Film ini merupakan remake dari film berjudul Gita Cinta dari SMA (1979) dari novel berjudul sama karangan Eddy D. Iskandar yang dibintangi Rano Karno dan Jessy Gusman. Sang sineas sendiri telah beberapa kali berkarya dengan film-film panjangnya yang berjudul Madam X (2010) dan Selamat Pagi, Malam (2014). Galih dan Ratna berkisah tentang dua orang remaja SMA, Galih (Refal Hadi) dan Ratna (Sheryl Sheinafia). Galih adalah siswa berprestasi di sekolahnya. Ia memiliki puluhan kaset tape di toko kaset peninggalan ayahnya. Walaupun jaman sudah modern, Galih masih suka mendengarkan musik dengan kaset di walkman miliknya. Ratna adalah siswi dari Jakarta yang pindah sekolah ke Bogor. Sebagai siswi baru di SMA tempat Galih bersekolah, Ratnapun akhirnya mengenal dan tertarik dengan Galih. Mereka yang sama-sama menyukai musik akhirnya semakin dekat.
Film ini fokus pada aktivitas dua sosok remaja Galih dan Ratna yang menjalin kisah asmara di masa-masa remaja. Nuansa sekolah SMA menjadi latar cerita yang mempertemukan dua sejoli ini. Tema film ini menarik, namun tanpa pendekatan nararif yang kuat film ini serasa hambar dan kurang mampu membangun mood filmnya. Cerita filmnya berjalan begitu cepat dan tanpa proses yang menarik sehingga tidak mampu membangun chemistry antara keduanya. Adegan perkenalan Galih dan Ratna di serambi sekolah ketika Galih sedang mendengarkan musik dari walkman miliknya terasa sangat datar dan kurang menyentuh. Begitu pula adegan ketika Galih menyatakan cintanya pada Ratna dengan sebuah mixtape dan adegan Ratna menemui Galih di Nada Musik untuk menjawab ungkapan cinta Galih tak terlihat chemistry antara keduanya.
Konflik keluarga Galih dan Ratna yang dibangun juga tak mampu membuat hubungan keduanya semakin menarik. Klimaks seharusnya dibangun lebih kuat lagi ketika momen kelulusan yang menjadi “waktu perpisahan” bagi masa remaja mereka untuk menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Faktor musik sepertinya menjadi kunci masalah membangun mood filmnya. Banyak adegan yang tidak cocok dengan musik yang mengiringi sehingga adegannya tak terasa hidup. Mungkin salah satu lagu yang menyentuh adalah Lagu Gita Cinta ciptaan Ratna yang didengarkan Galih di ending filmnya yang pas dengan adegannya. Galih yang berada di perjalanan di atas kereta menjauh dari Ratna, sambil mengingat momen bersama Ratna dengan teknik flashback. Jika lagu ini menjadi musik pengiring dalam beberapa momen-momen di filmnya mungkin akan lebih mampu membangun mood filmnya, seperti yang terlihat di trailer film ini.
Setting sekolah telah mampu menggambarkan masa-masa remaja mereka. Walaupun konteks waktunya di era kini, film ini terkesan berada di era awal 2000-an melalui properti barang-barang milik Galih serta tone warna dari filmnya sendiri yang membuat nuansa berbeda di filmnya. Akting Galih dan Ratna masih bisa dieksplor lagi sebenarnya. Dialog-dialog yang dibangun membuat mereka berakting agak sedikit kaku. Ikon Galih dan Ratna yang kala itu dibintangi Rano Karno dan Jessy Gusman menjadi film yang tak terlupakan dalam sejarah perfilman nasional. Rano Karno dan Yessy Gusman sendiri muncul sekilas dalam adegan opening sebagai nostalgia akan peran mereka dulu.
Film remake ini tak hanya menampilkan sosok pemain aslinya juga jika dibandingkan dengan film aslinya banyak pula kemiripan plot, adegan, lokasi, musik, walaupun memang banyak hal terkait plot telah diubah oleh sang sineas. Galih dan Ratna dikemas lebih modern dan cepat sementara Gita Cinta di SMA lebih bertempo lambat dengan nuansa era 1970-an yang kental. Walaupun sedikit kaku, film aslinya mampu membangun momen-momen adegan yang menyentuh dan intens, sedangkan film remake–nya kurang intens di pengadeganan sehingga membuat filmnya terasa kurang menyentuh. Faktor musik sangatlah membangun nostalgia bagi penggemar film ini, yakni lagu “Galih dan Ratna” dan “Gita Cinta” yang membangkitkan nuansa masa lalu.
WATCH TRAILER