Spider-Man 3 (2007)
139 min|Action, Adventure, Sci-Fi|04 May 2007
6.3Rating: 6.3 / 10 from 653,982 usersMetascore: 59
A strange black entity from another world bonds with Peter Parker and causes inner turmoil as he contends with new villains, temptations, and revenge.

Sekuel superhero populer berbujet ratusan juta dollar super laris, Spiderman 3 arahan Sam Raimi akhirnya dirilis juga. Film pertama, Spider-Man adalah film istimewa sementara sekuelnya, Spider-Man 2 bahkan lebih baik dari sisi cerita maupun artistik. Penulis tidak pernah berpikir jika sekuel berikutnya akan bisa lebih baik dari kedua film ini dan ternyata dugaan penulis tidak salah.

Spiderman 3 diawali dengan Peter yang saat ini hidup bahagia bersama Mary Jane. Cerita berkembang ketika Peter lebih menikmati dirinya sebagai Spider-Man ketimbang dirinya sendiri. Karir pertunjukan Mary Jane yang hancur hanya karena sebuah review negatif makin memperburuk hubungannya dengan Peter. Terlebih setelah Peter melakukan “ciuman pertamanya” dengan seorang gadis rekan satu lab-nya dihadapan orang banyak termasuk Mary Jane. Bagaimana mungkin semua ini bisa terjadi setelah semua peristiwa yang terjadi di dua film sebelumnya. Peter seolah lupa ucapan pamannya, “Great power comes great responsibility!”. Apa cairan hitam berasal dari angkasa luar penyebabnya? Ternyata bukan. Cairan tersebut dijelaskan hanya baru berefek negatif setelah menyatu dengan tubuh induk semangnya. Semuanya jadi serba lucu dan kebetulan. Konflik dan segala peristiwa yang ada seperti terkesan terlalu dibuat-buat tanpa ada sedikit pun penjelasan.

Hubungan Peter dan Mary Jane juga tidak lagi sekuat di dua film pendahulu. Peter dan Mary Jane seperti kehilangan diri mereka. Bahkan karakter Harry yang dendam habis dengan Spiderman sampai benar-benar dibuat amnesia. Entah mengapa hubungan kimiawi antara Harry-Mary Jane yang berdansa twist terasa lebih kuat dari hubungan Peter-Mary Jane. Satu lagi adegan yang benar-benar konyol dan tidak lucu adalah ketika Peter berubah menjadi lebih modis (rambut dibiarkan ke depan) dan digilai banyak wanita hingga berdisko bersama pasangan barunya dihadapan Mary Jane. Tapi ok lah… kali ini Peter memang “kebetulan” memakai kostum “hitam”. Tapi semua itu untuk apa? Peter sudah tidak lagi memiliki masalah dengan dirinya.

Baca Juga  Sinema Neorealisme Italia

Karakter Sandman lebih sekedar tempelan ketimbang ikut larut dalam cerita. Menghubungkan karakter Flint Marko (Sandman) dengan terbunuhnya kakek Peter sungguh ide konyol seperti penulis naskah tidak ada ide lain saja. Hal ini malah justru mementahkan cerita dua film sebelumnya yang telah dibangun demikian kuat. Siapapun tahu jika amnesia Harry kelak akan pulih di saat yang “tepat”. Karakter Bernard, pelayan Harry juga mendadak muncul di film dan seolah mengetahui segala persoalan tentang Harry, ayahnya dan Peter. Entah bagaimana ia bisa menyimpulkan luka tusukan di tubuh ayah Harry. Dan seperti sudah diduga… karakter Goblin Jr. muncul disaat kritis menolong sahabatnya… penonton pun bersorak riuh. Sungguh konyol! Amat disayangkan karakter Venom yang penuh pesona tidak muncul sejak awal dan harus menunggu hingga Peter mampu melepaskan “sifat buruk“ yang ada di tubuhnya.

Bicara soal adegan aksi boleh jadi memang lebih gemerlap dan lebih “seru” dari dua film pendahulunya terutama karena adanya dua karakter musuh. Namun satu hal yang hilang tidak seperti pada dua film pendahulunya adalah unsur ketegangan. Mary Jane yang di dua film sebelumnya menjerit-jerit dan jatuh dari ketinggian kali ini melakukan hal yang sama. Siapapun tahu Mary Jane akan selamat. Sedemikian nyarisnya seorang karakter mendekati kematian tetap saja adegan tersebut tidak berarti apa-apa. Dan seperti telah diduga pula Goblin Jr. (Harry) akhirnya mati menyelamatkan nyawa sahabatnya. Tak ada kejutan maupun ketegangan sama sekali apapun bentuknya. Terlalu jauh jika membandingkan film ini dengan dua film pendahulunya namun menurut penulis bukanlah hal sulit bagi film ini untuk meraih keuntungan seperti dua film sebelumnya.

Artikel SebelumnyaWaktu di Persimpangan
Artikel BerikutnyaBerbagi Suami, Poligami yang Kabur
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.