The Gray Man (2022)
122 min|Action, Thriller|22 Jul 2022
6.5Rating: 6.5 / 10 from 242,999 usersMetascore: 49
When the CIA's most skilled operative, whose true identity is known to none, accidentally uncovers dark agency secrets, a psychopathic former colleague puts a bounty on his head, setting off a global manhunt by international assas...

The Gray Man adalah film aksi thriller spionase garapan sineas Anthony & Joe Russo yang kita tahu menggarap dua film pamungkas Marvel Cinematic Universe, Avengers:Infinity War dan Avengers: Endgame. Duo sineas ini membawa kolaborator regulernya, aktor bintang Chris Evans yang kini menjadi sosok antagonis. Evans didampingi sederetan bintang ternama lainnya, Ryan Gosling, Anna de Armas, Jessica Henwick, hingga Billy Bob Thornton. Dengan sederet bintang dan sineas besar, The Gray Man apakah mampu bersaing dengan film pesaing-pesaingnya yang superior?

Seorang agen CIA khusus tangguh, Sierra Six (Gosling), mendapat misi khusus dari atasan barunya untuk membunuh satu sosok yang dianggap berbahaya. Di luar dugaan, seorang yang ia bunuh adalah juga seorang agen Sierra, yang sempat memberinya sebuah mini harddrive yang berisi informasi maha penting. Mengetahui agennya membelot, sang pimpinan mengutus seorang eks agen CIA andalannya yang maniak, Llyod Hansen (Evans) untuk memburunya.

Wow, dengan tempo cepat, tak menyangka kisahnya begitu sederhana. Tak ada intrik atau misteri yang menjadi bumbu kisahnya. Plotnya lempeng seperti yang kita antisipasi dengan lokasi silih berganti di belahan bumi ini. Seperti sudah diduga, apa yang ditawarkan film ini jelas hanyalah satu poin, AKSI. Oh boy, film ini menyajikannya dengan penuh gaya. Satu segmen aksi kejar-mengejar di kereta disajikan sangat mengesankan, setara dengan seri Bond atau Mission: Impossible. Kita tahu persis bagaimana kemampuan sang sineas untuk mengemas aksi laga konvensional, seperti dalam Captain America: The Winter Soldier hingga Extraction. Kombinasi editing, kamera yang dinamis, koreografi aksi kelas satu, plus para kastingnya menyajikan satu segmen aksi yang amat menghibur. Poin besar kini jelas ada pada para kastingnya.

Baca Juga  She Said

Ryan Gosling menjadi kejutan besar di sini. Aktor ini akhirnya mau bermain dalam film aksi laga murni yang benar-benar menguras kemampuan olah fisiknya. Gosling yang sering bermain dalam film drama roman, jauh dari mengecewakan dan mampu memiliki karisma serta pesona layaknya sosok-sosok tangguh di genrenya. Ini tentu berbeda, jika sosoknya diperankan aktor laga macam Statham atau Hemsworth. Terbukti dengan Chris Evans yang kita sendiri tidak terkejut dengan peran macam ini, sekalipun antagonis. Setidaknya, kini ia bisa lepas dari sosok superhero ikonik yang ia perankan. Aktris molek, Anna de Armas justru mencuri perhatian kita dengan peran aksi penuhnya, setelah sebelumnya ia kedapatan peran aksi kecil dalam Bond. Sama sekali tidak ada yang mengecewakan dari para kastingnya untuk segmen aksinya.

Untuk genrenya, film ini setingkat di bawah dari M:I, Bond, atau Bourne, namun untuk aksinya,  adalah sebuah hiburan maksimal dengan karisma para bintangnya. Dua Russo Bersaudara, setelah sukses dengan Avengers rupanya kini berpaling pada proyek idealis yang memang menjadi keahlian mereka. Mereka memang mampu secara bujet (produser) dan bisa membuatnya (sutradara). Untuk para penikmat aksi, ini adalah tontonan wajib untukmu. Bagi yang mengharap sedikit drama dan kejutan, kamu tak akan mendapatkan apa-apa di sini. Film ini adalah tentang aksi, dan hanya aksi semata. The Gray Man adalah sosok jagoan fiktif dari novel berjudul sama karya Mark Greaney, saya sungguh berharap petualangan agen Six bisa berlanjut.

 

1
2
PENILAIAN KAMI
Overall
80 %
Artikel SebelumnyaShark Bait
Artikel BerikutnyaAir Murder
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.