Copshop (2021)
107 min|Action, Thriller|17 Sep 2021
6.2Rating: 6.2 / 10 from 41,001 usersMetascore: 61
On the run from a lethal assassin, a wily con artist devises a scheme to hide out inside a small-town police station-but when the hitman turns up at the precinct, an unsuspecting rookie cop finds herself caught in the crosshairs.

Copshop adalah film aksi thriller arahan Joe Carnahan yang kita kenal mengarahkan film-film aksi populer, macam The A Team, The Grey, hingga Boss Level. Copshop dibintangi nama-nama tenar, yakni Gerard Butler, Frank Grillo, Alexis Louder, serta Toby Huss. Diproduksi pada pertengahan tahun 2020, saat pandemi tengah panas-panasnya di AS, tampak skala produksinya pun ikut terdampak, melalui setting terbatas dalam kisahnya.

Seorang pembunuh bayaran, Bob Viddick (Butler) tengah mengincar seorang penipu Teddy Muretto (Grillo) yang dalam pelariannya ia sengaja memukul polisi agar ia ditangkap. Tak kehilangan akal, Viddick pun sengaja membuat ulah hingga ia pun dijebloskan di bui yang sama. Teddy ternyata menjadi buruan banyak pihak hingga kantor polisi di tengah gurun itu pun menjadi ajang perburuan seru. Seorang polisi perempuan muda tangguh, Valerie Young (Louder) berada di tengah-tengah, mengacaukan semua rencana mereka.

Aksi dalam ruang terbatas memang selalu menarik, terlebih satu sama lain beniat untuk saling bunuh. Alur cerita berjalan semakin intens walau dalam perjalanan, prosesnya tidak menggigit seperti seharusnya. Segmen kilas-balik yang menjadi motif cerita, malah justru merusak mood intensitas plot yang tengah panas-panasnya. Beberapa kejutan pun juga muncul yang semakin menambah sisi ketegangan. Sayangnya, film ini tidak mampu menampilkan klimaks yang sepadan dengan premisnya. Bukan karena aksinya, bisa jadi karena tokoh-tokohnya bicara terlalu banyak.

Baca Juga  What’s Love Got to Do with It?

Bukan film aksi thriller terbaik di genrenya tetapi Copshop mampu memainkan plot dan tokoh-tokohnya dengan segar dalam ruang terbatas. Louder yang bermain bagus sebagai polisi muda yang tenang, justru mencuri perhatian di tengah dua bintang besarnya. Butler dan Grillo tidak bermain buruk, hanya saja, itu tadi, mereka bicara terlalu banyak. Walau terdapat beberapa kejanggalan plot di sana-sini, untuk sekadar hiburan, film ini tidaklah mengecewakan. Pada satu sisi kita juga dapat melihat bagaimana kreatifitas sang pembuat film dalam menyikapi situasi pandemi. Not bad at all.

1
2
PENILAIAN KAMI
Overall
70 %
Artikel SebelumnyaNightmare Alley
Artikel BerikutnyaMunich: The Edge of War
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.