Setelah Batman Returns, WB berniat membuat sekuel Batman Returns, dan memutuskan untuk membuat filmnya lebih ringan untuk konsumsi keluarga. Burton masih terlibat namun WB membatasi perannya sebagai produser. Kursi sutradara diisi oleh Joel Schumacher yang sukses sebelumnya bersama WB melalui The Client (1994). Kasting melalui proses yang amat panjang, Keaton menolak peran sebagai Batman karena Burton tidak disana dan akhirnya Val Kilmer yang dipilih. Komedian top, Jim Carey dan aktor senior, Tommy Lee Jones mendapat peran sebagai The Riddler dan Two Face. Sementara Nicole Kidman dan Chris O’Donnel, bermain sebagai Dr Chase Meridian dan Dick Grayson (Robin). Aktor gaek, Michael Gough masih bermain sebagai Alfred sama seperti dua film sebelumnya. Sementara bujet produksinya sendiri bernilai fantastis, yakni $100 juta.

Batman Forever (1995) sukses besar pada rilisnya melebihi Batman Returns dengan meraih $366 juta di seluruh dunia. Filmnya memang memanjakan mata dengan tone penuh warna serta kisah yang ringan dan menghibur namun ini rupanya tak menarik di mata kritikus. Performa Jim Carrey dan Tommy Lee Jones lebih banyak mendapat pujian ketimbang sang superhero. Ilustrasi musik garapan Elliot Goldenthal memang pas dengan tone filmnya namun tidak sekuat milik Elfman. Soundtrack-nya sama larisnya dengan filmnya, bahkan video klip Kiss from a Rose yang dilantunkan Seal digarap pula oleh Joel Schumacher. Sukses ini membuat WB langsung merencanakan sekuelnya dengan menggunakan sutradara yang sama.

Batman & Robin (1997) diluar dugaan gagal total dan dicela para kritikus. Dengan bujet $140 juta dan mengkasting bintang besar Arnold Schwarzenneger sebagai Mr. Freeze sama sekali tak mampu mengangkat filmnya. Sosok George Clooney sebagai Batman yang dianggap salah kasting juga menjadi satu kesalahan besar. Namun kelemahan yang paling menyolok adalah dari sisi cerita serta penggunaan efek visual (CGI) secara berlebihan. Schumacher sendiri menjawab kritik dengan menyalahkan WB karena memaksanya untuk membuat tone dan kisah yang lebih ringan. WB yang mempersiapkan sekuel kelimanya sewaktu produksi film ini kandas di tengah jalan karena kegagalan Batman & Robin. Demikian pula rencana-rencana proyek lainnya untuk melanjutkan seri ini selalu gagal dan nyaris satu dekade Batman absen di layar lebar.

Baca Juga  Trilogi “The Dark Knight”

NEXT: NOLAN’S BATMAN

1
2
3
4
5
Artikel SebelumnyaBatman: The Movie, Batman versi Panjang Seri Televisi
Artikel BerikutnyaDari Redaksi Montase
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

1 TANGGAPAN

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.