Dalam dunia perfilman, nama Woody Allen tak lagi asing. Woody Allen adalah sutradara, aktor, penulis, komedian, bahkan pemusik. Selama lima dekade, ia menghasilkan film-film yang tidak bisa dikatakan remeh. Roger Ebert mendeskripsikan tentang Woody Allen, “a treasure of the cinema”. Mengapa? Bagi pecinta film yang masih asing dengan Woody Allen, berikut alasan untuk menonton film-film karyanya:

  1. Stand-Up Comedy

Sebelum terjun ke dalam perfilman, Woody Allen adalah seorang komedian. Maka karakter-karakter filmnya selalu terarahkan pada sifat “cerewet” lewat kemampuan monolog yang bisa mengocok perut penonton. Tidak percaya? Coba saja lihat Annie Hall, Manhattan, atau Deconstructing Harry.

  1. Konsisten

Salah satu keunikan karya-karya Woody Allen terletak pada konsistensinya tentang kota New York. Sineas ini  lahir, besar, dan berkarir di kota tersebut. Tak heran kebanyakan filmnya mengambil setting kota ini, terutama pada sisi romantis. Poin kedua konsisten ada pada tema besar; nyaris semua film Woody Allen adalah romansa. Bahkan dalam perspektif khusus, beberapa filmnya sekilas tampak mirip satu sama lain. Bagaimanapun, konsistensi Woody Allen terkesan “cuek” dan penuh kejutan. Misalnya Manhanttan, New York Stories, dan Manhattan Murder Mystery.

  1. Kritis

Bukan Woody Allen jika tak menempatkan isu-isu kritis atau satir, sehingga film-filmnya masuk dalam kategori black-comedy. Secuil bahasan tentang politik, agama, eksistensi, gender, atau seni, selalu muncul dalam dialog serta akting yang dikemas selucu mungkin. Sehingga film-film klasik Woody Allen masih terasa segar dan relevan untuk dinikmati saat ini, seperti Bananas, Vicky Christina Barcelona, Crime And Misdemeanors, dan Bullets Over Broadway.

  1. Sinematik

Berbicara film tentu tak lepas dari sisi sinematik; sebut saja The Purple Rose of Cairo, Annie Hall, Zelig, Everyone Says I Love You, atau Midnight In Paris. Dengan konsep pengemasan yang berbeda, masing-masing film tersebut memiliki kekuatan sinematik tanpa lepas dari ciri khas Woody Allen (penggunaan narrator, berbicara langsung pada penonton, dan lainnya). Baik hitam putih atau berwarna, ia bisa menempatkan baik; pengaruh seni sinema Eropa pada filmnya tanpa terlihat memaksa.

  1. Tribute

Secara gamblang, beberapa film Woody Allen ialah bentuk daur ulang dari film atau sineas favoritnya. Tak jarang ada sisipan film-film legenda di antara filmnya. Stardust Memories jelas menyatakan kekagumannya pada milik Federico Fellini. Bahkan Love And Death merupakan tribute dan parody dari sastra Rusia sekaligus The Seventh Seal milik Ingmar Bergman. Tak hanya “ngefans” pada sang sutradara, aktor utama The Seventh Seal, Max von Sydow, bahkan pernah berakting dalam film Hannah And Her Sisters. Selain itu ada pula Sleeper, Interiors, Shadows and Fog, yang juga tergolong tribute pada penulis dan filmmaker legendaris.

  1. Bertabur Bintang
Baca Juga  3 Rekomendasi Drama Korea Adaptasi Serial Barat

Aktor-aktor yang tengah naik daun pada jamannya, pasti akan sangat mudah anda temukan pada film Woody Allen. Era 1970-1980an ada Diane Keaton, Meryl Streep, Mia Farrow, dan Tony Roberts. Masa 1990-an ada Leonardo DiCaprio, Robin Williams, Demi Moore, Julia Roberts dan awal tahun 2000-an ada Scarlett Johannsson, Ewan McGregor, Hugh Jackman, hingga Javier Bardem. Memasuki era 2010 hingga kini tercatat Emma Stone, Jesse Eisenberg, Marion Cottilard, Owen Wilson, Cate Blanchett, dan lainnya pernah berakting dalam filmnya. Uniknya, beberapa aktor/aktris diatas “langganan” bermain dalam film-film Woody Allen.

  1. Jazz

Film-film Woody Allen menyuguhkan alunan musik jazz sebagai musik skoring. Sebagai pecinta jazz, tak heran ia terkadang memainkan sendiri klarinet sebagai scoring dalam filmnya. Bagi pecinta film dan penggemar jazz, film-film Woody Allen adalah pilihan anda.

WATCH TRAILER

https://www.youtube.com/watch?v=xuCufsHa8wU

Artikel SebelumnyaGalih dan Ratna
Artikel BerikutnyaSaya Daniel Blake, Saya Warga Negara Biasa
Lahir dan besar di Kalimantan Barat, merupakan seorang aktivis demokrasi. Tahun 2015 hijrah ke Yogyakarta untuk menekuni ilmu film di sebuah perguruan tinggi swasta. Selain kuliah, menulis dan menggambar animasi menjadi rutinitas pilihannya.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.