Studio : Multi Didi Film.
Produser: Reymund Levi
Sutradara: Hadrah Daeng Ratu, Adis Kayl Yurahmah
Penulis Naskah: Budhita Arini
Penata kamera : Yoyok Budi Santoso
Pemain : Vino G. Bastian, Karina Nadila, Aviela Reyna, Anjanique Renney.
Penata Artistik: Bayu Christiano
Penata Musik: Riamirta Dwiandini
Editor: Oliver Sitompul
Durasi : 107 Menit

Film ini bercerita tentang sebuah keluarga, Arka (Vino G. Bastian) dan Wina (Karina Nadila) yang memiliki dua orang anak perempuan yang masih kecil-kecil dan lucu masih bersekolah di bangku TK. Suatu ketika Wina terpaksa harus ke Hongkong selama dua minggu untuk membantu masalah sahabat dekatnya. Selama kepergian Wina, terpaksa Arka harus mengurus dua putrinya, disamping harus mengerjakan sebuah proyek yang juga sedang dikejar deadline di kantornya.

Didi adalah panggilan kesayangan untuk sang ayah dari dua putrinya. Sepanjang film menggambarkan bagaimana keseharian Arka bersama mereka dan pengalaman-pengalaman baru bagi sang ayah bagaimana repotnya mengurus mereka, seperti kebiasaan anak di rumah, mengantar ke sekolah, mengantar les, serta menghadapi kemanjaan dua putrinya. Plotnya yang sederhana cukup fokus pada Arka dan anak-anaknya. Film ini mampu secara baik memperlihatkan peran seorang ayah dan kedekatan mereka. Intensitas dramatik mampu dibangun secara perlahan, dan semakin tinggi ketika deadline pekerjaan Arka semakin dekat. Ending cerita yang manis juga menutup filmnya dengan baik.

Satu kelemahan paling terasa adalah background cerita yang terburu-buru dan kurang jelas. Alasan kepergian Wina ke Hongkong kurang terlihat urgensinya. Kekhawatiran Wina juga tak terlihat sesampainya disana, dan sang sahabat pun terlihat baik-baik saja. Satu kelemahan lain adalah bagaimana sebetulnya peran Arka sebelum Wina ke Hongkong. Apakah Arka sama sekali belum pernah melalui kebiasaan aktivitas keseharian dan menghadapi mereka dalam situasi di rumah dan semata hanya sibuk dengan pekerjaanya? Kita bisa saja berasumsi bahwa selama ini anak-anak ini dekat dengan mamanya namun alangkah baiknya diperlihatkan latar serta argumen yang jelas tentang hal ini.

Baca Juga  Marley

Salah satu kunci dari hidupnya suasana film ini karena akting dari para pemainnya. Tokoh Arka sangat pas sekali dimainkan oleh Vino G. Bastian. Sebagai dua putrinya, Aviela Reyna dan Anjanique Renney juga mampu bermain natural dan baik walaupun mereka masih terbilang masih anak-anak. Tokoh Oma dan Opa menjadi bumbu komedi dalam filmnya. Salah satu aspek teknis seperti kamera yang menggunakan teknik handheld camera terkadang terlalu goyang sehingga kurang nyaman dan pas untuk genre komedi keluarga seperti ini. Musik yang dibangun juga cukup mendukung momen-momen kedekatan Arka dan anak-anaknya. Film bergenre drama keluarga bertema anak-anak seperti ini memang sangat jarang diproduksi di era kini. Film Super Didi cukup mendidik dan menghibur, hadir di tengah-tengah serbuan film-film komedi dan horor remaja yang kurang berkualitas. Film-film seperti ini seharusnya lebih sering lagi diproduksi untuk mengedukasi dan menghibur para penonton kita, khususnya keluarga.

WATCH TRAILER

PENILAIAN KAMI
Overall
70 %
Artikel SebelumnyaCaptain America: Civil War
Artikel BerikutnyaAda Apa Dengan Cinta 2
Agustinus Dwi Nugroho lahir di Temanggung pada 27 Agustus 1990. Ia menempuh pendidikan Program Studi Film sejak tahun 2008 di sebuah akademi komunikasi di Yogyakarta. Di sinilah, ia mulai mengenal lebih dalam soal film, baik dari sisi kajian maupun produksi. Semasa kuliah aktif dalam produksi film pendek baik dokumenter maupun fiksi. Ia juga lulus dengan predikat cum laude serta menjadi lulusan terbaik. Ia mulai masuk Komunitas Film Montase pada tahun 2008, yang kala itu masih fokus pada bidang apresiasi film melalui Buletin Montase, yang saat ini telah berganti menjadi website montasefilm.com. Sejak saat itu, ia mulai aktif menulis ulasan dan artikel film hingga kini. Setelah lulus, ia melanjutkan program sarjana di Jurusan Ilmu Komunikasi di salah satu perguruan tinggi swasta di Jogja. Penelitian tugas akhirnya mengambil tema tentang Sinema Neorealisme dan membandingkan film produksi lokal yang bertema sejenis. Tahun 2017, Ia menyelesaikan studi magisternya di Program Pascasarjana Jurusan Pengkajian Seni di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta dengan minat utama film. Penelitian tesisnya terkait dengan kajian narasi dan plot sebuah film. Saat ini, ia tercatat sebagai salah satu staf pengajar di Program Studi Film dan Televisi, ISI Yogyakarta mengampu mata kuliah teori, sejarah, serta kajian film. Ia juga aktif memberikan pelatihan, kuliah umum, seminar di beberapa kampus, serta menjadi pemakalah dalam konferensi Internasional. Biodata lengkap bisa dilihat dalam situs montase.org. Prestasi besar terakhirnya adalah menjadi nominator Festival Film Indonesia 2021 untuk kategori Kritikus Film Terbaik melalui artikel "Asih, Cermin Horor Indonesia Kontemporer" bersama rekan penulisnya, Miftachul Arifin.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.