Paper Boat 2 (2012)
100 min|Drama, Romance|04 Oct 2012
6.6Rating: 6.6 / 10 from 303 usersMetascore: N/A
Kugy and Keenan are reunited. Living new chapters of their lives, how will they deal with new commitments and relationships?

Perahu Kertas 2 merupakan film kelanjutan dari Perahu Kertas yang beberapa bulan lalu rilis. Penonton pasti berharap semua yang belum terjawab di film sebelumnya akan terselesaikan di film ini. Terlebih bagaimana lika-liku Kugy dan Keenan bisa bersatu untuk menjalin cinta, mengingat keduanya sudah memiliki pacar. Apakah “Radar Neptunus” benar-benar akan menyatukan mereka kembali? Kunci film ini ada pada proses dan ending-nya. Singkat cerita, setelah mereka bertemu, hubungan Kugy dan Keenan menjadi akrab kembali. Kugy kembali ke dunianya, menulis dongeng, lalu diilustrasikan oleh Keenan. Berkat bantuan Keenan, dongeng karangan Kugy akan diterbitkan. Mendadak proyek ini terhenti setelah kepergian Kugy dan Remy ke Bali. Di Bali, Kugy secara kebetulan bertemu dengan Luhde, dan mengetahui bahwa gadis ini ternyata adalah pacar Keenan. Di saat yang sama Remy menyatakan keseriusannya pada Kugy dengan memberikan sebuah cincin. Setelah ini Kugy mulai menghindar dari siapapun. Kugy mengalami pertentangan batin karena ia masih memiliki perasaan cinta terhadap Keenan.

Cerita filmnya yang didominasi oleh adegan yang melibatkan banyak dialog menjadikan kisahnya berjalan sangat lambat dan membosankan. Dialognya yang tak berisi serta diperparah dengan konflik yang datar karena proses tarik ulur yang terlalu lama. Penonton pun tidak sulit menebak hasil akhirnya namun proses dan eksekusinya kurang digarap rapi dan terlalu berkepanjangan. Kugy masih menyimpan perasaan cinta kepada Keenan tapi tak jelas dengan Keenan. Keenan terlihat memilih untuk tidak membahas masa lalunya karena mereka sudah memiliki pasangan. Sementara Kugy meneruskan hubungan dengan Remy walau batinnya tersiksa. Pada suatu ketika Remy menemukan surat yang ada dalam buku dongeng Kugy, yang berisi surat untuk Keenan. Ini membuat Remy memutuskan untuk mengakhiri hubungan dengan Kugy. Begitu pula juga dengan Keenan yang diputus oleh Luhde karena sadar bahwa ia bukan orang yang tepat untuk Keenan. Kisah cinta memang terkadang kompleks dan klise tapi ini semua disajikan terlalu bertele-tele.

Baca Juga  From Russia With Love

Salah satu kelemahan mencolok film ini adalah tidak adanya chemistry antara Kugy dan Keenan. Tak ada proses yang melibatkan “hati” atau ikatan-radar Neptunus yang membuat Kugy dan Keenan menyadari bahwa mereka adalah pasangan yang cocok. Keputusan Remy maupun Luhde untuk mengakhiri hubungannya merupakan jalan bagi Kugy dan Keenan untuk bersatu. Namun apakah Kugy dan Keenan memutuskan untuk bersatu? Seolah-olah kembalinya Kugy dan Keenan hanya kebetulan semata yang kesannya “dibuat-buat”. Nampaknya radar Neptunus di sini hanya diartikan sebagai sebuah ikatan yang hanya mempertemukan secara fisik namun bukan hati mereka. Ending film disajikan sangat tidak menyentuh walaupun diperlihatkan Kugy dan Keenan telah kembali bersama. Remy dan Luhde juga diperlihatkan masing-masing mendapatkan pasangan barunya. Everybody happy.

Akting pemain yang masih diperankan sama kini terlihat kaku karena banyak menggunakan adegan yang menggunakan dialog panjang. Tidak seperti film sebelumnya yang cenderung bertempo cepat dan didukung musik yang menyentuh. Ilustrasi musik kini tidak lagi menyatu dengan filmnya, karena tak bisa membangun sisi melankolis maupun romantisme kisahnya. Perahu Kertas 2 secara keseluruhan merusak kekuatan cerita dan sinematik yang sudah dibangun baik pada film sebelumnya. Rasa-rasanya dua film ini hasilnya akan lebih baik jika dijadikan satu film saja.

Artikel SebelumnyaLife of Pi
Artikel BerikutnyaRise of the Guardians
Agustinus Dwi Nugroho lahir di Temanggung pada 27 Agustus 1990. Ia menempuh pendidikan Program Studi Film sejak tahun 2008 di sebuah akademi komunikasi di Yogyakarta. Di sinilah, ia mulai mengenal lebih dalam soal film, baik dari sisi kajian maupun produksi. Semasa kuliah aktif dalam produksi film pendek baik dokumenter maupun fiksi. Ia juga lulus dengan predikat cum laude serta menjadi lulusan terbaik. Ia mulai masuk Komunitas Film Montase pada tahun 2008, yang kala itu masih fokus pada bidang apresiasi film melalui Buletin Montase, yang saat ini telah berganti menjadi website montasefilm.com. Sejak saat itu, ia mulai aktif menulis ulasan dan artikel film hingga kini. Setelah lulus, ia melanjutkan program sarjana di Jurusan Ilmu Komunikasi di salah satu perguruan tinggi swasta di Jogja. Penelitian tugas akhirnya mengambil tema tentang Sinema Neorealisme dan membandingkan film produksi lokal yang bertema sejenis. Tahun 2017, Ia menyelesaikan studi magisternya di Program Pascasarjana Jurusan Pengkajian Seni di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta dengan minat utama film. Penelitian tesisnya terkait dengan kajian narasi dan plot sebuah film. Saat ini, ia tercatat sebagai salah satu staf pengajar di Program Studi Film dan Televisi, ISI Yogyakarta mengampu mata kuliah teori, sejarah, serta kajian film. Ia juga aktif memberikan pelatihan, kuliah umum, seminar di beberapa kampus, serta menjadi pemakalah dalam konferensi Internasional. Biodata lengkap bisa dilihat dalam situs montase.org. Prestasi besar terakhirnya adalah menjadi nominator Festival Film Indonesia 2021 untuk kategori Kritikus Film Terbaik melalui artikel "Asih, Cermin Horor Indonesia Kontemporer" bersama rekan penulisnya, Miftachul Arifin.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.