In the Heart of the Sea (2015)

122 min|Action, Adventure, Biography|11 Dec 2015
6.9Rating: 6.9 / 10 from 149,644 usersMetascore: 47
A recounting of a New England whaling ship's sinking by a giant whale in 1820, an experience that later inspired the great novel Moby-Dick.

In the Heart of The Sea diambil dari kisah nyata yang kelak menginspirasi novel populer, Moby Dick. Sang sineas, Ron Howard memang sudah kita kenal suka mengadaptasi kisah biografi sebut saja, Apollo 13, A Beautiful Mind, Cinderella Man, hingga Rush. Alkisah ketika dunia membutuhkan minyak paus untuk sumber energi manusia berbondong-bondong mencari dan memburu paus di lautan. Tidak terkecuali awak Kapal Essex yang dipimpin kapten Pollard (Walker) serta perwira satu, Chase (Hemsworth). Pencarian mereka yang jauhnya ribuan mil dari daratan berbuah hasil namun satu paus raksasa menghancurkan harapan mereka.

Awal kisahnya yang bertempo lambat mulai meningkat ketika kapal Essex mulai melaut. Melalui setting, pemain, dan sudut-sudut kamera unik, sang sineas berhasil membawa suasana di atas dek kapal demikian nyata sehingga kita seolah berada disana, sejak awal melaut hingga ketika badai menghujam kapal mereka. Perburuan paus di awal juga mampu disuguhkan menarik dengan nuansa ketegangan yang cukup. Namun kita semua sudah tahu bahwa Paus raksasa ada diluar sana dan pertarungan sengit dengan para pelaut sudah terbayang. Namun ternyata apa yang terjadi selanjutnya sungguh di luar ekspektasi. Kisah pertarungan besar berganti dengan kisah perjuangan dan bertahan hidup di tengah lautan lepas. Itu pun disajikan sangat melelahkan dan sudah terlalu banyak film yang mengisahkan ini.

Baca Juga  The Girl with All the Gifts

Apa yang menarik di film ini selain beberapa sekuen aksinya adalah penampilan para pemain, khususnya dua tokoh utamanya. Walker dan Hemsworth bermain sangat baik sebagai Pollard serta Chase, dan sepertinya mereka hanya butuh naskah yang lebih baik untuk bisa naik ke level Oscar. Satu lagi aspek menonjol adalah ilustrasi musiknya yang menegangkan serta dramatik dalam tiap momennya.

In the Heart of the Sea lagi-lagi adalah kisah asal muasal (origin story) yang kini menjadi tren. Tidak ada yang salah dalam kisahnya namun ekspektasi penonton bisa dipastikan lebih dari sekedar cerita perjuangan dan bertahan hidup yang amat melelahkan dan membosankan. Kisah bertahan hidup di tengah lautan sudah terlampau banyak dan In The Heart of the Sea tidak menawarkan sesuatu yang baru. Pesan bernuansa politik di akhir kisahnya justru malah mengaburkan perjuangan serta pengorbanan para pelaut tersebut. Ok, sekarang kita semua tahu dari mana kisah Moby Dick terinspirasi dan terbukti kisah fiksi memang jauh lebih menginspirasi dan menghibur kita ketimbang kisah asalnya.

MOVIE TRAILER

PENILAIAN KAMI
Total
50 %
Artikel SebelumnyaWarisan Olga Puncaki Penonton Bioskop Minggu Lalu
Artikel BerikutnyaInilah Nominasi Golden Globe Awards ke-73
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.