Selain mecha, tema-tema tentang dewa (kami) dan makhluk mistis (yokai) sering diusung dalam anime. Banyak di antara anime dengan tema tersebut yang sukses menarik minat penonton. Di antaranya Spirited Away, Pom Poko, Princess Mononoke, InuYasha, Into the Forest of Firefly Light, dan A Letter to Momo. Lantas bagaimana dengan kisah Oni: Thunder’s God Tale?
Kisah bermula dari Onari, anak perempuan yang bersemangat menyambut hari pertamanya masuk ke sekolah. Ia punya ayah yang eksentrik, yang bertabiat tak seperti ayah pada umumnya. Ia bernama Naridon.
Awalnya ia seperti anak perempuan biasa. Tapi jika diperhatikan baik-baik ia punya dua tanduk di kepalanya. Kawan-kawannya juga unik. Sahabatnya, Kappa, makhluk mitologi berwujud kura-kura dengan mangkuk air di atas kepalanya. Kawan barunya ada Daikon si lobak, Tanukita si siluman rakun, dan Daruma-chan si boneka pembawa keberuntungan.
Mereka berlatih mengeluarkan kemampuan mereka (kushi) di sekolah Kamigami di bawah bimbingan guru Tengu. Tak lama lagi desa mereka akan diserang para makhluk jahat (Oni) pada bulan darah (Demon Moon). Namun Onari kesulitan mengeluarkan kushi-nya. Apa sebenarnya kushi dari ayahnya?
Dongeng Tentang Yokai dan Hubungan Ayah-Anak
Seperti negara-negara Asia pada umumnya, kepercayaan terhadap dewa-dewa dan makhluk mistis di Jepang masih kental. Oleh karenanya dongeng tentang yokai masih digemari dan eksis hingga saat ini.
Dalam anime ini, penggemar cerita yokai akan gembira. Karena tidak hanya satu jenis yokai yang muncul dalam anime ini, melainkan aneka rupa. Wujud yokai-nya pun didesain menggemaskan, sehingga penonton anak-anak tak akan takut melihat wujud mereka.
Kappa yang sering muncul sebagai dewa air ditampilkan dalam wujud manusia kura-kura yang penakut dan setia. Boneka Daruma atau yang dalam anime ini disebut Darma Chan juga ditampilkan imut lucu. Boneka ini dikenal sebagai pembawa keberuntungan.
Lalu ada Tengu yang juga populer dalam dongeng. Wujud Tengu di sini seperti manusia burung dengan kemampuan untuk terbang. Sosok Tanukinta yang merupakan tanuki alias rakun juga hadir dengan kemampuan mengubah wujudnya.
Kawan-kawan Onari lainnya adalah yokai yang misterius. Ada yokai yang merupakan spirit tanaman seperti Daikon, Ninjin, dan Gobo. Kemudian ada yokai berwujud kucing yang mengantuk dengan menggendong gurita bernama Tako-Neko. Dan masih banyak lagi yokai yang menggemaskan namun juga misterius.
Penampilan Naridon membuatku teringat pada Maui dalam film Moana. Ia sama-sama berbadan besar, berjiwa anak-anak dalam tubuh besarnya, dan mengenakan kain di pinggangnya. Hanya Naridon tak bisa bercakap-cakap. Ia lebih banyak diam atau mengeluarkan suara yang tak jelas maknanya. Ia lah yang sebenarnya yokai paling misterius di sini.
Dalam Oni:Thunder’s God Tale yang tayang di Netflix ini, pada awalnya ceritanya seperti kisah dongeng yang klise. Seorang anak perempuan yang tak punya kemampuan ingin menjadi kuat dan menjadi pahlawan desanya. Ia juga dihadapkan rasa penasarannya terhadap kekuatan ayahnya. Namun pada pertengahan film muncul twist yang membuat pondasi cerita pun bergeser. Jalinan cerita dan ekspektasi yang tertanam pun berubah.
Kelokan ini umumnya memberikan penyegaran, namun setelah kelokan tersebut ceritanya jadi kurang berarah. Penyelesaian ceritanya pun jadi seperti dipaksakan. Penutupnya seperti kombinasi berbagai film, Princess Mononoke, Mowgli, dan Turning Red. Dari segi cerita, penutupnya terasa kurang memuaskan. Namun kelokan tersebut sepertinya ingin menguatkan pesan cerita tentang hubungan hangat antara ayah dan putrinya.
Selain itu, serial anime empat episode ini punya kualitas gambar yang mengagumkan. Ia menggabungkan stop-motion dengan CG animation, sehingga memberikan pengalaman menonton yang menarik. Konsep ini juga pernah dipakai dalam Kubo and the Two Strings. Animasi stop-motion memerlukan ketelatenan dalam membuat model karakter dan kemudian menggerakannya. Di sini, gambarnya memang seperti boneka, sesuatu yang khas dari stop-motion, namun halus dan membaur dengan latarnya berkat CG animation.
Gambar latar dan properti dalam anime ini detail. Rupanya serial anime yang diproduksi sejak tahun 2019 ini melalui berbagai proses dari membuat konsep, mengambil ide gambar hutan dan detailnya dari Gunung Yakushima, lalu menyiapkan model dan seterusnya. Gambar jembatan, pohon besar tua, sungai dalam dan lainnya dalam anime ini terinspirasi dari yang benar-benar nyata di Jepang.
Palet warna anime ini nyaman di mata. Cerah sehingga membuat penonton anak menyukainya. Mereka juga menggunakan teknik color rough, menciptakan perbedaan warna untuk membedakan waktu di satu tempat.
Skoring musik juga memberikan kontribusi besar dalam anime ini. Taiko, drum Jepang, memberikan nuansa kental Jepang. Demikian juga dengan instrumen tradisional seperti shakuhachi dan shinobues. Skoring yang dikerjakan Pep Magic ini memang menggabungkan musik tradisional dan musik modern. Di satu adegan ada musik dengan piano, biola, dan cello. Adegan lainnya penuh musik rancak dari taiko.
Serial anime Oni: Thunder’s God Tale ini dibuat dan disutradarai oleh Daisuke Tsutsumi dengan naskah dari Mari Okada. Para pengisi suaranya di antaranya Momona Tamada (Onari), Craig Robinson (Naridon) , George Takei (Tengu), dan Archie Yates (Kappa). Animasi ini diproduksi Tonko House bekerja sama dengan Megalis VFX, Dwarf Studio, dan Marza Animation Planet. Sebelumnya Tonko House memproduksi animasi pendek The Dam Keeper (2014) dan Moom (2016).
Usai nonton, coba dengarkan album soundtrack sepanjang satu jam 12 menit. Siapa tahu kalian ingin menari ala Dontsuto Dance sambil berteriak “Wasshoi Wasshoi!”