Genre : Drama komedi
Rilis : 4 Febuari 2016
Durasi : 90 Menit
Produser : Hanung Bramantyo & Manooj Punjabi
Director : Hanung Bramantyo & Ismail Basbeth
Skenario : Salman Aristo, Bagus Bramanti
Produksi : MD Pictures, Dapur Film
Actors : Vino G. Bastian, Laudya Chyntia Bella, Reza Rahadian

     Kisah cinta sederhana bisa membawa sepasang manusia ke dalam akhir yang sakral atau arus yang bertentangan dengan dunia. Pernikahan Risa (Laudya C. Bella) dan Bagas (Vino G. Bastian) berantakan saat sang suami berselingkuh, kemudian Bagas menjatuhkan talak 3 dengan mudahnya pada Risa. Kisruh harta gono-gini berupa rumah mewah yang diperebutkan keduanya pun masih terhalang hutang tunggakan kredit. Tiba-tiba muncul kesempatan tawaran bernilai milyaran rupiah. Dengan iming-iming itu, Risa dan Bagas tergoda untuk kembali bekerja sebagai partner serta pasangan mesra seperti dahulu. Namun pernikahan adalah syarat utama, sehingga Bagas menjadi terobsesi untuk mendapatkan semuanya.

     Alur cerita gadis modern berhubungan dengan pemuda desa sudah telalu umum. Dalam cerita, Vino dan Bella sebagai pasangan yang asli Yogyakarta malah menunjukkan karakter yang terlalu modern dan terkesan anak ‘Jakarta’. Kehadiran Reza Rahadian justru menambah mutu tersendiri dengan dalamnya karakter lokal yang dibangun. Logika cerita juga dalam beberapa adegan juga terlihat lemah. Bagas dan Risa berpindah KUA untuk memalsukan perkawinan karena terhalang oleh Basuki, keduanya terkesan terlalu mudah menyerah pada situasi ganjil. Padahal bisa saja keduanya pergi ke KUA lain yang tidak ada Basuki.

     Dalam durasi 90 menit, Talak 3 mampu mengangkat berbagai isu sosial yang sedang populer di Indonesia. Mulai dari ramainya pernikahan singkat selebriti, harta gono gini, surat palsu, korupsi, sindikat penjualan wanita, hingga tren ojek. Isu tersebut disisipkan rapi dalam naskah “pop” Salman Aristo dan Bagus Bramanti. Kolaborasi matang dari beberapa sisi ini cukup unik. Duet Hanung Bramantyo dengan Ismail Basbeth terbilang sukses memikat. Vino & Bella terbilang rutin mendalami drama romansa ceria. Warna warni setting modern berpadu cantik dengan budaya tradisional di lokasi-lokasi ikonik Yogyakarta. Memadukan gaya hidup modern dan tradisional memang penting untuk menjaga identitas bangsa, terlebih jika ditampilkan sebagai medium penggambaran kondisi sosial kita saat ini. Namun tetap saja, menghadirkan drama komedi berkualitas bukan hal mudah di ranah industri film kita, karena penonton masih terjebak dalam kisah-kisah ringan yang menghibur dan situasi ini sepertinya masih dalam jangka waktu yang lama.

Baca Juga  Esai dalam “Cin(T)a”

Watch Movie Trailer

PENILAIAN KAMI
Overall
60 %
Artikel SebelumnyaDeadpool
Artikel BerikutnyaSekilas Sinematek Indonesia
Lahir dan besar di Kalimantan Barat, merupakan seorang aktivis demokrasi. Tahun 2015 hijrah ke Yogyakarta untuk menekuni ilmu film di sebuah perguruan tinggi swasta. Selain kuliah, menulis dan menggambar animasi menjadi rutinitas pilihannya.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.