sangat baik oleh Cok Simbara dan Laura Theux. Pengalaman akting Cok Simbara yang sudah malang melintang di dunia perfilman maupun sinetron dibuktikan dengan kemapanan ekpresinya meskipun tanpa kata-kata. Begitu alami, begitu mengesankan. Adegan ini pun, diakhiri dengan kalimat “Nanti kamu akan tahu bahwa ada saatnya negara lebih daripada keluarga”. Yah… saya rasa semua orang juga tahu, ini adalah memang tujuan filmnya. Kalimat persuasif yang mengajak masyarakat kita yakin bahwa polisi adalah orang-orang yang siap dan rela berkorban demi negara. Cara penyampaiannya yang manusiawi patut diapresiasi. Sosok Bayu dan Ayu yang merupakan perwakilan realistis dari para taruna dan taruni. Tidak semua taruna sekuat baja dan kaku, dan taruni pun bisa mewakili kekuatan perempuan yang selama ini lekat dengan stereotip sebagai sosok yang lemah.
Jeli melihat selera pasar saat ini, Pohon Terkenal memberikan kisah cinta yang manis alih-alih banyak bualan propaganda untuk meningkatkan citra Polri. Dengan mengemas tujuannya sesuai dengan selera anak muda, film ini rasanya akan lebih persuasif membujuk anak muda untuk suka rela menjadi pelindung negara. Meskipun masih bisa diupayakan lebih maksimal dengan mengeksplor naskah lebih dalam, film ini sudah memuaskan.