Film dokumenter tentang Studio Gibli

1Studio Gibli, studio tempat impian dan imaginasi menemukan bentuknya untuk menjadi nyata, menjadi film animasi. Studio Gibli didirikan oleh Hayao Miyazaki, Isao Takahata dan Toshio Susuki. Melalui merekalah studio ini mampu melahirkan film-film yang akan diingat sepanjang masa seperti My Neighbor Totoro, Spirited Away, Grave of Fireflies dan masih banyak lagi. Bila selama ini kita bayangkan Studio Gibli sebagai tempat dimana segala impian menjadi “kenyataan” maka melalui film ini kita akan mengetahui kalau studio ini juga kerajaan bagi orang-orang gila, gila terhadap kerja.

Film dokumenter ini dikisahkan melalui sudut pandang sutradaranya, Mami Sunada, yang diizinkan mengakses dan mengeksplor Studio Gibli, dimulai pada tahun 2012 ketika Studio Gibli sedang menyiapkan 2 film bersamaan, yaitu The Wind Rises dengan sutradara Hayao Miyazaki dan The Tale of the Princess Kaguya yang disutradarai Isao Takahata. Dengan gaya penceritaan yang sederhana dan terkesan seperti reportase, film ini tidak terjebak dalam sebuah film dokumenter kaku yang menceritakan sejarah Studio Gibli dengan banyak footage film yang pernah diproduksi maupun bagaimana proses detail studio Gibli membuat animasi, dengan sederhana Mami Sunada bercerita tentang apa yang dia temukan dalam keseharian Studio Gibli. Tidak ada interview yang disetting khusus untuk memdramatisir film ini, semua interview maupun rekaman diambil dari kehidupan nyata, sehingga ditemukan pernyataan-peryataan ataupun tindakan yang hadir dengan wajar dari semua pekerja di Studio Gibli, termasuk pernyataan-pernyataan Hayao Miyazaki yang mendapatkan porsi lebih dalam film ini, maupun Ushiko, kucing peliharaan studio Gibli yang sangat “berkuasa” di Studio Gibli. Penyampaian yang sederhana dan sewajarnya inilah yang membuat dokumenter ini nyaman diikuti.

3

Film dibuka dengan sinar Matahari yang menembus dedaunan, pohon-pohon dengan daunnya yang hijau, diikuti dengan bangunan yang hampir seluruh dinding luarnya dirambati tanaman menjalar, sinar matahari menembus jendela, perlahan kita diajak menikmati interior sebuah bangunan. Melihat dedaunan, pohon-pohon dan interior gedung, muncul perasaan familiar karna rasa-rasanya kita pernah menontonya di beberapa film produksi Studio Gibli, diiring musik yang mengalun tenang kita dihantarkan masuk ke Studio Gibli. Bangunan studio Gibli memang seperti bangunan-bangunan yang ada di film produksi mereka. Beberapa dinding dilukis dengan gambar jendela dan diluarnya gambar dari dunia animasi yang bisa dilihat di film-film produksi Studio Gibli, seperti padang rumput yang hijau maupun awan biru langit yang cerah.

2Hayao Miyazaki memulai kerjanya pada pukul 11.00 dan akan pulang kembali kerumahnya jam 21.00, rutinitas ini akan dia lakukan dalam hari kerja, seminggu 6 kali karna dia hanya libur pada hari Minggu. Sesampainya di studio, dengan dibantu assistannya , dia mengecek apa yang harus dia kerjakan hari ini, memeriksa pekerjaan animator lain, menentukan timing animasi maupun menentukan poster film. Pada jam-jam tertentu akan terdengar musik pengiring senam dan setiap pekerja disitu akan berhenti dan mengikuti gerakan senam termasuk Miyasaki. Sementara Susuki yang bekerja sebagai produser di Studio Gibli, bekerja diruangan lain, berurusan dengan masalah bisnis Studio Gibli, bisa dibilang Miyazaki mengurusi urusan kreatif sementara Susuki mengurusi urusan bisnis. Susuki akan mengadakan beberapa meeting dengan divisi lain yang mengurus merchandise, museum Gibli, distribusi dan lain-lain. Melihat cara kerja studio ini kita bisa belajar bahwa studio animasi tidak hanya berurusan dengan masalah kreatif atau proses membuat animasi, tetapi juga hal-hal lain yang berhubungan dengan masalah bisnis, semua dipersiapkan dengan sangat detail dan matang hingga keduannya bisa saling besinergi.

Hayao Miyazaki memang menjadi tokoh pusat dalam film ini maupun Studio Gibli, dia adalah energi besar yang menggerakkan studio Gibli. Setiap hari dia akan melakukan rutinitasnya, dipagi hari sebelum berangkat ke studio dia melatih menggunakan kuas, mandi, membersikan sampah, membuat kopi dan makan, hal tersebut akan memakan waktunya 3 jam atau lebih, memang terkesan hal remeh temeh untuk seorang Miyazaki, baginya hal tersebut telah menjadi pondasi hidupnya dan mempengarui bagaimana dia “membaca” dunia. Pada hari Minggu yang berarti hari liburnya, Miyasaki akan memanfaatkan waktunya dengan membersihkan sungai di area sekitar rumahnya, Miyazaki memanglah aktifis lingkungan yang gigih sejak muda, dia kerap melakukan demo menolok penggunaan tenaga nuklir. Alam memang menjadi tema yang central dalam film-film Miyasaki, bagaimana manusia dan alam bisa hidup berdampingan tanpa salah satu merusak yang lain.

4

Satu lagi sutradara yang tidak bisa dilepaskan dari Studio Gibli, dia adalah Isao Takahata, dia tidak kelihatan diawal film, karna dia berada dibangunan yang berbeda, letaknya agak jauh dari studio pertama. Takahata seakan kebalikan Miyazaki dalam cara bekerja, Miyazaki bisa memutuskan sesutu hal dalam 5 menit sementara Takahata memerlukan waktu berjam-jam, selain itu dari studio yang digunakan Takahata hanyalah bangunan perkantoran biasa tanpa sentuhan kreatif sama sekali, tidak seperti gedung yang dipakai Miyazaki. Mereka saling bertolak belakang tetapi mereka sulit dipisahkan, karna mereka telah bekerja bersama sejak muda bahkan sebelum Studio Gibli didirikan, mereka adalah teman sekaligus rival dalam artian positif. Takahata sedang mempersiapkan film The Tale of the Princess Kaguya, rencananya film ini akan dirilis bersamaan dengan The Wind Rises, hal ini diharapkan untuk bisa memacu Takahata menyelesaikan filmnya dengan tepat waktu, karna track record Takahata selalu molor budget dan waktu bahkan sering tidak menyelesaikan filmnya. Kita tahu kalau The Tale of the Princess Kaguya berhasil dirilis meskipun rilisnya terlambat jauh dari jadwal yang sudah ditentukan.

Baca Juga  Sineas Merdeka: Bersinergi dalam Film dengan Merdeka di Malang

Dedaunan yang merambat di Studio Gibli mengering karna pergantian musim, musim panas berganti musim gugur lalu berganti musim dingin, butuh proses panjang untuk menghasilkan film animasi yang berkualitas. Masing-masing tim bekerja dan mempersiapkan segala sesuatunya dengan detail. Miyazaki yang tidak pernah membuat skenario untuk filmnya, menyelesaikan storyboard film hingga ending. Selama ini Miyasaki hanya mebuat storyboard sebagai pengganti skenario, biasanya storyboard belum selesai ketika proses animasi dimulai. Sementara Susuki melakukan press conference maupun kunjungan ke kota-kota di Jepang untuk mempromosikan The Wind Rises dan The Tale of the Princess Kaguya. Ketika storyboard selesai dan proses animasi sedang dikerjakan, Miyazaki mulai bekerja dengan pengisi suara dan Joe Hisashi sebagi penata musik untuk The Wind Rises. Kurang lebih 100 orang yang ikut mengerjakan The Wind Rises, sebagain dari mereka akan mengikuti rutinitas Miyazaki di waktu senja, menikmati suasana senja di atap Studio Gibli. Dengan proses yang begitu panjang dan banyaknya orang yang terlibat, screening pertama untuk semua Tim menjadi moment pelepasan emosi yang mengharukan, The Wind Rises adalah salah satu film paling personal dari Miyazaki, selesai screening Miyazaki meneteskan air mata, dia depan semua tim di berujar “bahwa ini kali pertama dia meneteskan air mata menonton screening film yang saya buat”. Melihat proses pengerjakan wajar kalau moment ini adalah moment yang special bagi siapa saja yang ikut mengerjakan The Wind Rises.

Hayao Miyazaki sering mengatakan “bahwa saya membuat film untuk anak-anak” dan memang rutinitasnya dekat dengan anak-anak. Setiap pagi dia akan menyapa sekolah TK yang dilaluinya ketika berangkat kerja. The Wind Rises adalah film pertama dan terakhir yang bertema lebih dewasa, karna setelah menyelesaikan The Wind Rises dia mengumuman pensiun menyutradarai film animasi. Miyazaki pernah mengumumkan pensiun sebelumnya meskipun dia batalkan dengan menyutradarai The Wind Rises, sebagai penggemarnya saya berharap Miyazaki mengurungkan pensiun dan mulai menggarap film lagi, dengan umur yang semakin senja nampaknya pengumuman pensiun kali ini adalah pensiun yang sebenarnya. Sebelum mengumumkan pensiun Miyazaki melihat bangunan-bangunan dibawahnya, dia membayangkan orang bisa berjalan dan berlarian diatasnya, ataupun ada kendaraan yang melintasi kabel-kabel listrik, semua itu memang hanyalah imaginasi dia semata, tetapi dia pernah mewujudkannya melalui adegan-adegan film yang dia buat, melalui film-filmnya dia mengajak penontonya untuk ikut terbang, bagi saya Miyazaki adalah orang yang mempunyai impian besar untuk bisa terbang seperti Leonardo Da Vinci, kalau Da Vinci mendesign alat-alat yang bisa membantu seseorang untuk terbang, maka Miyazaki membuat karakter-karakter dan cerita-cerita dimana manusia bisa terbang seperti burung.

Ketika The Wind Rises selesai dikerjakan dan bersiap untuk di launching, Miyazaki berjalan menuju atap Studio Gibli untuk melakukan kebiasaanya, menikmati suasana senja, disana sudah menunggu Susuki dan satu tamu istimewa, dia adalah Takahata -yang belum pernah keatap sebelumnya, mereka bertiga saling bercengkeramah, sebuah moment yang jarang sekali terjadi di Studio Gibli, sebagai perayaan kecil selesainya The Wind Rises. Mereka bertiga adalah pendiri, penjaga sekaligus yang menghidupkan Studio Gibli. The Wind Rises & The Tale of the Princess Kaguya masuk nominasi sebagai film animasi terbaik di Academy award ditahun yang berbeda. Melalui merekalah sebuah kerajaan impian dan kegilaan dibangun dan menginspirasi dunia. Sebuah kerajaan kecil yang mampu menyaingi dan menginspirasi kerajaan besar semacam Pixar animation. Melalui film dokumenter The Kingdom of Dreams & Madness kita bisa memahami bagaimana para maestro bekerja.

Yume to kyôki no ôkoku / The Kingdom of Dreams and Madness

Produksi         : 2013
Sutradara       : Mami Sunada

Artikel SebelumnyaMinions
Artikel BerikutnyaSineas Dibalik Sukses Minions, Pierre Coffin
Pernah belajar film secara formal di Jogja dan Jakarta. Pernah dan masih membuat film diwaktu luang. Sekarang tinggal dan beraktifitas di Kota Bogor. Ketika akan menonton film selalu ingat dengan kata-kata “Hidup terlalu singkat untuk menonton film yang jelek”. Penulis saat ini mengasuh kolom frontier pada montasefilm.com

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.