Film drama produksi Korea Selatan Air Murder disutradarai Jo Yong-seon dengan rumah produksi Master One Entertainment. Sebelumnya, sang sineas kita kenal melalui film roman No Breathing (2013). Konon kisah Air Murder diangkat dari kisah nyata dan telah diangkat ke novel berjudul Gyun karya So Ji-won. Film ini sendiri dibintangi oleh Kim Sang- Kyung, Lee Sun-Bin, dan Yoon Kyung Ho.

Film ini bercerita tentang sebuah keluarga yang mengalami kejadian yang mengejutkan. Jung Tae Hun (Kim Sang- Kyung) adalah seorang dokter di sebuah rumah sakit. Suatu saat anaknya mengalami serangan penyakit paru-paru mendadak, yang mengharuskan mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit. Tak lama berselang, istrinya ditemukan meninggal tanpa sebab yang jelas. Adik dari sang istri, Han Young- Ju (Lee Sun-Bin) yang berprofesi sebagai Jaksa, mencoba mencari penyebab kejadian yang tak kebetulan tersebut. Dari penelusuran Jung Tae Hun dan Han Young- Ju pun akhirnya menemukan fakta-fakta yang membawa mereka pada sebuah kasus besar di Korea Selatan.

Film drama semacam ini tergolong langka, kisahnya yang diadaptasi dari kejadian nyata menjadi nilai plus untuk filmnya. Film-film populer sejenis, seperti Erin Brockovich (2000) dan Dark Waters (2019) mampu menunjukkan kualitas cerita dengan tema tentang perjuangan hak kesehatan publik dan polusi lingkungan. Dalam Air Murder, alur kisahnya menggunakan plot investigasi yang menyelidiki dugaan kasus produk berbahaya yang beredar di masyarakat. Investigasi yang dilakukan menarik karena dilakukan oleh seorang dokter, dengan pendekatan yang ilmiah untuk mendapatkan sebuah kesimpulan yang kuat dari kasus-kasus yang terjadi di Korea Selatan. Sang bocah menjadi motif penggerak cerita yang kuat untuk melakukan aksinya. Pada paruh awal, unsur misteri pun dibangun dengan baik.

Baca Juga  Special Delivery

Konflik cerita bertambah menarik ketika para korban akhirnya menuntut pihak perusahaan. Intensitas ketegangan semakin terbangun ketika adu konflik antara pihak korban dan kaum kapitalis yang melakukan segala cara untuk mengamankan bisnis mereka. Proses persidangan membuat kita merasakan betul situasi hukum dan tekanan mental dan fisik yang dialami oleh penggugat. Sang sineas pun mampu membuat satu klimaks yang menggigit dengan satu kejutan besar. Dua tokoh utama Jung Tae-hun dan Han Young-ju begitu dominan menjalankan perannya diperankan sangat baik oleh Kim Sang-kyung dan Lee Sun-bin . Dua karakter berbeda, namun punya tujuan yang sama. Perjuangan kedua sosok ini digambarkan hingga titik terendah memperlihatkan sisi-sisi humanis yang elegan.

Air Murder merupakan satu film bencana kesehatan lingkungan yang dibalut dengan plot investigasi yang menarik. Walau pada akhir dituturkan bahwa bencana ini merupakan bencana nasional di Korea Selatan, namun sayangnya di sepanjang film kurang terlihat situasi keresahan publik secara luas yang merasakan dampak dari persoalan ini. Terlepas dari ini, medium film terbukti mampu menjadi media yang kuat dan efektif untuk menyampaikan kebenaran. Film ini menjadi penanda perjuangan hak-hak manusia untuk melawan para pebisnis kapitalis yang kotor.

1
2
PENILAIAN KAMI
Overall
70 %
Artikel SebelumnyaThe Gray Man
Artikel BerikutnyaResident Evil (Series)
Agustinus Dwi Nugroho lahir di Temanggung pada 27 Agustus 1990. Ia menempuh pendidikan Program Studi Film sejak tahun 2008 di sebuah akademi komunikasi di Yogyakarta. Di sinilah, ia mulai mengenal lebih dalam soal film, baik dari sisi kajian maupun produksi. Semasa kuliah aktif dalam produksi film pendek baik dokumenter maupun fiksi. Ia juga lulus dengan predikat cum laude serta menjadi lulusan terbaik. Ia mulai masuk Komunitas Film Montase pada tahun 2008, yang kala itu masih fokus pada bidang apresiasi film melalui Buletin Montase, yang saat ini telah berganti menjadi website montasefilm.com. Sejak saat itu, ia mulai aktif menulis ulasan dan artikel film hingga kini. Setelah lulus, ia melanjutkan program sarjana di Jurusan Ilmu Komunikasi di salah satu perguruan tinggi swasta di Jogja. Penelitian tugas akhirnya mengambil tema tentang Sinema Neorealisme dan membandingkan film produksi lokal yang bertema sejenis. Tahun 2017, Ia menyelesaikan studi magisternya di Program Pascasarjana Jurusan Pengkajian Seni di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta dengan minat utama film. Penelitian tesisnya terkait dengan kajian narasi dan plot sebuah film. Saat ini, ia tercatat sebagai salah satu staf pengajar di Program Studi Film dan Televisi, ISI Yogyakarta mengampu mata kuliah teori, sejarah, serta kajian film. Ia juga aktif memberikan pelatihan, kuliah umum, seminar di beberapa kampus, serta menjadi pemakalah dalam konferensi Internasional. Biodata lengkap bisa dilihat dalam situs montase.org. Prestasi besar terakhirnya adalah menjadi nominator Festival Film Indonesia 2021 untuk kategori Kritikus Film Terbaik melalui artikel "Asih, Cermin Horor Indonesia Kontemporer" bersama rekan penulisnya, Miftachul Arifin.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.