Mata Batin 2 adalah film horor sekuel Mata Batin (2017) yang juga arahan Rocky Soraya. Sang sineas telah beberapa kali memproduksi genre sejenis, seperti, The Doll (2015), The Doll 2 (2016), Sabrina (2017), serta yang booming belum lama ini, Suzzanna: Bernapas dalam Kubur (2018). Mata Batin sendiri telah meraih jumlah penonton yang terbilang besar, yakni 1.282.557 penonton. Akankah film sekuelnya ini mampu menembus angka yang sama? Kita lihat saja. Pada sekuelnya ini, sang sineas masih melanjutkan kisah film permatanya dengan bintang-bintang yang sama, yakni Jessica Mila, Bianca Hello, dan Citra Prima. Tak hanya itu, aktor dan aktris senior Jerremy Thomas dan Shopia Latjuba pun turut meramaikan film ini.
Film ini masih mengisahkan Abel (Bianca Hello) dan kakaknya, Alia (Jessica Mila) yang memiliki kemampuan supernatural untuk melihat sosok gaib dengan mata batin mereka. Kali ini, cerita film hanya terfokus pada sang kakak. Tak disangka, sang adik tewas karena berurusan dengan hal-hal gaib. Sang kakak pun berlarut dalam kesedihannya dan berusaha mencari penyebab kematian adiknya. Alia akhirnya memutuskan untuk bekerja di sebuah panti asuhan, yang tak disangka tempat tersebut ternyata menyimpan sebuah misteri.
Film ini terasa hanya sebagai pengulangan plot film pertamanya. Hanya saja, dalam kasus sekuelnya ini, sang tokoh menghadapi kasus yang berbeda dan lebih kompleks. Inti ceritanya pun masih mengarah untuk memahami keberadaan alam gaib. Tak ada yang baru dalam struktur ceritanya sehingga dengan mudah, alur kisahnya bisa ditebak. Plot tentang tokoh yang memiliki kemampuan mata batin memang kini menjadi formula populer dalam genre horor. Danur dan sekuelnya mengangkat kisah anak indigo bernama Risa yang memiliki teman-teman hantu cilik. Walau temanya sama, namun dalam seri Mata Batin ini, sang tokoh memiliki seorang guru spiritual yang memandunya untuk memahami dunia gaib. Maka tak heran jika dalam film ini, kita lebih banyak melihat bentuk-bentuk ritual yang mencoba berkomunikasi dengan makluk halus. Tak jarang pula kita mendengar istilah-istilah teknis tentang dunia supernatural, seperti psikometri, portal gaib, dan lain sebagainya.
Pada babak awal, film ini telah mampu membawa penonton untuk masuk dalam misteri rumah besar tersebut. Momen Alia dan Nadia ketika melakukan investigasi kecil, amat menarik untuk diikuti dan mampu menggugah rasa penasaran. Beberapa gangguan kecil pun, ikut menambah unsur ketegangan. Satu momen kecil, ketika Malika memotret di siang bolong dan fotonya menampilkan sosok makhluk halus, mampu membuat kita untuk sesaat menahan nafas. Sayang, adegan semacam ini tak dikembangkan dalam pengembangan cerita berikutnya. Separuh akhir film berjalan begitu cepat, hanya mengolah teror yang bertubi-tubi berupa kontak fisik dengan sang hantu yang beberapa disajikan amat brutal. Pada adegan klimaksnya banyak melakukan pengulangan film pertamanya, seperti kerasukan, masuk ke alam roh, serta ritual-ritual yang dilakukan sang paranormal.
Satu hal yang menarik, plotnya dibatasi dalam setting terbatas, satu rumah begitu besar yang memiliki banyak ruangan. Banyaknya ruang ini memungkinkan sang sineas untuk mengeksplor ruang demi ruang untuk membangun terornya. Karakter pemain yang didominasi anak-anak, juga menjadi potensi besar bagi kisahnya. Beberapa pemain bocah tercatat bisa berakting, walau tak dominan perannya. Hanya saja dialog-dialog yang gamblang dalam beberapa adegan terasa amat menganggu. Sisi teknis memang mapan, dari sisi musik, pencahayaan, setting, properti, make-up karakter, semuanya sangat mendukung. Sayangnya setting plot yang menarik Mata Batin 2, tidak didukung plotnya yang hanya mengulang serta konflik yang terlalu memaksa. Ada satu hal yang menarik, muncul dalam segmen penutup yang mengindikasikan kisah lanjutannya.
WATCH TRAILER