Setelah sekian lama, awal tahun 2003, WB akhirnya memutuskan Christopher Nolan untuk menggarap film Batman selanjutnya, yang belum berjudul. Nolan bersama penulis David S. Goyer berusaha membuat versi Batman yang berbeda dari sebelumnya, mengupas latar belakang sang superhero. Nolan berpendapat bahwa film-film Batman sebelumnya lebih mengutamakan gaya ketimbang drama dan ia memilih pendekatan lebih realistik dan manusiawi sehingga penonton diharapkan bersimpati pada dua karakter baik Bruce Wayne maupun Batman. Aktor Christian Bale dipilih karena dianggap mampu bermain sebagai Bruce Wayne dan Batman sama baiknya, dua sosok yang sama sekali berbeda karakter. Aktor-aktor senior dikasting yakni, Liam Neeson, Michael Caine, Gary Oldman, Tom Wilkinson, hingga Morgan Freeman. Sementara Katie Holmes dikasting sebagai Rachel Dawes, sahabat Bruce sejak kecil.

Batman Begins (2005) akhirnya rilis dengan bujet sebesar $150 juta dan hasilnya sukses komersil dan kritik. Film ini total meraih $372 juta di seluruh dunia. Pendekatan dramatik kuat dan adegan aksi menawan yang tanpa banyak menggunakan rekayasa digital (CGI) ternyata berhasil memikat penonton terutama para kritikus. Kostum Batman dan Batmobile disajikan lebih realistik dari sebelumnya. Kombinasi ilustrasi musik garapan Hans Zimmer dan James Newton Howard semakin memperkuat unsur dramatik tiap adegannya. Batman Begins dianggap sebagai pelopor dan menginspirasi film reboot dengan nuansa lebih kelam dari aslinya. Sukses Batman Begins rupanya adalah awal dari sukses trilogi film paling fenomenal sepanjang sejarah industri film.

Pada bulan Juli 2006, WB mengumumkan produksi sekuel dari Batman Begins, yakni The Dark Knigth dengan tim produksi dan pemain yang sama. Untuk naskahnya, Nolan kali ini dibantu adiknya, Jonathan Nolan, yang kali ini memunculkan karakter antagonis, Joker dan Two Face. Bermain sebagai Joker dan Two Face masing-masing adalah Heath Ledger dan Aaron Eckhart. Katie Holmes menolak bermain kembali sebagai Rachel dan digantikan oleh Maggie Gyllenhaal. Nolan kali ini menggunakan kamera IMAX untuk beberapa sekuen aksinya, seperti di awal pembuka film dan aksi di terowongan. Film ini tercatat sebagai film panjang pertama yang beberapa bagiannya diambil menggunakan kamera IMAX. Filmnya sendiri menghabiskan bujet sebesar $185 juta.

The Dark Knight (2008) adalah sebuah fenomena langka dalam sejarah industri film di Amerika. Aktor Heath Ledger yang tewas keracunan enam bulan sebelum rilis filmnya membuat sensasi tersendiri dan sedikit banyak memicu sukses filmnya. Terlepas pengaruh kejadian ini The Dark Knight sukses luar biasa dan mendapat pujian tinggi para kritikus. Film ini total meraih $ 1 milyar di seluruh dunia, nyaris tiga kali lipat penghasilan Batman Begins. Film ini juga sukses meraih delapan nominasi Oscar dan satu diantaranya meraih kemenangan untuk almarhum Ledger sebagai peran pembantu terbaik. Kisah dan tone filmnya yang lebih gelap dan dalam, serta penampilan brilyan Ledger sebagai Joker dianggap sebagai poin lebih filmnya. Banyak pengamat menganggap The Dark Knight adalah film superhero terbaik sepanjang masa.

Baca Juga  Batman Returns, Perpaduan Komersial dan Art Movies

Nolan awalnya tidak tertarik untuk membuat sekuelnya karena ia berpikir sekuel kedua tidak dimungkinkan. Akhirnya pada bulan Februari 2010, Nolan menyatakan untuk kembali membuat sekuelnya. Tokoh antagonis utama dipilih sosok Bane karena Nolan menginginkan Batman diuji tidak hanya mental namun juga fisik. Sosok Bane tidak hanya kuat secara fisik namun juga cerdas. Bermain sebagai Bane adalah aktor Inggris Tom Hardy. Sementara aktris Anne Hathaway bermain sebagai Selina Kyle. Marion Cotillard dan Joseph Gordon-Levitt turut dikasting pula. Sementara Bale, Caine, Oldman, dan Freeman masih dikasting untuk peran yang sama. Dengan konsep dan skala cerita yang lebih besar serta penggunaan kamera IMAX, bujet pun tidak tanggung-tanggung hingga $230 juta.

The Dark Knigth Rises (2012) merupakan penutup trilogi sekaligus akhir dari kisah Batman garapan Nolan. Walau kisahnya dianggap tidak sebaik film kedua namun film ini secara komersil melewati pendapatan sebelumnya dengan meraih $ 1.05 milyar bahkan hingga artikel ini ditulis masih tayang di banyak negara. Skala cerita lebih luas dan kelam, serta adegan-adegan aksi yang spektakular sejak pembuka film plus musik Hans Zimmer yang mencekam menjadikan film ini adalah salah satu film terbaik tahun ini. Pengamat juga banyak memuji penampilan Tom Hardy sebagai Bane sekalipun hanya berakting melalui gestur tubuh dan suara artifisial. Namun sayangnya pada pemutaran perdana film ini di AS diwarnai insiden penembakan di Aurora, Colorado yang menewaskan 12 orang. Terlepas dari kejadian ini The Dark Knigth Rises adalah film Batman tersukses yang pernah ada. Dengan gaya dan pendekatan yang khas Nolan telah berhasil memproduksi salah satu trilogi film terbaik yang pernah ada.

Di samping live action-nya, film animasi panjang bagian dari proyek DC animated universe masih terus diproduksi dengan kualitas cerita yang tidak kalah menarik, tercatat Batman: Gotham Knight (2008) yang mengambil kisah di antara Batman Begins dan The Dark Knight, lalu Batman: Under the Red Hood (2010), serta Batman: Year One (2011). Total penjualan keping video tiga film ini saja sudah mencapai lebih dari satu juta kopi. Batman muncul pula bersama superhero lainnya dalam Justice League: The New Frontier (2008), Justice League: Crisis on Two Earth (2010), Superman/Batman: Appocalipse (2010), dan Justice League: Doom (2012). Sebagai kata penutup, franchise Batman tercatat adalah film superhero terlaris yang pernah ada dengan total pendapatan hanya tujuh filmnya sejak Batman (1989) mencapai lebih dari $3,6 milyar! Tidak heran jika Batman menjadi salah satu ikon paling populer di muka bumi ini dan yang paling dinanti oleh para moviegoer.

1
2
3
4
5
Artikel SebelumnyaBatman: The Movie, Batman versi Panjang Seri Televisi
Artikel BerikutnyaDari Redaksi Montase
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

1 TANGGAPAN

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.