Donnie Darko
@

Musiknya seakan-akan membawa kalian ke dunia mimpi. Musik yang misterius dan sekali mendengarnya sulit mengusirnya dari memori. Siapa tahu selama mendengar musik tersebut kalian sudah memasuki tangent universe. Musik misterius tersebut berasal dari album soundtrack film Donnie Darko yang digarap oleh Michael Andrews.

Film Donnie Darko bercerita tentang tangent universe, alam semesta alternatif. Donnie dan sekelilingnya terjebak di sana. Tugasnya adalah mengembalikan alam semesta kembali ke waktu utamanya. Selama menjalankan tugasnya, ia beberapa kali berinteraksi dengan sosok yang mengenakan kostum kelinci menakutkan. Sosok tersebut itulah yang melakukan time travel.

Film ini sebenarnya merupakan film science fiction. Hanya nuansa horornya terasa kental berkat  aura misterius dari cerita dan penampilan sosok berkostum kelinci. Nah, lagu-lagu dari Michael Andrews ini terasa pas memperkuat nuansa misterius dan tidak nyaman adegan-adegan dalam film tersebut.

Dalam film Donnie Darko versi director’s cut, memang ada tambahan lagu-lagu bernuansa tahun 1980-an dengan new wave-nya karena film ini berlatar tahun era tersebut. Tapi kali ini fokus pembahasan hanya di lagu-lagu dalam film tersebut yang merupakan karya Michael Andrews.

Total ada 18 lagu di dalam album soundtrack tersebut dengan total durasi 37 menit 29 detik. Album tersebut diawali dengan Carpathian Ridge dan diakhiri dengan tembang Mad World.

Setiap lagu-lagu dalam album ini memiliki judul sesuai dengan isu penting yang dibahas dalam film, seperti The Tangent Universe, Philosophy of Time Travel, dan Waltz in the 4th Dimension.  Juga ada beberapa lagu diberikan judul karakter film, seperti Rosie Darko dan Gretchen Ross.

Coba dengarkan Carpathian Ridge. Lagu sepanjang 94 detik ini membuatmu merasa nyaman dengan ketukan piano yang mendominasi lagu. Tambahan vokal dalam lagu ini membuat lagu ini indah dan pas sebagai pembuka. Ada bagian dalam lagu ini yang kemudian menjadi signature film ini dan muncul di lagu-lagu lainnya.

Tembang berikutnya The Tangent Universe memiliki musik yang misterius dengan bebunyian seperti lonceng. Nuansanya seperti berada dalam dunia mimpi.

Baca Juga  Teluh Darah, Sebuah Remake Tulen Ratu Ilmu Hitam dengan Segala Keabsurdan Kisahnya

Lagu ketiga, The Artifact & Living, musiknya lebih kaya. Ketukan piano ditambahkan layer-layer sehingga musiknya terasa berlapis dan lebih hidup.

Sedangkan Middlesex Times memberikan rasa penasaran dengan bebunyian seperti drop, ditambah bebunyian seperti dari alat musik gesek dan tiup. Komposisinya lagunya unik.

Tembang Manipulated Living akan membuat kalian merasa waspada. Sementara itu, Philosophy of Time Travel seperti mengajak kalian mengarungi dunia mimpi.

Masih ada belasan lagu lainnya yang akan membuat kalian seperti terpenjara di semesta alternatif. Lagu yang akan membuat kalian merasa nyaman, namun juga was-was. Lagu yang seperti terngiang-ngiang dalam benak.

Satu-satunya lagu dengan vokal dan lirik adalah Mad World. Lagu ini merupakan karya Tears for Fears, band asal Inggris yang dirilis tahun 1982. Michael Andrews mengajak Gary Jules sebagai penyanyinya untuk membawakan ulang khusus untuk film ini. Lirik dalam lagu ini pas sebagai penutup film Donnie Darko.

And I find it kind of funny

I find it kind of sad

The dreams in which I’m dying

Are the best I’ve ever had

I find it hard to tell you

I find it hard to take

When people run in circles, it’s a very, very

Mad world, mad world

Michael Andrews tidak menggunakan orkestra untuk membuat komposisinya. Musiknya minimalis, dengan dominan piano dan beberapa di antaranya menggunakan organ, xylophone, dan vokalisasi. Rupanya semuanya dikerjakannya sendiri karena bujet film terbatas. Ia hanya mengajak dua penyanyi lainnya, Sam Shelton dan Tori Haberman untuk vokalisasi.

Meski minimalis, musiknya terasa indah dan mahal. Musik yang  kawin dengan filmnya. Musik yang berkesan dan tidak pasaran.

Siapa Michael Andrews? Ia rupanya musisi asal California. Sebelum menjadi komposer, musisi kelahiran 1967 ini bergabung dengan band Origin. Ia piawai memainkan berbagai alat musik, dari piano, gitar, keyboard, dan marimba.

Meski namanya tak sebeken Hans Zimmer dan John Williams, ia cukup laris mengisi skoring film. Ia pernah skoring film Orange County, She’s Out of My League,  Bridesmaids,  Second Act, dan Yes Day.

Artikel SebelumnyaOni: Thunder’s God Tale
Artikel BerikutnyaDrishyam 2
Dewi Puspasari akrab disapa Puspa atau Dewi. Minat menulis dengan topik film dimulai sejak tahun 2008. Ia pernah meraih dua kali nominasi Kompasiana Awards untuk best spesific interest karena sering menulis di rubrik film. Ia juga pernah menjadi salah satu pemenang di lomba ulas film Kemdikbud 2020, reviewer of the Month untuk penulis film di aplikasi Recome, dan pernah menjadi kontributor eksklusif untuk rubrik hiburan di UCNews. Ia juga punya beberapa buku tentang film yang dibuat keroyokan. Buku-buku tersebut adalah Sinema Indonesia Apa Kabar, Sejarah dan Perjuangan Bangsa dalam Bingkai Sinema, Antologi Skenario Film Pendek, juga Perempuan dan Sinema.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.