drishyam 2

Vijay mengubur mayat pemuda itu di halaman rumahnya, kemudian mobil kuning yang dikendarai pemuda itu ia ceburkan ke danau kecil di sebuah daerah terpencil di sudut Goa. Malam harinya, pada pukul lewat 3 malam waktu setempat, Vijay menggali mayat pemuda itu lalu memindahkannya ke gedung kepolisian yang sedang dalam proses pembangunan. Syahdan, Vijay dan keluarganya selamat dari cengkraman para polisi—sebab tubuh mayat pemuda itu tak kunjung ditemukan.

Narasi di atas merupakan penggambaran plot singkat dalam film Drishyam yang rilis 8 tahun lalu. Tapi bagaimana kalau pada malam Vijay mengubur mayat pemuda itu, di gedung kepolisian yang masih dalam tahap renovasi, ada seseorang yang tak sengaja melihatnya? Inilah yang kemudian menjadi babak baru dari perluasan kisah dalam film yang diperankan Ajay Devgan tersebut—yang dimanifestasikan menjadi Drishyam 2.

“Pertanyaannya bukanlah apa yang ada di depan matamu. Pertanyaannya adalah apa yang kau lihat.”

7 tahun berselang setelah peristiwa yang sangat cerdik dari Vijay Salgaonkar terjadi, ia dan keluarganya hidup tenang dalam kekayaan. Vijay merambah usahanya ke sektor layar lebar sekaligus rumah produksi. Agaknya Vijay dan keluarganya mulai terlepas dari bayang-bayang mengerikan yang menimpa mereka masa lampau. Tapi pelan-pelan, secara senyap, tanpa sepengetahuan Vijay—Meera, suaminya, dan Tarun (Kepala Kepolisian Pondalem yang baru) mulai menyelidiki kembali kasus dugaan pembunuhan putra Meera—dengan mengandalkan informasi dari David, yang 7 tahun lalu, pada malam di mana pembunuhan terjadi, ia tak sengaja melihat tindakan Vijay.

Drisyham 2 disutradarai oleh Abishek Pathak, diperankan oleh para pemeran yang masih sama di antaranya Ajay Devgan, Shriya Saran, Tabu, Ishita Dutta, dan aktor tambahan Akshaye Khanna. Gaya serta pendekatan pada kedua film Drishyam tak memiliki perbandingan yang signifikan, walau kedua film tersebut dikendalikan oleh sineas yang berbeda. Abishek Pathak, secara cerdas berupaya menyamakan komposisi pada yang sebelumnya. Ia berhasil membentuk keterkaitan kisah yang lampau dengan kompleksitas yang disajikan dalam Drishyam 2.

Saya sedikit menyesal kenapa baru mengetahui perilisan dari Drishyam 2 sekarang ini. Sebab ada kisah yang matang di sana. Dan di satu sisi saya tak dapat berbicara lebih banyak—saya takut untuk mengulas Drishyam 2 lebih luas—atau mendalam mungkin. Karena Drishyam 2 merupakan sekuel yang tak banyak kemubaziran—nyaris setiap adegan dan hal-hal kecil di dalamnya memiliki relevansi pada momentum epilognya yang mengejutkan. Akan celaka kalau saja beberapa anasir-anasir maupun detil kecil dalam film ini saya bicarakan di sini—yang mana kemungkinan besar ada potensi merusak kenikmatan menonton kalian.

Baca Juga  Itaewon Class (Series)

Sukar mengkomparasikan antara yang pertama dan sekuel ini. Keduanya unggul dari lini yang sama, kadang juga berbeda. Drishyam 2 mengkomplitkan cerita yang (kita anggap) tak selesai dari pergumulan tanda tanya pada filmnya yang pertama. Namun di lain hal, sekuelnya terasa telat memuncakkan intensitas—ditambah para wanita Vijay yang terdiri dari istri dan 2 anaknya tak terhitung lagi telah berapa kali menampakkan raut muka yang saban hari hampir menangis, tegang, dan penuh kekalutan. Itu tak mengenakkan jelas, terkesan berlebihan.

Tapi inilah Bollywood. Drishyam 2 masih menggunakan indikator-indikator layar lebar yang telah bergaung lama di India sana—sebuah glorifikasi yang tegas sekali kentaranya. Lebih dari itu, di luar daripada naskahnya yang cerkas, Drishyam 2 kuat secara gambar dalam mendukung kisahnya yang kompleks. Ritmik editing bermain dengan apik dan sangat ekspresif.

PENILAIAN KAMI
Overall
85 %
Artikel SebelumnyaMichael Andrews: Tentang Album Soundtrack Donnie Darko
Artikel BerikutnyaPuisi Cinta yang Membunuh
Azman H. Bahbereh, lahir dan besar di Singaraja, Bali. Saat ini menempuh pendidikan di Kota Malang. Kegemarannya menonton film telah tumbuh semenjak kecil ketika melihat tarian dengan iringan musik dari jagat sinema Bollywood, terkhusus Soni Soni Akhiyon Wali di film Mohabbatein. Selain menulis film-film yang ditontonnya, ia juga aktif menulis puisi dan bergiat di komunitas sastra yang ada di Kota Malang.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.