the zen diary

Diangkat dari esai karyaTsutomu Mizukami, penulis yang populer tahun 1960-1970, The Zen Diary merupakan biopik yang bercerita tentang sosok Tsutomu Mizukami dalam mempraktikkan ilmu yang pernah dipelajarinya selama tinggal di biara. Film ini menjadi salah satu film unggulan yang tayang di Japanese Film Festival (JFF) Online 2024 hingga 19 Juni mendatang.

Dikisahkan seorang pria lanjut usia tinggal seorang diri di rumahnya yang ada di Nagano. Ia adalah Tsutomu Mizukami (Kenji Sawada). Kehidupannya menarik perhatian seorang editor majalah, Machiko (Takako Matsu). Tsutomu menghidupi dirinya lewat makanan sederhana yang ia buat dari hasil kebun atau mencarinya di hutan di sekelilingnya.

Sejak usia sembilan tahun Tsutomu dikirim orang tuanya untuk tinggal di biara karena keterbatasan ekonomi. Setelah bertahun-tahun mempelajari Zen, ia kemudian menerapkan hidup sederhana dan selaras dengan alam. Ia membuat berbagai makanan dari hasil alam sesuai musimnya. Namun usianya yang makin menua, mulai memberinya keterbatasan.

Apabila kalian menyukai film drama Jepang yang memiliki alur lambat, minim konflik, dan banyak mengupas tentang makanan, maka The Zen Diary ini salah satu pilihan yang patut direkomendasikan. Selama 112 menit, kita diajak untuk berkontemplasi dan mencicipi ajaran Zen berkaitan dengan membuat makanan, dari berkebun dengan sungguh-sungguh, memanfaatkan bahan-bahan makanan yang ada di alam sesuai dengan musimnya dan secukupnya, lalu memasaknya dengan penuh kesabaran. Dan yang terakhir, menikmati masakan dengan penuh rasa syukur.

Penonton diajak melihat keseharian Tsutomu selama empat musim. Masakan-masakan apa saja yang dibuatnya, juga reaksi orang-orang yang menyantap masakannya. Ia sering memasak sayuran, dengan cara ditumis, dibuat sup, dicampur dengan nasi, atau dibuatnya sebagai acar. Bumbu-bumbunya tidak banyak. Meski demikian proses pengolahan masakan tersebut ada kalanya cukup rumit dan memerlukan kesabaran. Misalnya ketika membuat acar dan minuman dari buah-buahan. Meski bahannya sederhana, namun penampilan masakan di film ini nampak mengundang selera.

Baca Juga  Like & Share

Tsutomu tidak keberatan membagi makanannya dengan tamu dan orang-orang di sekitarnya. Interaksi menarik ketika ia bertamu ke mertua perempuannya yang tinggal seorang diri. Mereka kemudian berdebat soal makanan. Si ibu mertua tidak mengijinkannya mengambil acar istimewanya, namun ia dengan murah hati memberikan sewadah pasta kacang merah buatannya sendiri.

Di episode lainnya, Tsutomo kewalahan ketika tiba-tiba diminta menjadi tuan rumah untuk mengurus prosesi pemakaman. Ia akhirnya meminta bantuan Machiko menyiapkan jamuan. Semua kue dan hidangan, mereka buat sendiri. Semua pelayat menikmatinya, keduanya lega namun juga kelelahan.

Ya, cerita The Zen Diary relatif datar dan minim konflik, seperti melihat kehidupan apa adanya. Namun hal tersebut tidak mengurangi keindahan cerita dalam film ini karena Yuji Nakae, sang sutradara, berhasil mengeksekusinya dengan apik. Kenji Sawada berhasil memerankan sosok Tsutomo dengan apik. Ia mengolah masakan dengan luwes dan nampak menyakinkan.

Gambar-gambar dalam film ini begitu memanjakan mata. Dari visual masakan, bentang alam hutan dan pegunungan di mana Tsutomu tinggal dan jelajahi, hingga ketika setiap karakter di sini menikmati masakan, semua enak dinikmati. Kamera yang dengan perlahan-lahan merekam perjalanan Tsutomu ketika mengambil bahan makanan di hutan, seperti ikut mengajak para penonton untuk melatih kesabaran dan ketenangan sebagai salah satu ajaran dari Zen. Film yang tenang, ibarat menyantap makanan dengan perlahan-lahan agar rasa dari makanan tersebut bisa diselami dengan sepenuh hati.

PENILAIAN KAMI
Overall
80 %
Artikel SebelumnyaUnder Paris
Artikel BerikutnyaInside Out 2
Dewi Puspasari akrab disapa Puspa atau Dewi. Minat menulis dengan topik film dimulai sejak tahun 2008. Ia pernah meraih dua kali nominasi Kompasiana Awards untuk best spesific interest karena sering menulis di rubrik film. Ia juga pernah menjadi salah satu pemenang di lomba ulas film Kemdikbud 2020, reviewer of the Month untuk penulis film di aplikasi Recome, dan pernah menjadi kontributor eksklusif untuk rubrik hiburan di UCNews. Ia juga punya beberapa buku tentang film yang dibuat keroyokan. Buku-buku tersebut adalah Sinema Indonesia Apa Kabar, Sejarah dan Perjuangan Bangsa dalam Bingkai Sinema, Antologi Skenario Film Pendek, juga Perempuan dan Sinema.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.