The Girl on the Train diambil dari novel thriller bertitel sama karya Paula Hawkins yang merupakan debut novelnya. Film ini disutradarai oleh Tate Taylor yang sukses besar dengan The Help (2011) yang meraih empat nominasi Oscar di ajang Academy Awards beberapa tahun lalu. Kali ini dengan masih mengangkat tema perempuan, Taylor mengkasting beberapa pemain top, antara lain Emily Blunt, Rebecca Ferguson, Justin Theroux, Luke Evans, Haley Bennet, hingga Edgar Ramirez.
Rachel kesehariannya diisi dengan naik kereta komuter pulang-pergi dari New York ke tempat tinggalnya. Setiap kali melewati sebuah rumah ia mengamati satu sosok perempuan bernama Megan yang menjadi sosok fantasi idealnya jauh dari kehidupan pribadinya yang kelam dan akrab dengan alkohol. Dalam perkembangan ternyata Rachel pernah tinggal di rumah sebelah persis tempat tinggal Megan setelah ia bercerai dengan suaminya yang kini hidup bersama wanita lain bernama Anna. Suatu ketika dari balik jendela KA, Rachel melihat Megan bersama pria lain dan pada hari yang sama perempuan tersebut dinyatakan hilang. Â Â Â Â
Satu hal yang menarik di film ini adalah kemasan ceritanya. Filmnya dituturkan tak lazim bagi genrenya melalui tiga sudut pandang perempuan, Rachel, Anna, dan Megan sekalipun Rachel lebih dominan. Film juga disisipi adegan kilas-balik yang semakin menambah kesan kompleks kisahnya. Misteri demi misteri terus mengusik penonton, apa yang sebenarnya terjadi dan apa hubungan ketiga perempuan tersebut. Berjalannya waktu, misteri demi misteri semakin terkuak dan alur plotnya menjadi terlalu jamak untuk genrenya dan bagi penikmat thriller sejati rasanya tidak sulit untuk mengantisipasi kisahnya. Intinya: tidak ada kejutan berarti.
Satu kekuatan besar film ini adalah akting para pemainnya khususnya, Emily Blunt. Blunt bermain sangat baik sebagai Rachel yang mendapat tekanan psikologis hebat akibat perceraian dengan suaminya. Nyaris sepanjang film Blunt bermain dalam kondisi setengah mabuk, gelisah, penuh keraguan, insecure, serta mampu membawa kita mengaburkan antara realita dan imajinasinya. Seringkali dalam banyak shot-nya teknik “blur” digunakan dengan amat baik untuk mempertegas status fisik dan mental Rachel. Para pemain lainnya, yakni Ferguson, Bennet, Evans, Theroux, hingga Ramirez sebagai sang terapis, semuanya bermain tanpa cacat.
The Girl on The Train menawarkan sebuah thriller psikologis yang dikemas menarik dengan dukungan akting berkelas dari para pemainnya namun pada akhirnya gagal menjadi thriller berkelas. Para kastingnya telah bermain sempurna dengan mampu memberikan batas tipis antara benar dan salah serta selalu mengusik penafsiran kita namun sayangnya trik-trik misteri yang digunakan sudah terlalu umum untuk genrenya. Untuk sesaat pada segmen pembuka yang secara teknis disajikan begitu manis dan menawan mengingatkan banyak pada film-film thriller berkualitas tinggi garapan Alfred Hicthcock. Ekspektasi yang tinggi ternyata berujung dengan sebuah pencapaian yang sangat biasa.
WATCH TRAILER
Terlepas dari kemasanya yang menarik, yang dengan baik mampu mengusik rasa penasaran kita di hampir 3/4 film nya, pada akhirnya kita harus kecewa karena script nya sendirilah yang akhirnya mengungkap semua misteri yang disembunyikan. Dan setelahnya tidak ada lagi yg terasa menarik. Termasuk usaha untuk membuat kita bersimpati pada tokoh utama di akhir film.