The Killer (2023)
118 min|Action, Adventure, Crime|10 Nov 2023
6.7Rating: 6.7 / 10 from 203,423 usersMetascore: 73
Solitary, cold, methodical and unencumbered by scruples or regrets, a killer waits in the shadows, watching for his next target. Yet, the longer he waits, the more he thinks he's losing his mind, if not his cool.

The Killer adalah film arahan sineas kawakan David Fincher yang dirilis platform Netflix minggu lalu. Fincher seperti kita tahu adalah sineas di balik film-film berkualitas tinggi, seperti Se7en, Fight Club, Zodiac, The Social Network, The Girl with the Dragon Tatoo, hingga Mank. The Killer diadaptasi dari seri novel grafis produksi Perancis bertitel sama, tulisan Alexis “Matz” Nolent. Film ini dibintangi Michael Fassbender, Arliss Howard, Charles Parnell, Kerry O’Malley, Sala Baker, Sophie Charlotte, dan Tilda Swinton. Akankah The Killer mampu bersaing dengan film-film masterpiece karya sang sineas?

Seorang pembunuh bayaran profesional (Fassbender) terlihat melakukan observasi dari sebuah bangunan di seberang hotel tua di Kota Paris. Targetnya adalah seorang tamu penting di kamar penthouse. Dengan segala persiapan yang teramat matang dan panjang, satu momen tersisa hanyalah menarik pelatuk riffle-nya. Dor! Tembakannya ternyata gagal. Ini adalah kali pertama dalam hidupnya. Sang pembunuh lantas pergi tanpa sedikit pun meninggalkan jejak. Sesampainya di rumah persembunyiannya di Dominika, ia menemui kediamannya dibobol orang dan sang kekasih pun terluka parah. Kegagalan aksinya, rupanya membuatnya menjadi ancaman. Ia pun lantas dengan caranya sendiri, memburu semua orang, dari bawah ke atas, untuk membalaskan dendam.

Baca Juga  Carry-On

Bagi yang sudah mengenal David Fincher, The Killer ibarat stempel dari semua gaya estetiknya. Sejak detik pertama; opening title sequence khas, gaya sinematografi, tone warna gambar, penceritaan yang termat detil, hingga sisi misteri dan thriller-nya. Plotnya dibagi menjadi chapter yang merujuk pada aksi dan sosok yang menjadi buruannya. Ibarat plotnya adalah studi karakter sang pembunuh dalam melakukan melakukan segala aksinya yang ekstra hati-hati. Suara narasi (monolog) dari sang pembunuh menjadi kunci informasi utama dari proses panjang yang begitu rinci. Jarang sekali kata-kata keluar dari mulut sang protagonis, kontras dengan narasi-narasi yang panjang. Fassbender pun seolah terlahir untuk peran ini yang bermain dengan sangat brilian dan karismatik.

Dengan gaya penyutradaraan yang berkelas dari sang sineas, The Killer adalah salah satu film terbaiknya, juga film terbaik sang bintang. The Killer adalah sebuah tontonan yang dikemas dalam satu gaya estetik berkualitas tanpa membuat kita banyak berpikir. Kita hanya tinggal enjoy menikmati segala pencapaian visualnya dengan narasi empuk dari sang protagonis. Pada penghujung, narasinya memberi satu pernyataan moral yang menggugah. Mungkin bisa diartikan begini: Jika kita ada di jalan yang salah (penuh dosa), dan kadang pun kita melakukan kesalahan. Untuk menebus kesalahan, kita pun melakukan dengan cara yang salah untuk menyelesaikan masalah, tanpa ada penyesalan hanya agar kita merasa nyaman. Ini hanya terjadi sang pembunuh atau kita semua?

1
2
PENILAIAN KAMI
Overall
100 %
Artikel SebelumnyaLoki S02
Artikel BerikutnyaSinema Akhir Tahun #8 ISI Surakarta Sukses Mengajak Penonton Bersinema Ria
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.