
   Kondisi mulai berubah ketika bioskop Studio 21 di Ambarukmo Plaza akhirnya dibuka pada tahun 2006. Bioskop cineplex yang terletak di lantai paling atas ini memiliki lima teater dengan kapasitas penonton yang cukup besar. Meskipun tata suara hanya standar Dolby Digital, namun tergolong lumayan ketimbang tidak sama sekali. Film-film baru, baik barat maupun lokal yang diputar pun relatif sama waktu rilisnya dengan kota-kota besar lainnya. Uniknya pada masa ini, film-film lokal rupanya lebih banyak diminati ketimbang film-film barat. Penonton era lama satu dekade lalu, bisa jadi kini hanya tersisa beberapa persen saja. Penonton, kini didominasi oleh anak-anak remaja yang tumbuh di saat film-film kita tengah panas-panasnya. Tak heran jika remaja dan mahasiswa Jogja lebih mengandrungi film-film kita ketimbang film-film barat. Satu hal yang positif tentunya bagi perkembangan industri film Indonesia pada kala itu.

   Pada awal tahun 2009 ini, satu bioskop lagi dibuka di Jogja, yakni Empire XXI yang dibangun di lokasi yang sama dengan Empire 21. Bentuk massa bangunannya pun nyaris sama dengan bangunan Empire 21 dulu. Seluruh bangunan kali ini sepenuhnya diperuntukkan untuk bioskop, tidak seperti bangunan Empire 21 pada waktu itu yang merupakan bangunan berlantai dua, yakni Hero Supermarket di lantai bawah dan cineplex di lantai dua. Jumlah teater kali ini justru lebih sedikit daripada Empire 21, yakni hanya 6 teater. Seperti bioskop-bioskop XXI di kota besar lainnya, Empire XXI juga menawarkan fasilitas yang lebih mewah, eksklusif, serta nyaman ketimbang bioskop 21. Tata suara sayangnya masih saja standar Dolby Digital, dan belum menggunakan tata suara DTS yang tentunya jauh lebih memadai. Dari film-film yang diputar pada masa ini, Empire XXI lebih memilih merilis film-film barat sementara Studio 21 sebagian teaternya memutar film-film lokal.
   Berjalan waktu dan semakin berkembangnya teknologi bioskop serta keberadaan pesaing, yakni jaringan bioskop Blitz (kini CGV Cinemas), membuat jaringan 21 mengadakan perubahan dan investasi besar-besaran sejak tahun 2010. Studio 21 dan Empire XX1 secara bertahap mengganti proyektor format film mereka dengan proyektor format digital merk Christie dan Barco berharga milyaran yang memiliki ketajaman gambar yang lebih baik. Sistem tata suara ditingkatkan menjadi Digital Surround 7.1 membuat penonton bisa merasakan suara yang lebih jernih seolah masuk ke dalam filmnya. Satu teknologi mutakhir, yakni tiga dimensi (3D) juga pertama kali diperkenalkan warga Jogja melalui film animasi Toy Story 3 (2010) yang kala itu hanya tersedia di teater Empire XXI. Dari tahun ke tahun, setiap kali film-film box-office diputar antrian panjang menjadi hal lazim terlihat di dua bioskop tersebut.
Halaman Berikutnya: Bioskop di Jogja Semakin Semarak